Share

Bab 7

last update Last Updated: 2025-01-19 14:55:38

"Tunggu, wajahmu terlihat masih muda.. kau umur berapa?" tanya Grio menatap lekat pada Livia.

"22 tahun.."

"Single?" tanya Rendy sambil menaikan alisnya.

"Maaf, aku udah nikah kak.." jawab Livia sambil tersenyum malu.

"Hm, gapapa.. kau memang cocok untuk dinikahi.." sahut Rendy sambil tersenyum namun kecewa.

"Maksudnya kak?" tanya Livia yang tidak mengerti.

"Kau memiliki badan yang bagus, dan wajahmu sangat cantik.." jawab Grio mewakili yang lainnya.

"Oh beneran? padahal aku ngerasa gendut banget.. lihat nih." Livia berdiri sebentar sambil menunjukkan tubuhnya yang merasa gemuk.

Para pria langsung melihat tubuh Livia dengan seksama sambil tersenyum penuh arti. "Oh coba aku ingin lihat dari belakang.." pinta Arden yang disetujui oleh yang lain.

Livia langsung membalikkan tubuhnya sendiri untuk menunjukkan tubuhnya yang gemuk. Sedangkan, mereka menatap Livia dengan tatapan sedang menahan sesuatu. Livia menggunakan pakaian yang ketat, karena menurutnya lucu ada bunga-bunga di bagian kerahnya.

"Kau lucu.." puji Jaren.

"Terima kasih.." Livia kembali duduk, namun dia belum mendapatkan jawaban dari temannya bahwa dirinya gemuk atau tidak.

"Tubuhmu bagus sekali," puji Grio merasa puas.

"Ya, itu tidak gemuk. Siapa yang mengatakannya?" tanya Rendy.

"Terima kasih, tapi menurutku... aku gemuk banget karena berat badanku besar," jawab Livia sedikit malu untuk mengungkapkannya.

"Memang berat badanmu berapa?" tanya Arden.

"55 kg," jawab Livia pelan.

"Tapi di badanmu pas sekali, karena tubuh orang itu ada yang pas dengan berat sepertimu ada pula yang kelebihan..." jawab Grio mencoba menjelaskan sedikit agar anak itu tenang.

"Ya, aku setuju.. kau cantik, Livia!!" puji Jaren.

Livia tersenyum malu dan merasakan bahagia, akhirnya tubuhnya tidak gemuk yang ia kira karena pandangan orang lain. "Makasih semuanya, em.. aku jadi pede sekarang."

"Dia memang polos.." bisik Jaren pada Grio.

Grio hanya mengangguk pelan.

Mereka berdua pun mengobrol bersama sembari mengemil kue yang mereka pesan. Menceritakan kehidupan masing-masing, ada cerita yang lucu, sedih, menarik emosi, dan lainnya. Sampailah pesan masuk dari ponselnya, "Sayang kau dimana? Aku sudah pulang." -Ravco-

Livia menjawab dengan senang hati.

"Aku ada di rumah temen, tapi aku mau pulang sekarang.." -Livia-

"Ting!!"

"Cepat, aku tunggu sekarang!!"

Livia kembali menyimpan ponselnya, menatap temannya karena pembicaraan mereka sempat terpotong. "Aku mau pulang dulu."

Grio mengerutkan alisnya, "Kenapa cepat sekali?"

Livia tertawa pelan, "Maaf kak.. suamiku menyuruhku pulang, kita bisa main nanti lagi.."

"Oohh, bentar lagi saja pulangnya," sahut Rendy.

"Tapi aku disuruh pulang kak," ucap Livia dengan

"Ya.. sebentar lagi tidak akan membuat suamimu marah," sahut Jaren menatap tajam.

"Em.." Livia berpikir sejenak..

"10 menit lagi bisakah?" pinta Grio.

"Baik, 10 menit aja.." Livia kembali duduk di kursinya dan melanjutkan obrolan bersama yang lain.

Mereka pun mengobrol sampai suara ponsel Livia berbunyi kembali.

"Ting!! Ting!! Ting!!"

