Share

Bab 8

last update Last Updated: 2025-01-19 18:15:19

Livia di larang oleh Ravco untuk tidak bertemu dengan empat orang lelaki yang baru menjadi temannya kemarin. Tidak ada alasan apapun dari Ravco, dia hanya berkata, "Mereka adalah orang yang jahat, kau harus berhati-hati.."

Tak tahu apa yang disembunyikan oleh Ravco sampai melarangnya seperti itu. Mungkin, itu adalah kebaikan untuknya dengan cara menjauh. Hanya Ravco yang tahu terhadap beberapa pria itu, sementara dirinya baru saja bertemu.

Kini, dirinya sedang dituntun berjalan oleh Ravco, karena tubuhnya tidak bisa berjalan sempurna. Sehabis pertempuran di mobil, ternyata Ravco melanjutkannya di rumah menghabiskan 8 ronde.

Tak terbayang keadaan tubuhnya seperti apa, lihatlah— tubuhnya sudah remuk sampai tidak bisa berjalan bahkan bergerak pun tak mampu.

Livia selalu meringis kesakitan membuat Ravco merasa bersalah karena perlakuannya. "Sayang, maafkan aku.."

Livia menoleh, "Iya gapapa, aku juga minta maaf sama kamu karena aku ga minta izin dulu sebelum pergi," ucapnya sambil tersenyum.

"Hm, tak usah dipikirkan. Kau tak usah bertemu dengan mereka lagi.. dia orang jahat, aku yang tahu sifat mereka!!" tegas Ravco merasa emosi kembali.

"Huh, baiklah.."

"Sayang ayo kita mandi," ajak Ravco.

"Apa? a-aku bisa sendiri," ucap Livia cepat dengan perasaan gugup. Ia tahu apa yang ingin dilakukan Ravco ketika mandi.

"Huh, kenapa? lagipula aku tidak akan melakukan apapun sayang.." ucap Ravco.

"Janji?" Livia mengangkat jari kelingkingnya untuk memberikan perjanjian.

"Hm iya sayang.." Ravco mengangkat jari kelingkingnya untuk berjanji.

Mereka berdua pun pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh mereka yang lengket. Tak berselang lama, terdengar suara desahan dari dalam kamar mandi. Di aluni dengan suara becek antara kulit.

"Akhhh.. ahhh.. ah.... kau bohonghh..." desah Livia sembari menangis merasakan sakit yang sama.

"Satu ronde saja sayang.."

Ternyata, mereka melakukan hubungan intim kembali. Setelah selesai, mereka membersihkan tubuh mereka yang lengket. Dengan bantuan Ravco membersihkan tubuh istrinya yang lemas karena ulahnya. "Tahann.."

Ravco keluar dengan menggendong tubuh Livia, karena istrinya tak sanggup untuk berjalan. "Udah.." Ravco bertanggung jawab membantu Livia menggunakan pakaian.

"Makasih.."

"Hm, maafkan aku.." ucap Ravco merasa bersalah.

"Gapapa, ini juga kesalahan aku.." jawab Livia.

"Ting!!"

Bunyi pesan masuk dari ponsel Ravco, ia membuka ponselnya untuk melihat pesan yang masuk.

"Ravco, sekarang ada acara berkumpul keluarga nanti siang. Jangan lupa ajak Livia juga.. Tante harap kamu datang karena ini penting," -Tante Yeny-

"Ya, bisa."

Ravco mematikan ponselnya, mendekati Livia yang sedang mengeringkan rambut.

"Sayang?" panggil Ravco.

"Hm, iya kenapa?" tanya Livia.

"Sekarang mamamu mengajak kita untuk berkumpul keluarga di rumahnya.." ucap Ravco.

"Apa?" sontak Livia sangat terkejut.

Ravco ikut duduk di samping sang istri, "Hm? aku sudah mengatakan iya pada mamamu.."

"Tapi.."

"Hm, mamamu bilang bahwa ini acara penting. Apakah aku harus menolaknya? oh tunggu aku akan menolak—" ucapnya terpotong.

"Jangan!! aku bisa kok,"

"Tenang sayang, lagipula ada aku di sampingmu.. aku akan membantumu selama di sana," ucap Ravco sambil mengusap perut Livia.

"Ah? kenapa ke perut?" tanya Livia kebingungan.

"Hm.. aku harap ada bayi kita di sini.."

Livia tersenyum malu, "Maafkan aku.. aku belum—" ucapannya terpotong.

"Tak apa, kita harus melakukannya lebih rajin sayang.." ucap Ravco tersenyum penuh arti.

Livia mengangguk mengerti, "Iya.." Livia merasa sedih mendengarnya. "Kenapa sampai sekarang dirinya belum hamil?" Apakah harus melakukan lebih rajin seperti apa yang diucapkan Ravco.

Mereka pun menonton film bersama sembari menunggu waktu pergi.

"Sayang, kalau di pikir-pikir kita belum melakukan bulan madu," ucap Ravco sambil memeluk tubuh sang istri.

"Memangnya harus?" tanya Livia polos.

"Tidak, hanya.." Ravco membenarkan rambut Livia yang sedikit berantakan. "Aku mau mengajakmu bulan madu besok.." lanjutnya.

"Jalan-jalan?" tanya Livia melirik Ravco.

"Ya, dan melakukan hal lain.."

"Aku mau.." seru Livia.

"Aku sudah menyiapkannya, dan kau ingin kemana sayang? untuk tambahan bulan madu darimu.." pinta Ravco meminta saran dari Livia.

"Aku ikut aja, terserah kamu.."

"Kalau begitu, besok kita akan berangkat.."

"Oke.."

