Share

Bab 3

last update Last Updated: 2025-01-12 15:36:26

Di ruangan tertutup, Livia yang sedang didandani oleh seorang MUA terkenal. Gaun berwarna putih yang membaluti tubuhnya, menjuntai indah hingga menyapu lantai. Butiran-butiran mutiara yang menghiasi setiap gaunnya membuatnya terlihat lebih anggun. Meski wajahnya sedang diperindah, perasaan takutnya tidak bisa disembunyikan.

Ternyata MUA yang sedang menghiasinya menyadari ketakutannya, "Tenang Livia.. aku yakin proses pernikahan ini berjalan lancar.

"Iya kak.." Livia mencoba menghilangkan rasa cemasnya di dalam hatinya.

Seharusnya yang menjalani pernikahan ini adalah kakaknya. Tetapi kenapa takdir ini menimpa kepadanya yang tidak tahu apa-apa.

Sementara itu, di ruangan lain tempat Ravco berada bersama teman-temannya. Ravco berdiri di depan cermin besar yang memperlihatkan dirinya, mengenakan tuxedo hitam yang dihiasi dasi kupu-kupu. Ekspresinya datar sampai Levix dan Derriv menegurnya.

"Hey!! Kau terlihat santai sekali bosku," tegur Levix mendekati temannya.

"Ya, aku harus bagaimana lagi," ucap Ravco yang merapikan dasinya.

"Rav, kau benar-benar menikah dengan gadis itu?" tanya Derriv sambil merangkul bahu temannya.

"Hm, aish minggirlah.." Ravco menurunkan tangan temannya yang sangat menggangu.

"Oww... baiklah.."

"Hm, aku sangat penasaran.. gadis itu tahu jika kau melakukan seperti itu?"

"Sepertinya dia tidak tahu apa-apa," jawab Ravco.

"Woww!!"

Aula pernikahan yang menjadi saksi dua orang yang akan menjalankan pernikahan. Warna putih dan emas adalah campuran warna yang menciptakan kemewahan, namun tidak berlebihan. Pernikahan ini hanya dihadiri oleh orang yang termasuk penting dari kedua keluarga. Terlihat dari barisan depan, keluarga Livia dan keluarga Ravco duduk dengan wajah yang tenang sambil tersenyum.

Ravco berdiri di altar, menunggu seseorang wanita pilihannya. Aura berwibawa terpancar dari dirinya membuat semua mata tertuju padanya.

Tibalah suara musik mulai dimainkan, pintu aula perlahan terbuka menampilkan Livia yang berdiri menggunakan gaun cantik seperti malaikat. Senyumnya tak lupa menghiasi wajahnya, mencoba mengatur nafasnya agar dirinya tidak memalukan. Ia melangkah pelan dengan anggun sambil tersenyum ke semua orang yang menatapnya.

Ravco dari kejauhan menatap tajam sambil memperhatikan gerak-gerik Livia. Tak sadar bibirnya tersenyum ketika melihat Livia menatap ke arahnya. Entah kenapa, Livia sangat menarik untuknya. Tidak pernah ia menemukan gadis seperti ini sebelumnya.

Ketika Livia sudah berdiri tepat dihadapan Ravco, hatinya berdegup lebih kencang. Keduanya saling menatap satu sama lain, tiba-tiba Ravco berkata, "Kau sangat cantik..."

Livia hanya tersenyum malu, sampai lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada lelaki itu.

Setelah menjalani cukup panjang, tibalah penghulu memulai proses doa. Kemudian dilanjutkan pertanyaan dari penghulu kepada dua pengantin.

"Kepada Ravco, apakah Anda bersedia menerima Livia menjadi istri Anda, mencintai dan menjaganya dalam keadaan suka maupun duka, hingga akhir hayat?" tanya penghulu.

Ravco mengangguk yakin, "Saya bersedia."

Livia menahan tangisannya ketika Ravco mengucapkan janji suci itu. Tibalah gilirannya, penghulu bertanya lembut padanya, "Kepada Livia, apakah Anda bersedia menerima Ravco menjadi suami Anda, mencintai, dan menghormatinya dalam keadaan suka maupun duka, hingga akhir hayat?"

Suasana aula menjadi hening, Livia menarik napasnya dan mengucapkan dengan suara bergetar, "Ya.. saya bersedia."