Obrolan mereka terhenti, menatap pada Livia yang sibuk dengan ponselnya. Grio menatap penasaran, "Suaminya mengganggu kita saja!!" bisiknya pada Jaren. "Huh.. benar juga, aku pun kesal!!" bisik balik Jaren tanpa diketahui oleh Livia.

"Di mana? katanya ingin pulang?" -Ravco-

"Aku sedang ada diperjalanan.." -Livia-

"Dikira kau aku tak tahu? aku tahu Livia!!"

"Maksud?"

Livia segera menyimpan ponselnya ke dalam tas dengan tergesa-gesa. "Aku pergi dulu ya teman-teman.." Ia pergi dari tempat ini sangat panik, berlari untuk segera pulang.

"Livia????" panggil Grio.

"Sialan, kenapa dia cepat sekali?" .

Namun, langkahnya terhenti ketika ada seseorang yang menariknya dari belakang. "Ehhh?" Livia berbalik arah melihat seseorang dicbelakangnya.

Mata Livia melebar, "Ravco?"

"Hm, kau ada di sini ternyata.."

"Beraninya sekali kau selingkuh dengan pria lain," ucap Ravco dengan wajah yang datar.

"Gak, dengarkan aku dulu!!" ujar Livia menyentuh pergelangan tangan Ravco.

"Prianya juga banyakan, apa kau tak takut?" tanya Ravco menatap tajam.

Livia menggeleng ragu, "Takut untuk apa?"

"Bodoh!!"

Ravco menggendong tubuh Livia ala bridal style, membawanya ke dalam mobil. Ravco menyetir dengan kecepatan tinggi, hal itu membuat Livia ketakutan. "Pelan-pelan Ravco!!!"

"Siapa yang menyuruhmu untuk keluar Livia!!!" bentak Ravco.

"Aku mau keluar karena aku bosan kau tidak pulang-pulang," jawab Livia sedikit tinggi.

"TAPI KAU TIDAK IZIN KEPADAKU!!!" bentak Ravco sangat keras.

"U-untuk apa aku izin? aku juga tidak melakukan apa-apa di luar.." lirih Livia dengan suara bergetar, menahan tangisannya.

"PLAK!!"

Wajah Livia menoleh ke kanan mendapatkan tamparan pertama kalinya dari Ravco. Wajahnya menatap mata Ravco, "Ravco?" panggilnya sedih.

"KAUUU BENAR BENAR ARGH... KAU TAHU? MEREKA ITU.. ARGHH.." Ravco memukul setirnya dengan kencang karena amarahnya yang tak bisa di kendalikan.

"Ravco.." panggil Livia ketakutan.

"Kau tahu? Mereka adalah orang yang brengsekkk!!" bentak Ravco menekankan sekali lagi.

"Mereka baik," sahut Livia.

"SIALAN!!! KAU INI BODOH ATAU PURA-PURA?" Ravco mencekik leher Livia dengan kencang.

"Akhh.. t-tapi mereka b-baik k-kok.." lirih Livia tetap menjawab sesuai kemampuannya.

"Arghh.."

"Cup!!"

Ravco mencium bibir tebal Livia dengan kasar, "Emphhh.." Livia memukul tubuhnya dengan keras sampai tak sengaja memukul bawahnya.

"Argh.."

"Jangan di sini Ravco, aku takut ada yang melihat kita..." bisik Livia

Ravco tak peduli, sekali tarikan merobek pakaian Livia. Tak lupa bawahannya, "Ravco!!!! jangan di sini.. aku takut..." Livia menahan celananya sendiri.

"SREEEK!!"

Celana terbuka menampilkan tubuh Livia yang telanjang tanpa pakaian apapun. Ravco langsung mengambil sesuatu di dekat mobilnya.

"Itu a-apa?" tanya Livia ketika melihat benda mirip seperti jepitan.

"AKHHHHHHHH..."

Ravco telah berhasil memasangkan penjepit pada kedua nipple berwarna pink. Tubuh Livia membusung hebat ke atas sambil meremat lengan Ravco. Ia merasakan sakit yang luar biasa, tak pernah ia rasakan sebelumnya. "Sakittttttt..."

Ravco tersenyum, ia kembali mengambil benda lainnya. Setelah itu, ia memasukkan vibrator yang berbeda. "JANGAN..."