Kemudian, penghulu mempersilahkan kedua pengantin untuk saling mengucapkan sumpah cinta.

Ravco meraih tangan Livia dengan lembut sembari mengucapkan, "Aku Ravco, bersumpah akan menjagamu, Livia sebagai istriku. Aku memegang janjiku dengan sepenuh hati dan akan mencintaimu sampai akhir hayat. Aku tidak akan membiarkanmu sakit karenaku, aku akan menjagamu selamanya. Mulai hari ini kamu adalah istriku."

Livia tertegun dengan kata-kata yang diucapkan Ravco padanya. Semua ucapan itu menyentuh hatinya, merasakan bahagia yang tidak bisa dijelaskan. Ia tidak memikirkan kejelekan atau kebusukan dari lelaki dihadapannya. Ia hanya meminta semoga apa yang diucapkan Ravco benar-benar dilakukan.

Livia menatap mata Ravco dengan lekat, "Aku, Livia bersumpah akan melakukan yang terbaik sebagai istrimu, Ravco. Aku akan menuruti semua perintahmu, akan mencintaimu sampai akhir hayat. Mungkin, aku tidak sempurna.. tapi aku akan menjalani hidup denganmu dengan sempurna."

Ravco tersenyum tipis, menatap lekat wajah wanita yang telah menjadi istrinya.

Penghulu pun mengakhiri prosesi, "Dengan ini, saya menyatakan kalian sebagai suami istri. Silahkan Ravco, Anda dipersilahkan memberikan ciuman singkat kepada istri Anda."

Ravco menyeringai, tubuhnya semakin mendekat pada tubuh Livia. Ia mendekatkan wajahnya, Livia pun ikut mendekatkan kepalanya. Membuat dua orang itu berciuman sebentar. Ravco mencium bibir tebal Livia dengan pelan, sedangkan Livia menerima itu dan membalasnya sesuai kemampuannya.

Semua orang bertepuk tangan dengan sedikit sorakan dari beberapa orang. "Yoww jagoan gue akhirnya nikah juga," teriak Levix yang membuat semua orang tertawa.

Ravco menghentikan ciumannya, "Aku akan melanjutkannya nanti malam ya sayang.." bisiknya.

"Apa.."

Setelah prosesi selesai, tamu-tamu penting mulai bersalaman kepada pasangan baru sembari mengucapkan selamat.

"Selamattt sahabatku!!! Ah, Aku tidak menyangka kamu duluan yang menikah," ucap Amila sedikit tertawa pelan melihat temannya.

Livia tak menanggapi itu, ia hanya berpelukan kepada sahabatnya untuk saling berbagi rasa bahagia. "Makasih Amila.. aku tunggu kamu nikah!!"

"Selamat bro!!!" ucap Levix sambil memeluk singkat dan menepuk punggung sahabatnya.

"Ya, kau sangat memalukan tadi.."

"Harus seperti itu, Rav.."

"Cieee nikah, jangan lupa live nanti malam ya," bisik Derriv pada sahabatnya.

"Nanti akan aku share.."

"WOWW!!!"

Setelah acara selesai dan tamu-tamu telah pulang. Livia dan Ravco pergi ke rumah mereka berdua. Kini, Livia yang sedang duduk di tepi ranjang dengan perasaannya yang gugup. Mereka berdua sudah membersihkan diri dari acara yang cukup melelahkan.

Ravco menyemprotkan parfum ke tubuhnya, diam-diam matanya melirik pada Livia yang sedang menyisir rambutnya. Sebelumnya, mereka berdua mandi masing-masing. Awalnya, Ravco mengajak Livia untuk mandi bersama. Karena sang empu tak mau, maka mereka mandi sendiri.

"Jangan takut, aku tidak akan memaksamu melakukan apa pun.." ucap Ravco sembari mendekati Livia.

Livia akhirnya bernafas lega, sedari tadi nafasnya tak bisa di atur karena takut akan perlakuan laki-laki itu kepadanya. Ternyata, pikiran negatifnya tidak terjadi hari ini.

"Em.. kemarilah tidur bersamaku," ucap pelan Ravco menepuk pinggir kasurnya.

Livia langsung ikut berbaring di samping Ravco, wangi maskulin sangat memenuhi ruangannya. Lelaki itu tiba-tiba mendekatkan kepada tubuhnya, "Engh.. kemarilah aku ingin bicara.." Livia menurut, mendekatkan tubuhnya.