"BLUSH.."

"AAKHHHHH..."

"Kenapa masih sempit?" tanya Ravco kebingungan, tetapi merasa puas.

Ada remot di tangannya, ia menekan tombol dari kecepatan pelan.

"Akhhhhh...."

Livia langsung merasakan perih dari lubangnya, "Lepashh..."

Ravco langsung menekan tombol dengan kecepatan yang paling tinggi.

"AAAAKHHH.... AKHHH... AKH...."

Tubuh Livia bergetar tak karuan, lubangnya tiba-tiba merasakan getaran cepat. Kenikmatan mulai terasa lebih cepat, tangannya meremat lengan Ravco.

"Ahhhhhhh... shhh... akhhh.. akhhh... akhh..."

Ravco mengambil satu benda terakhir yaitu wand vibrator yang sudah bergetar dengan cepat, ia tempelkan pada vagina Livia.

"AAAAAAKKHHHHHHHH..."

Tubuh Livia semakin bergerak tak karuan karena merasakan kenikmatan yang aneh. Tangannya bergerak tanpa henti untuk mencari pegangan. Kini, ada dua benda yang menghajar lubangnya.

Ravco tersenyum puas, ia menarik tubuh Livia untuk duduk di atas pangkuannya. Senantiasa memegang vibrator itu pada Livia untuk menambah rasa pada wanita itu. "AKHHHHHHH.. AHH.." Livia mendesah tepat pada telinganya. Livia meremat bahu Ravco dengan kencang sembari mendesah.

"AKHHHH... A-AK.. U-UDA... DAH..."

Ravco memeluk tubuh Livia dengan erat untuk menahan tubuh Livia yang bergerak terus menerus.

"Emphhhhh.. akhhhh.. a-aku mau.. emmphhhhh pipis.." lirih Livia.

Livia langsung menyemburkan cairannya di celana milik Ravco. "Udah..." Ravco segera mematikan tombolnya dan melepaskan vibrator itu dari lubang.

Ravco menarik vibrator yang sudah dipenuhi dengan cairan putih. Ravco menjilatnya tanpa rasa jijik, sedangkan tangannya mengocok penis yang sudah tegang sedari tadi.

Livia menatap sayu, tubuhnya meminta untuk turun dari pangkuan itu ketika melihat penis besar yang sudah menegang. "Akuuh.. aku mau turun."

"Tunggu sayang, kau harus mendapatkan hukuman."

"Engga.. ak-aku gamau.. AKHHHHHHH!!!"

Penis tertanam sempurna pada lubangnya. Ravco mulai menaiki dan menurunkan tubuh Livia dengan cepat. "Arghh... kenapa masih sempit?"

"EMPHHH.. AHHH.."

"Pok, pok, pok.."

Suara bunyi hantaman antara sesama kulit membuat keduanya bergairah. Keduanya mendesah bersama ketika merasakan kenikmatan pada alat kelamin mereka masing-masing.

"Akhh.. ahhh... ahh..."

"Arghh, sial.. nikmat sekali brengsekkk..."

"Emphhhh.. ahhhh..."

"Sebut namaku sayang..."

"Ravco... akhh... yahh..."

"Ravco... ituu... ahhhh.. engghh.."

Ravco semakin mempercepat tubuh Livia, membuat Livia semakin bergetar tak karuan.. "Akhhhhh.."

"Akhh ak-aku m-mau.. pipish..."

"Argghh bersama..."

"Pok, pok, pok.."

"JLEBB!!"

"CROTT!!"

"Akhh.."

Related chapters

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 8

    Livia di larang oleh Ravco untuk tidak bertemu dengan empat orang lelaki yang baru menjadi temannya kemarin. Tidak ada alasan apapun dari Ravco, dia hanya berkata, "Mereka adalah orang yang jahat, kau harus berhati-hati.." Tak tahu apa yang disembunyikan oleh Ravco sampai melarangnya seperti itu. Mungkin, itu adalah kebaikan untuknya dengan cara menjauh. Hanya Ravco yang tahu terhadap beberapa pria itu, sementara dirinya baru saja bertemu. Kini, dirinya sedang dituntun berjalan oleh Ravco, karena tubuhnya tidak bisa berjalan sempurna. Sehabis pertempuran di mobil, ternyata Ravco melanjutkannya di rumah menghabiskan 8 ronde. Tak terbayang keadaan tubuhnya seperti apa, lihatlah— tubuhnya sudah remuk sampai tidak bisa berjalan bahkan bergerak pun tak mampu. Livia selalu meringis kesakitan membuat Ravco merasa bersalah karena perlakuannya. "Sayang, maafkan aku.." Livia menoleh, "Iya gapapa, aku juga minta maaf sama kamu karena aku ga minta izin dulu sebelum pergi," ucapnya sam