Related chapters

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 4

    "EMPHHH... LEMPSHH.." "Emhh..." Ravco mencium bibir Livia dengan kasar, memainkan lidahnya di dalam rongga mulut Livia. Tangan Livia memukul keras dada bidang Ravco untuk melepaskan ciuman itu, Ravco lebih cepat mengunci kedua tangan di atas kepalanya sendiri. Dirinya tidak bisa bergerak, tubuhnya di tahan kuat. "EMPHH LEMPSHH!!" Ravco menikmati setiap sensani mulut Livia, dirinya yang lebih menguasai. Karena bibir Livia tidak membalas ciumannya, dirinya melepaskan ikatan itu. Matanya menatap sayu pada wanita yang ada bawahnya. "Kenapa tidak membalas ciumanku?" "Hahhh... hah... a-aku belum tau cara balasnya seperti apa, aku tidak pandai melakukan ini.." ucapnya pelan sambil menatap takut. "Kau hanya membalas ciumanku seperti aku menciummu sayang," ucap Ravco sedikit tersenyum. "Tapi kau terlalu kasar.." bisik pelan Livia. "Baiklah, aku akan pelan.." Ravco mulai mendekati wajah Livia kembali dan menempempelkan bibirnya pada bibir tebal itu. "Cup!!" Ravco mulai me

    Last Updated : 2025-01-12
  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 5

    Pagi hari, Ravco dan Livia sudah menjadi pasangan suami istri. Hari pertama tinggal bersama sekaligus memulai keluarga yang harmonis dan romantis. Sayangnya, keadaan mereka berdua sangat berbeda. Livia telat bangun karena ulah yang dilakukan Ravco kepadanya. Tetapi, Livia menyempatkan memasak pertama kalinya untuk sang suami. Meski tubuhnya hancur karena pertempuran panas itu. Sementara itu, keadaan Ravco baik-baik saja seperti biasa. "Hm, bagaimana keadaanmu?" tanya Ravco yang sedang memperhatikan sedari tadi."Aku?? Em... aku baik-baik saja," jawab Livia berbohong.Sebenarnya Ravco sudah tahu dengan keadaan Livia, mengingat perlakuan kejamnya semalam kepada wanita yang menjadi istrinya. Tetapi, ia sangat salut dengan istrinya karena dia tetap ingin menyiapkan sarapan pagi walau kondisinya yang sangat buruk."Sudahlah, aku bisa makan di luar saja.." ketus Ravco yang tak tega melihat istrinya seperti itu."Jangan!! a-aku mau menyiapkanmu sarapan, tolong jangan pergi.." lirih Livia me

    Last Updated : 2025-01-13
  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 6

    Pagi hari, Livia terbangun yang langsung disambut dengan pikirannya. Semalam, ia benar-benar dihantui oleh rasa penasaran tentang percakapan antara dua orang lelaki yang masuk ke dalam rumahnya. Orang yang masuk itu antara temannya Ravco atau— penjahat yang merampok rumahnya. Tentang tas hitam itu masih terbayang di pikirannya. Isi dalam tas membuat badannya merinding. Mengapa Ravco menyimpan barang-barang itu semua? Untuk apa dia menyimpannya? "Tapi kemarin gaada yang hilang," ucapnya. Mungkin, kedua orang itu adalah teman kerja suaminya. Memang pikirannya saja yang sedang kacau, "Ya.. aku tidak boleh berpikir yang lain.." Semalam ia menunggu Ravco pulang, tetapi lelaki itu tak kunjung pulang. Hingga dirinya ketiduran di kasur karena tidak kuat menahan ngantuk dalam waktu yang lama. Maka, di kasur hanya ada dirinya sendiri. "Ravco??? Kamu di mana?" panggilnya sedih. Ia turun dari kasurnya dan melihat ke arah luar jendela, menunggu kedatangan lelaki itu. Merasakan kha

    Last Updated : 2025-01-18
  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 7