    Last Updated : 2025-01-19
  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 9

    "Tolong kalian berdua untuk membantu persiapan kakakmu yang ingin menikah sebentar lagi.." ucap Mama Yeny pada anak dan menantunya. "Apa?? kakak menikah?" sontak Livia terkejut. "Iya, dan kamu bantu kakak ya untuk persiapkan lainnya," ucap Raeny dengan ramah. Livia merasa senang mendapatkan respon yang berbeda dari kakaknya. "Siap kak.." "Calon kakak mana?" tanya Livia sangat penasaran. "Hey!! Untuk apa kau menanyakan itu?" tanya Ravco menatap tajam pada Livia. "Aku penasaran.. soalnya aku tidak pernah melihat calon kakakku..." jawab Livia sedikit tenang. Ravco tak menjawab, ia hanya memalingkan wajahnya malas. "Dia sebentar lagi akan datang," ucap Raeny sangat tak sabar. Terdengar suara langkah dari belakang, membuat semuanya menoleh pada seseorang itu. "Sayang... akhirnya kau datang," Raeny mendekati calonnya dan memeluk tubuh itu. "A-apa?? Rendy?" batin Livia terkejut. Sementara Ravco menatap acuh pada dua orang yang sedang mesra itu. "Nah itu

    Last Updated : 2025-01-20
  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 10

    Pengantin baru sedang duduk berdampingan di kursi pesawat, dengan tangan yang saling menggenggam erat dan kepala yang menyenderkan satu sama lain. Wajah mereka terlihat melelahkan menunggu sampainya pesawat. Kini, mereka tengah menuju Maldives, tempat yang Ravco pilih untuk memulai babak baru bersama dalam hidup. Langit yang semulanya berwarna gelap berubah menjadi cerah. Langit itu menjadi saksi perjalanan cinta mereka dari awal sampai sekarang. Setelah menempuh perjalanan panjang, akhirnya mereka mendarat di Bandara Internasional Velana, Maldives. Langit biru dan angin yang sangat kencang terasa menembus kulit, mereka melangkah keluar pesawat dengan perasaan semangat. Ravco dan Livia akhirnya sampai di villa yang sudah disewa sebelumnya, tempatnya berada di tepi laut dengan pemandangan yang menakjubkan. Mereka tidak perlu malu, karena villa ini khusus untuk mereka berdua. Tidak hanya ada air laut, tetapi di sekitar laut juga tersedia peluncuran, kolam renang, jembatan di ata

    Last Updated : 2025-01-20
  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 11

    Ravco terganggu dengan suara seseorang di kamar mandi, matanya perlahan membuka melihat sekitarnya. "Sayang?" samping kasurnya kosong, Ravco bangun untuk mengecek ke kamar mandi. "Sayangg??" panggilnya. "HUEKK.." "HUEKKK.." "Humphh.. HUEKK.." Ravco mendobrak pintu kamar mandi, "Sayang kaukenapa??!" tanyanya panik. Livia terus mual-mual tanpa sebab, kepalanya pusing, dan tubuhnya lemas. "Huekk.." Ravco mendekat, mengusap punggung Livia sangat khawatir. Ia baru teringat, kini senyumannya menyungging. "Sepertinya kau harus mengeceknya sayang.." "Hah? cek apa?" tanya Livia. "Cek testpack, mungkin kau hamil.." jawab Ravco merasakan senang duluan. "Oh? em.. aku ga punya testpack," lirih Livia menatap lemah pada sang suami. "Hm, aku punya.." Ravco keluar kamar mandi untuk mengambil testpack untuk berjaga-jaga. Untungnya testpack itu terpakai oleh istrinya. Ravco kembali masuk dengan dua testpack ditangannya. "Coba dua-duanya.." "Hm, oke.. kamu keluar sana!!"