    "Tunggu, wajahmu terlihat masih muda.. kau umur berapa?" tanya Grio menatap lekat pada Livia. "22 tahun.." "Single?" tanya Rendy sambil menaikan alisnya. "Maaf, aku udah nikah kak.." jawab Livia sambil tersenyum malu. "Hm, gapapa.. kau memang cocok untuk dinikahi.." sahut Rendy sambil tersenyum namun kecewa. "Maksudnya kak?" tanya Livia yang tidak mengerti. "Kau memiliki badan yang bagus, dan wajahmu sangat cantik.." jawab Grio mewakili yang lainnya. "Oh beneran? padahal aku ngerasa gendut banget.. lihat nih." Livia berdiri sebentar sambil menunjukkan tubuhnya yang merasa gemuk. Para pria langsung melihat tubuh Livia dengan seksama sambil tersenyum penuh arti. "Oh coba aku ingin lihat dari belakang.." pinta Arden yang disetujui oleh yang lain. Livia langsung membalikkan tubuhnya sendiri untuk menunjukkan tubuhnya yang gemuk. Sedangkan, mereka menatap Livia dengan tatapan sedang menahan sesuatu. Livia menggunakan pakaian yang ketat, karena menurutnya lucu ada bu

    Last Updated : 2025-01-19
  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 8

    Livia di larang oleh Ravco untuk tidak bertemu dengan empat orang lelaki yang baru menjadi temannya kemarin. Tidak ada alasan apapun dari Ravco, dia hanya berkata, "Mereka adalah orang yang jahat, kau harus berhati-hati.." Tak tahu apa yang disembunyikan oleh Ravco sampai melarangnya seperti itu. Mungkin, itu adalah kebaikan untuknya dengan cara menjauh. Hanya Ravco yang tahu terhadap beberapa pria itu, sementara dirinya baru saja bertemu. Kini, dirinya sedang dituntun berjalan oleh Ravco, karena tubuhnya tidak bisa berjalan sempurna. Sehabis pertempuran di mobil, ternyata Ravco melanjutkannya di rumah menghabiskan 8 ronde. Tak terbayang keadaan tubuhnya seperti apa, lihatlah— tubuhnya sudah remuk sampai tidak bisa berjalan bahkan bergerak pun tak mampu. Livia selalu meringis kesakitan membuat Ravco merasa bersalah karena perlakuannya. "Sayang, maafkan aku.." Livia menoleh, "Iya gapapa, aku juga minta maaf sama kamu karena aku ga minta izin dulu sebelum pergi," ucapnya sam

    Last Updated : 2025-01-19
  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 9

    "Tolong kalian berdua untuk membantu persiapan kakakmu yang ingin menikah sebentar lagi.." ucap Mama Yeny pada anak dan menantunya. "Apa?? kakak menikah?" sontak Livia terkejut. "Iya, dan kamu bantu kakak ya untuk persiapkan lainnya," ucap Raeny dengan ramah. Livia merasa senang mendapatkan respon yang berbeda dari kakaknya. "Siap kak.." "Calon kakak mana?" tanya Livia sangat penasaran. "Hey!! Untuk apa kau menanyakan itu?" tanya Ravco menatap tajam pada Livia. "Aku penasaran.. soalnya aku tidak pernah melihat calon kakakku..." jawab Livia sedikit tenang. Ravco tak menjawab, ia hanya memalingkan wajahnya malas. "Dia sebentar lagi akan datang," ucap Raeny sangat tak sabar. Terdengar suara langkah dari belakang, membuat semuanya menoleh pada seseorang itu. "Sayang... akhirnya kau datang," Raeny mendekati calonnya dan memeluk tubuh itu. "A-apa?? Rendy?" batin Livia terkejut. Sementara Ravco menatap acuh pada dua orang yang sedang mesra itu. "Nah itu

    Last Updated : 2025-01-20
  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 10

    Pengantin baru sedang duduk berdampingan di kursi pesawat, dengan tangan yang saling menggenggam erat dan kepala yang menyenderkan satu sama lain. Wajah mereka terlihat melelahkan menunggu sampainya pesawat. Kini, mereka tengah menuju Maldives, tempat yang Ravco pilih untuk memulai babak baru bersama dalam hidup. Langit yang semulanya berwarna gelap berubah menjadi cerah. Langit itu menjadi saksi perjalanan cinta mereka dari awal sampai sekarang. Setelah menempuh perjalanan panjang, akhirnya mereka mendarat di Bandara Internasional Velana, Maldives. Langit biru dan angin yang sangat kencang terasa menembus kulit, mereka melangkah keluar pesawat dengan perasaan semangat. Ravco dan Livia akhirnya sampai di villa yang sudah disewa sebelumnya, tempatnya berada di tepi laut dengan pemandangan yang menakjubkan. Mereka tidak perlu malu, karena villa ini khusus untuk mereka berdua. Tidak hanya ada air laut, tetapi di sekitar laut juga tersedia peluncuran, kolam renang, jembatan di ata