    Last Updated : 2025-01-21
  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 12

    Setelah melakukan honeymoon, Livia dan Ravco berkunjung ke rumah orang tuanya untuk menyampaikan kabar bahagia darinya. Suasana di ruang keluarga begitu hening, Livia menoleh sebentar ke arah Ravco sambil tersenyum. "Kita punya kabar bahagia," ucap Livia malu-malu. "Apa itu?" tanya Mama Yeny. Ravco menlanjutkan sambil tersenyum tipis, "Kami akan menjadi orang tua dan.. kalian akan menjadi nenek dan kakek." Mama Yeny begitu terkejut, sedemikian rupa harus menampilkan wajah yang bahagia. "Ah benarkah? Ibu senang sekali.. akhirnya kalian dikaruniai anak." Livia dan Ravco saling menatap penuh kebahagiaan. "Iya mah, rezeki kita.." ucap Livia merasa bahagia atas ucapan mamanya. Di sudut ruangan, kak Raeny menatap mereka dengan pandangan yang sulit diartikan. Ada senyum di wajahnya, tapi hatinya berbicara lain. Dia menatap Ravco sesaat lebih lama dari yang seharusnya, memerhatikan caranya bicara dengan percaya diri dan perhatian yang tulus pada Livia. “Hmm, selamat ya,” uca

    Last Updated : 2025-01-23
  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 1

    Suara kericuhan antara kedua orang tua dengan anak perempuannya. Membuat seisi ruangan menjadi panas akibat perbincangan yang cukup gila. Tiba-tiba ruangan itu menjadi hening karena ucapan dari Raeny. "Mah!! Pah!! Suruh Livia aja yang nikah sama pria mafia itu, aku kan udah punya Rendy!!" ucap Raeny menatap tajam kepada kedua orangtuanya. "Oh? betul juga ya, kenapa mama baru kepikiran ada anak itu?" ucap Mama sambil tersenyum licik. "Papa juga baru kepikiran.." sahut Papa menatap pada istrinya. "LIVIAAAA!!!" teriak Mama sangat nyaring. Livia datang sembari memegang sapu di tangannya, "Iya mah, kenapa?""Simpan dulu itu sapu!! Mama dan Papa mau ngomong sama kamu," tegas Mama. "Oh baik, mah.." Livia segera menyimpan sapu jauh-jauh dari tempat itu. "Kenapa Mah? Pah?" tanya Livia yang baru kembali. "Jadi, mama mau kamu menikah dengan pria mafia terkenal!! Mama tidak mau tau, kamu harus terima itu!!" tegas Mama sambil melipatkan tangan. "A-apa? Menikah? T-tapi kenapa Mah? Pah?" t

    Last Updated : 2025-01-11
  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 2

    "Terima kasih Tuan Ravco telah datang ke sini. Kami tahu Anda sangat sibuk," ucap Papa Tion. Ravco menatap tajam, "Aku tahu ini urusan penting, terutama. menyangkut..." Ravco melirik pada Livia sambil tersenyum tipis. "Tuan perkenalkan ini anak sulung kami, Raeny dan ini dia Livia, adiknya.." ucap Mama Yeny menunjuk kepada dua perempuan di sampingnya. Ravco memperhatikan keduanya dengan tajam, "Hm, kenapa wajah kalian sangat berbeda?" "Maaf, Tuan. Sebenarnya mereka bukan saudara kandung dari darah yang sama," ucap Papa Tion menjelaskan lebih rinci. "Hm, tidak masalah.." Ravco menatap satu perempuan yang cukup menarik baginya. Sedangkan, Livia merasa risih terhadap lelaki itu yang terus menatapnya. Mencoba mengalihkan pandangannya ke arah lain. Raeny tersenyum tipis dan tenang, "Senang bertemu Anda, Tuann.." Livia menatap kaku, berbicara pelan. "A-aku juga.." "Tuan, sebelumnya kami ingin menawarkan Raeny untuk menjadi calon istri Anda. Tapi karena Raeny sudah memiliki