    Last Updated : 2025-01-20
  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 11

    Ravco terganggu dengan suara seseorang di kamar mandi, matanya perlahan membuka melihat sekitarnya. "Sayang?" samping kasurnya kosong, Ravco bangun untuk mengecek ke kamar mandi. "Sayangg??" panggilnya. "HUEKK.." "HUEKKK.." "Humphh.. HUEKK.." Ravco mendobrak pintu kamar mandi, "Sayang kaukenapa??!" tanyanya panik. Livia terus mual-mual tanpa sebab, kepalanya pusing, dan tubuhnya lemas. "Huekk.." Ravco mendekat, mengusap punggung Livia sangat khawatir. Ia baru teringat, kini senyumannya menyungging. "Sepertinya kau harus mengeceknya sayang.." "Hah? cek apa?" tanya Livia. "Cek testpack, mungkin kau hamil.." jawab Ravco merasakan senang duluan. "Oh? em.. aku ga punya testpack," lirih Livia menatap lemah pada sang suami. "Hm, aku punya.." Ravco keluar kamar mandi untuk mengambil testpack untuk berjaga-jaga. Untungnya testpack itu terpakai oleh istrinya. Ravco kembali masuk dengan dua testpack ditangannya. "Coba dua-duanya.." "Hm, oke.. kamu keluar sana!!"

    Last Updated : 2025-01-21

Latest chapter

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 12

    Setelah melakukan honeymoon, Livia dan Ravco berkunjung ke rumah orang tuanya untuk menyampaikan kabar bahagia darinya. Suasana di ruang keluarga begitu hening, Livia menoleh sebentar ke arah Ravco sambil tersenyum. "Kita punya kabar bahagia," ucap Livia malu-malu. "Apa itu?" tanya Mama Yeny. Ravco menlanjutkan sambil tersenyum tipis, "Kami akan menjadi orang tua dan.. kalian akan menjadi nenek dan kakek." Mama Yeny begitu terkejut, sedemikian rupa harus menampilkan wajah yang bahagia. "Ah benarkah? Ibu senang sekali.. akhirnya kalian dikaruniai anak." Livia dan Ravco saling menatap penuh kebahagiaan. "Iya mah, rezeki kita.." ucap Livia merasa bahagia atas ucapan mamanya. Di sudut ruangan, kak Raeny menatap mereka dengan pandangan yang sulit diartikan. Ada senyum di wajahnya, tapi hatinya berbicara lain. Dia menatap Ravco sesaat lebih lama dari yang seharusnya, memerhatikan caranya bicara dengan percaya diri dan perhatian yang tulus pada Livia. “Hmm, selamat ya,” uca

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 11

    Ravco terganggu dengan suara seseorang di kamar mandi, matanya perlahan membuka melihat sekitarnya. "Sayang?" samping kasurnya kosong, Ravco bangun untuk mengecek ke kamar mandi. "Sayangg??" panggilnya. "HUEKK.." "HUEKKK.." "Humphh.. HUEKK.." Ravco mendobrak pintu kamar mandi, "Sayang kaukenapa??!" tanyanya panik. Livia terus mual-mual tanpa sebab, kepalanya pusing, dan tubuhnya lemas. "Huekk.." Ravco mendekat, mengusap punggung Livia sangat khawatir. Ia baru teringat, kini senyumannya menyungging. "Sepertinya kau harus mengeceknya sayang.." "Hah? cek apa?" tanya Livia. "Cek testpack, mungkin kau hamil.." jawab Ravco merasakan senang duluan. "Oh? em.. aku ga punya testpack," lirih Livia menatap lemah pada sang suami. "Hm, aku punya.." Ravco keluar kamar mandi untuk mengambil testpack untuk berjaga-jaga. Untungnya testpack itu terpakai oleh istrinya. Ravco kembali masuk dengan dua testpack ditangannya. "Coba dua-duanya.." "Hm, oke.. kamu keluar sana!!"

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 10

    Pengantin baru sedang duduk berdampingan di kursi pesawat, dengan tangan yang saling menggenggam erat dan kepala yang menyenderkan satu sama lain. Wajah mereka terlihat melelahkan menunggu sampainya pesawat. Kini, mereka tengah menuju Maldives, tempat yang Ravco pilih untuk memulai babak baru bersama dalam hidup. Langit yang semulanya berwarna gelap berubah menjadi cerah. Langit itu menjadi saksi perjalanan cinta mereka dari awal sampai sekarang. Setelah menempuh perjalanan panjang, akhirnya mereka mendarat di Bandara Internasional Velana, Maldives. Langit biru dan angin yang sangat kencang terasa menembus kulit, mereka melangkah keluar pesawat dengan perasaan semangat. Ravco dan Livia akhirnya sampai di villa yang sudah disewa sebelumnya, tempatnya berada di tepi laut dengan pemandangan yang menakjubkan. Mereka tidak perlu malu, karena villa ini khusus untuk mereka berdua. Tidak hanya ada air laut, tetapi di sekitar laut juga tersedia peluncuran, kolam renang, jembatan di ata

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 9

    "Tolong kalian berdua untuk membantu persiapan kakakmu yang ingin menikah sebentar lagi.." ucap Mama Yeny pada anak dan menantunya. "Apa?? kakak menikah?" sontak Livia terkejut. "Iya, dan kamu bantu kakak ya untuk persiapkan lainnya," ucap Raeny dengan ramah. Livia merasa senang mendapatkan respon yang berbeda dari kakaknya. "Siap kak.." "Calon kakak mana?" tanya Livia sangat penasaran. "Hey!! Untuk apa kau menanyakan itu?" tanya Ravco menatap tajam pada Livia. "Aku penasaran.. soalnya aku tidak pernah melihat calon kakakku..." jawab Livia sedikit tenang. Ravco tak menjawab, ia hanya memalingkan wajahnya malas. "Dia sebentar lagi akan datang," ucap Raeny sangat tak sabar. Terdengar suara langkah dari belakang, membuat semuanya menoleh pada seseorang itu. "Sayang... akhirnya kau datang," Raeny mendekati calonnya dan memeluk tubuh itu. "A-apa?? Rendy?" batin Livia terkejut. Sementara Ravco menatap acuh pada dua orang yang sedang mesra itu. "Nah itu

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 8

    Livia di larang oleh Ravco untuk tidak bertemu dengan empat orang lelaki yang baru menjadi temannya kemarin. Tidak ada alasan apapun dari Ravco, dia hanya berkata, "Mereka adalah orang yang jahat, kau harus berhati-hati.." Tak tahu apa yang disembunyikan oleh Ravco sampai melarangnya seperti itu. Mungkin, itu adalah kebaikan untuknya dengan cara menjauh. Hanya Ravco yang tahu terhadap beberapa pria itu, sementara dirinya baru saja bertemu. Kini, dirinya sedang dituntun berjalan oleh Ravco, karena tubuhnya tidak bisa berjalan sempurna. Sehabis pertempuran di mobil, ternyata Ravco melanjutkannya di rumah menghabiskan 8 ronde. Tak terbayang keadaan tubuhnya seperti apa, lihatlah— tubuhnya sudah remuk sampai tidak bisa berjalan bahkan bergerak pun tak mampu. Livia selalu meringis kesakitan membuat Ravco merasa bersalah karena perlakuannya. "Sayang, maafkan aku.." Livia menoleh, "Iya gapapa, aku juga minta maaf sama kamu karena aku ga minta izin dulu sebelum pergi," ucapnya sam

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 7

    "Tunggu, wajahmu terlihat masih muda.. kau umur berapa?" tanya Grio menatap lekat pada Livia. "22 tahun.." "Single?" tanya Rendy sambil menaikan alisnya. "Maaf, aku udah nikah kak.." jawab Livia sambil tersenyum malu. "Hm, gapapa.. kau memang cocok untuk dinikahi.." sahut Rendy sambil tersenyum namun kecewa. "Maksudnya kak?" tanya Livia yang tidak mengerti. "Kau memiliki badan yang bagus, dan wajahmu sangat cantik.." jawab Grio mewakili yang lainnya. "Oh beneran? padahal aku ngerasa gendut banget.. lihat nih." Livia berdiri sebentar sambil menunjukkan tubuhnya yang merasa gemuk. Para pria langsung melihat tubuh Livia dengan seksama sambil tersenyum penuh arti. "Oh coba aku ingin lihat dari belakang.." pinta Arden yang disetujui oleh yang lain. Livia langsung membalikkan tubuhnya sendiri untuk menunjukkan tubuhnya yang gemuk. Sedangkan, mereka menatap Livia dengan tatapan sedang menahan sesuatu. Livia menggunakan pakaian yang ketat, karena menurutnya lucu ada bu