    Last Updated : 2025-01-12
  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 3

    Di ruangan tertutup, Livia yang sedang didandani oleh seorang MUA terkenal. Gaun berwarna putih yang membaluti tubuhnya, menjuntai indah hingga menyapu lantai. Butiran-butiran mutiara yang menghiasi setiap gaunnya membuatnya terlihat lebih anggun. Meski wajahnya sedang diperindah, perasaan takutnya tidak bisa disembunyikan. Ternyata MUA yang sedang menghiasinya menyadari ketakutannya, "Tenang Livia.. aku yakin proses pernikahan ini berjalan lancar. "Iya kak.." Livia mencoba menghilangkan rasa cemasnya di dalam hatinya. Seharusnya yang menjalani pernikahan ini adalah kakaknya. Tetapi kenapa takdir ini menimpa kepadanya yang tidak tahu apa-apa. Sementara itu, di ruangan lain tempat Ravco berada bersama teman-temannya. Ravco berdiri di depan cermin besar yang memperlihatkan dirinya, mengenakan tuxedo hitam yang dihiasi dasi kupu-kupu. Ekspresinya datar sampai Levix dan Derriv menegurnya. "Hey!! Kau terlihat santai sekali bosku," tegur Levix mendekati temannya. "Ya, aku h

    Last Updated : 2025-01-12

Latest chapter

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 12

    Setelah melakukan honeymoon, Livia dan Ravco berkunjung ke rumah orang tuanya untuk menyampaikan kabar bahagia darinya. Suasana di ruang keluarga begitu hening, Livia menoleh sebentar ke arah Ravco sambil tersenyum. "Kita punya kabar bahagia," ucap Livia malu-malu. "Apa itu?" tanya Mama Yeny. Ravco menlanjutkan sambil tersenyum tipis, "Kami akan menjadi orang tua dan.. kalian akan menjadi nenek dan kakek." Mama Yeny begitu terkejut, sedemikian rupa harus menampilkan wajah yang bahagia. "Ah benarkah? Ibu senang sekali.. akhirnya kalian dikaruniai anak." Livia dan Ravco saling menatap penuh kebahagiaan. "Iya mah, rezeki kita.." ucap Livia merasa bahagia atas ucapan mamanya. Di sudut ruangan, kak Raeny menatap mereka dengan pandangan yang sulit diartikan. Ada senyum di wajahnya, tapi hatinya berbicara lain. Dia menatap Ravco sesaat lebih lama dari yang seharusnya, memerhatikan caranya bicara dengan percaya diri dan perhatian yang tulus pada Livia. “Hmm, selamat ya,” uca

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 11

    Ravco terganggu dengan suara seseorang di kamar mandi, matanya perlahan membuka melihat sekitarnya. "Sayang?" samping kasurnya kosong, Ravco bangun untuk mengecek ke kamar mandi. "Sayangg??" panggilnya. "HUEKK.." "HUEKKK.." "Humphh.. HUEKK.." Ravco mendobrak pintu kamar mandi, "Sayang kaukenapa??!" tanyanya panik. Livia terus mual-mual tanpa sebab, kepalanya pusing, dan tubuhnya lemas. "Huekk.." Ravco mendekat, mengusap punggung Livia sangat khawatir. Ia baru teringat, kini senyumannya menyungging. "Sepertinya kau harus mengeceknya sayang.." "Hah? cek apa?" tanya Livia. "Cek testpack, mungkin kau hamil.." jawab Ravco merasakan senang duluan. "Oh? em.. aku ga punya testpack," lirih Livia menatap lemah pada sang suami. "Hm, aku punya.." Ravco keluar kamar mandi untuk mengambil testpack untuk berjaga-jaga. Untungnya testpack itu terpakai oleh istrinya. Ravco kembali masuk dengan dua testpack ditangannya. "Coba dua-duanya.." "Hm, oke.. kamu keluar sana!!"