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 6

    Pagi hari, Livia terbangun yang langsung disambut dengan pikirannya. Semalam, ia benar-benar dihantui oleh rasa penasaran tentang percakapan antara dua orang lelaki yang masuk ke dalam rumahnya. Orang yang masuk itu antara temannya Ravco atau— penjahat yang merampok rumahnya. Tentang tas hitam itu masih terbayang di pikirannya. Isi dalam tas membuat badannya merinding. Mengapa Ravco menyimpan barang-barang itu semua? Untuk apa dia menyimpannya? "Tapi kemarin gaada yang hilang," ucapnya. Mungkin, kedua orang itu adalah teman kerja suaminya. Memang pikirannya saja yang sedang kacau, "Ya.. aku tidak boleh berpikir yang lain.." Semalam ia menunggu Ravco pulang, tetapi lelaki itu tak kunjung pulang. Hingga dirinya ketiduran di kasur karena tidak kuat menahan ngantuk dalam waktu yang lama. Maka, di kasur hanya ada dirinya sendiri. "Ravco??? Kamu di mana?" panggilnya sedih. Ia turun dari kasurnya dan melihat ke arah luar jendela, menunggu kedatangan lelaki itu. Merasakan kha

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 5

    Pagi hari, Ravco dan Livia sudah menjadi pasangan suami istri. Hari pertama tinggal bersama sekaligus memulai keluarga yang harmonis dan romantis. Sayangnya, keadaan mereka berdua sangat berbeda. Livia telat bangun karena ulah yang dilakukan Ravco kepadanya. Tetapi, Livia menyempatkan memasak pertama kalinya untuk sang suami. Meski tubuhnya hancur karena pertempuran panas itu. Sementara itu, keadaan Ravco baik-baik saja seperti biasa. "Hm, bagaimana keadaanmu?" tanya Ravco yang sedang memperhatikan sedari tadi."Aku?? Em... aku baik-baik saja," jawab Livia berbohong.Sebenarnya Ravco sudah tahu dengan keadaan Livia, mengingat perlakuan kejamnya semalam kepada wanita yang menjadi istrinya. Tetapi, ia sangat salut dengan istrinya karena dia tetap ingin menyiapkan sarapan pagi walau kondisinya yang sangat buruk."Sudahlah, aku bisa makan di luar saja.." ketus Ravco yang tak tega melihat istrinya seperti itu."Jangan!! a-aku mau menyiapkanmu sarapan, tolong jangan pergi.." lirih Livia me

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 4

    "EMPHHH... LEMPSHH.." "Emhh..." Ravco mencium bibir Livia dengan kasar, memainkan lidahnya di dalam rongga mulut Livia. Tangan Livia memukul keras dada bidang Ravco untuk melepaskan ciuman itu, Ravco lebih cepat mengunci kedua tangan di atas kepalanya sendiri. Dirinya tidak bisa bergerak, tubuhnya di tahan kuat. "EMPHH LEMPSHH!!" Ravco menikmati setiap sensani mulut Livia, dirinya yang lebih menguasai. Karena bibir Livia tidak membalas ciumannya, dirinya melepaskan ikatan itu. Matanya menatap sayu pada wanita yang ada bawahnya. "Kenapa tidak membalas ciumanku?" "Hahhh... hah... a-aku belum tau cara balasnya seperti apa, aku tidak pandai melakukan ini.." ucapnya pelan sambil menatap takut. "Kau hanya membalas ciumanku seperti aku menciummu sayang," ucap Ravco sedikit tersenyum. "Tapi kau terlalu kasar.." bisik pelan Livia. "Baiklah, aku akan pelan.." Ravco mulai mendekati wajah Livia kembali dan menempempelkan bibirnya pada bibir tebal itu. "Cup!!" Ravco mulai me

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status