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 10

    Pengantin baru sedang duduk berdampingan di kursi pesawat, dengan tangan yang saling menggenggam erat dan kepala yang menyenderkan satu sama lain. Wajah mereka terlihat melelahkan menunggu sampainya pesawat. Kini, mereka tengah menuju Maldives, tempat yang Ravco pilih untuk memulai babak baru bersama dalam hidup. Langit yang semulanya berwarna gelap berubah menjadi cerah. Langit itu menjadi saksi perjalanan cinta mereka dari awal sampai sekarang. Setelah menempuh perjalanan panjang, akhirnya mereka mendarat di Bandara Internasional Velana, Maldives. Langit biru dan angin yang sangat kencang terasa menembus kulit, mereka melangkah keluar pesawat dengan perasaan semangat. Ravco dan Livia akhirnya sampai di villa yang sudah disewa sebelumnya, tempatnya berada di tepi laut dengan pemandangan yang menakjubkan. Mereka tidak perlu malu, karena villa ini khusus untuk mereka berdua. Tidak hanya ada air laut, tetapi di sekitar laut juga tersedia peluncuran, kolam renang, jembatan di ata

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 9

    "Tolong kalian berdua untuk membantu persiapan kakakmu yang ingin menikah sebentar lagi.." ucap Mama Yeny pada anak dan menantunya. "Apa?? kakak menikah?" sontak Livia terkejut. "Iya, dan kamu bantu kakak ya untuk persiapkan lainnya," ucap Raeny dengan ramah. Livia merasa senang mendapatkan respon yang berbeda dari kakaknya. "Siap kak.." "Calon kakak mana?" tanya Livia sangat penasaran. "Hey!! Untuk apa kau menanyakan itu?" tanya Ravco menatap tajam pada Livia. "Aku penasaran.. soalnya aku tidak pernah melihat calon kakakku..." jawab Livia sedikit tenang. Ravco tak menjawab, ia hanya memalingkan wajahnya malas. "Dia sebentar lagi akan datang," ucap Raeny sangat tak sabar. Terdengar suara langkah dari belakang, membuat semuanya menoleh pada seseorang itu. "Sayang... akhirnya kau datang," Raeny mendekati calonnya dan memeluk tubuh itu. "A-apa?? Rendy?" batin Livia terkejut. Sementara Ravco menatap acuh pada dua orang yang sedang mesra itu. "Nah itu

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 8

    Livia di larang oleh Ravco untuk tidak bertemu dengan empat orang lelaki yang baru menjadi temannya kemarin. Tidak ada alasan apapun dari Ravco, dia hanya berkata, "Mereka adalah orang yang jahat, kau harus berhati-hati.." Tak tahu apa yang disembunyikan oleh Ravco sampai melarangnya seperti itu. Mungkin, itu adalah kebaikan untuknya dengan cara menjauh. Hanya Ravco yang tahu terhadap beberapa pria itu, sementara dirinya baru saja bertemu. Kini, dirinya sedang dituntun berjalan oleh Ravco, karena tubuhnya tidak bisa berjalan sempurna. Sehabis pertempuran di mobil, ternyata Ravco melanjutkannya di rumah menghabiskan 8 ronde. Tak terbayang keadaan tubuhnya seperti apa, lihatlah— tubuhnya sudah remuk sampai tidak bisa berjalan bahkan bergerak pun tak mampu. Livia selalu meringis kesakitan membuat Ravco merasa bersalah karena perlakuannya. "Sayang, maafkan aku.." Livia menoleh, "Iya gapapa, aku juga minta maaf sama kamu karena aku ga minta izin dulu sebelum pergi," ucapnya sam

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 7

    "Tunggu, wajahmu terlihat masih muda.. kau umur berapa?" tanya Grio menatap lekat pada Livia. "22 tahun.." "Single?" tanya Rendy sambil menaikan alisnya. "Maaf, aku udah nikah kak.." jawab Livia sambil tersenyum malu. "Hm, gapapa.. kau memang cocok untuk dinikahi.." sahut Rendy sambil tersenyum namun kecewa. "Maksudnya kak?" tanya Livia yang tidak mengerti. "Kau memiliki badan yang bagus, dan wajahmu sangat cantik.." jawab Grio mewakili yang lainnya. "Oh beneran? padahal aku ngerasa gendut banget.. lihat nih." Livia berdiri sebentar sambil menunjukkan tubuhnya yang merasa gemuk. Para pria langsung melihat tubuh Livia dengan seksama sambil tersenyum penuh arti. "Oh coba aku ingin lihat dari belakang.." pinta Arden yang disetujui oleh yang lain. Livia langsung membalikkan tubuhnya sendiri untuk menunjukkan tubuhnya yang gemuk. Sedangkan, mereka menatap Livia dengan tatapan sedang menahan sesuatu. Livia menggunakan pakaian yang ketat, karena menurutnya lucu ada bu

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 6

    Pagi hari, Livia terbangun yang langsung disambut dengan pikirannya. Semalam, ia benar-benar dihantui oleh rasa penasaran tentang percakapan antara dua orang lelaki yang masuk ke dalam rumahnya. Orang yang masuk itu antara temannya Ravco atau— penjahat yang merampok rumahnya. Tentang tas hitam itu masih terbayang di pikirannya. Isi dalam tas membuat badannya merinding. Mengapa Ravco menyimpan barang-barang itu semua? Untuk apa dia menyimpannya? "Tapi kemarin gaada yang hilang," ucapnya. Mungkin, kedua orang itu adalah teman kerja suaminya. Memang pikirannya saja yang sedang kacau, "Ya.. aku tidak boleh berpikir yang lain.." Semalam ia menunggu Ravco pulang, tetapi lelaki itu tak kunjung pulang. Hingga dirinya ketiduran di kasur karena tidak kuat menahan ngantuk dalam waktu yang lama. Maka, di kasur hanya ada dirinya sendiri. "Ravco??? Kamu di mana?" panggilnya sedih. Ia turun dari kasurnya dan melihat ke arah luar jendela, menunggu kedatangan lelaki itu. Merasakan kha

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 5

    Pagi hari, Ravco dan Livia sudah menjadi pasangan suami istri. Hari pertama tinggal bersama sekaligus memulai keluarga yang harmonis dan romantis. Sayangnya, keadaan mereka berdua sangat berbeda. Livia telat bangun karena ulah yang dilakukan Ravco kepadanya. Tetapi, Livia menyempatkan memasak pertama kalinya untuk sang suami. Meski tubuhnya hancur karena pertempuran panas itu. Sementara itu, keadaan Ravco baik-baik saja seperti biasa. "Hm, bagaimana keadaanmu?" tanya Ravco yang sedang memperhatikan sedari tadi."Aku?? Em... aku baik-baik saja," jawab Livia berbohong.Sebenarnya Ravco sudah tahu dengan keadaan Livia, mengingat perlakuan kejamnya semalam kepada wanita yang menjadi istrinya. Tetapi, ia sangat salut dengan istrinya karena dia tetap ingin menyiapkan sarapan pagi walau kondisinya yang sangat buruk."Sudahlah, aku bisa makan di luar saja.." ketus Ravco yang tak tega melihat istrinya seperti itu."Jangan!! a-aku mau menyiapkanmu sarapan, tolong jangan pergi.." lirih Livia me

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 4

    "EMPHHH... LEMPSHH.." "Emhh..." Ravco mencium bibir Livia dengan kasar, memainkan lidahnya di dalam rongga mulut Livia. Tangan Livia memukul keras dada bidang Ravco untuk melepaskan ciuman itu, Ravco lebih cepat mengunci kedua tangan di atas kepalanya sendiri. Dirinya tidak bisa bergerak, tubuhnya di tahan kuat. "EMPHH LEMPSHH!!" Ravco menikmati setiap sensani mulut Livia, dirinya yang lebih menguasai. Karena bibir Livia tidak membalas ciumannya, dirinya melepaskan ikatan itu. Matanya menatap sayu pada wanita yang ada bawahnya. "Kenapa tidak membalas ciumanku?" "Hahhh... hah... a-aku belum tau cara balasnya seperti apa, aku tidak pandai melakukan ini.." ucapnya pelan sambil menatap takut. "Kau hanya membalas ciumanku seperti aku menciummu sayang," ucap Ravco sedikit tersenyum. "Tapi kau terlalu kasar.." bisik pelan Livia. "Baiklah, aku akan pelan.." Ravco mulai mendekati wajah Livia kembali dan menempempelkan bibirnya pada bibir tebal itu. "Cup!!" Ravco mulai me

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status