Dengan Livia menyenderkan kepalanya pada dada bidang Ravco, itu adalah posisinya nyamannya. Tubuhnya merasa pelukan hangat dari sang empu, ia menyukai posisi ini. Ternyata benar, takdir tidak selalu buruk untuknya. Menikah dengan Ravco adalah kebahagiaannya sekarang, walau sedikit kasar dan pemarah.

Tiba-tiba bunyi ponsel masuk, "Ravco? Livia? Kalian tidak sedang bulan madu kan?" -Mama Yeni-

"Tidak," -Ravco-.

"Ayo sayang.. kita pergi," ajak Ravco.

"Engh? ayo.."

Livia mencoba berdiri pelan-pelan dibantu oleh Ravco. Menggenggam lengan Ravco selama berjalan. "Awh..." Entah kenapa rasa sakit di bawahnya masih berdenyut.

"Masih sakit?" tanya Ravco menatap khawatir.

Livia mengangguk, "Masih.."

"Yaudah kita batalkan saja.." ucap Ravco.

"Jangan, aku masih bisa jalan.." ucap Livia cepat, menahan tangan Ravco yang ingin mengambil ponselnya.

"Hm, kau kalau tak kuat bilang saja.."

Livia mengangguk terharu, "Mengapa lelaki ini begitu perhatian kepadanya?" batinnya.

Mereka pun pergi menggunakan mobil pribadi milik Ravco. Selama perjalanannya di isi dengan obrolan keduanya. Livia berkaca dulu untuk mengecek wajahnya. Dirinya baru tersadar akan kemerahan pada lehernya.

"Inii?" Livia menyentuh lehernya yang mempunyai bercak merah akibat ulah Ravco.

Ravco menoleh, "Kenapa sayang?"

"Aku belum menutupinya.." ucap Livia sangat panik.

"Sudahlah tak apa.."

"Gak!! Aku malu.." lirih Livia.

"Hm, itu sudah biasa yang dilakukan oleh suami istri.." ucap Ravco tidak begitu peduli.

"Tapi ini banyak.." Livia menatap sedih pada Ravco.

"Em.. tunggu," Ravco mengambil sesuatu dari belakang mobilnya.

"Pakai ini." Ravco memberikan syal berwarna cream yang ia punya.

Livia menerimanya, "Makasih.." ia langsung memasangkan syal pada lehernya. Akhirnya, hidupnya terselamatkan karena sebuah syal.

"

Related chapters

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 9

    "Tolong kalian berdua untuk membantu persiapan kakakmu yang ingin menikah sebentar lagi.." ucap Mama Yeny pada anak dan menantunya. "Apa?? kakak menikah?" sontak Livia terkejut. "Iya, dan kamu bantu kakak ya untuk persiapkan lainnya," ucap Raeny dengan ramah. Livia merasa senang mendapatkan respon yang berbeda dari kakaknya. "Siap kak.." "Calon kakak mana?" tanya Livia sangat penasaran. "Hey!! Untuk apa kau menanyakan itu?" tanya Ravco menatap tajam pada Livia. "Aku penasaran.. soalnya aku tidak pernah melihat calon kakakku..." jawab Livia sedikit tenang. Ravco tak menjawab, ia hanya memalingkan wajahnya malas. "Dia sebentar lagi akan datang," ucap Raeny sangat tak sabar. Terdengar suara langkah dari belakang, membuat semuanya menoleh pada seseorang itu. "Sayang... akhirnya kau datang," Raeny mendekati calonnya dan memeluk tubuh itu. "A-apa?? Rendy?" batin Livia terkejut. Sementara Ravco menatap acuh pada dua orang yang sedang mesra itu. "Nah itu

    Last Updated : 2025-01-20
  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 10

    Pengantin baru sedang duduk berdampingan di kursi pesawat, dengan tangan yang saling menggenggam erat dan kepala yang menyenderkan satu sama lain. Wajah mereka terlihat melelahkan menunggu sampainya pesawat. Kini, mereka tengah menuju Maldives, tempat yang Ravco pilih untuk memulai babak baru bersama dalam hidup. Langit yang semulanya berwarna gelap berubah menjadi cerah. Langit itu menjadi saksi perjalanan cinta mereka dari awal sampai sekarang. Setelah menempuh perjalanan panjang, akhirnya mereka mendarat di Bandara Internasional Velana, Maldives. Langit biru dan angin yang sangat kencang terasa menembus kulit, mereka melangkah keluar pesawat dengan perasaan semangat. Ravco dan Livia akhirnya sampai di villa yang sudah disewa sebelumnya, tempatnya berada di tepi laut dengan pemandangan yang menakjubkan. Mereka tidak perlu malu, karena villa ini khusus untuk mereka berdua. Tidak hanya ada air laut, tetapi di sekitar laut juga tersedia peluncuran, kolam renang, jembatan di ata

    Last Updated : 2025-01-20
  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 11

    Ravco terganggu dengan suara seseorang di kamar mandi, matanya perlahan membuka melihat sekitarnya. "Sayang?" samping kasurnya kosong, Ravco bangun untuk mengecek ke kamar mandi. "Sayangg??" panggilnya. "HUEKK.." "HUEKKK.." "Humphh.. HUEKK.." Ravco mendobrak pintu kamar mandi, "Sayang kaukenapa??!" tanyanya panik. Livia terus mual-mual tanpa sebab, kepalanya pusing, dan tubuhnya lemas. "Huekk.." Ravco mendekat, mengusap punggung Livia sangat khawatir. Ia baru teringat, kini senyumannya menyungging. "Sepertinya kau harus mengeceknya sayang.." "Hah? cek apa?" tanya Livia. "Cek testpack, mungkin kau hamil.." jawab Ravco merasakan senang duluan. "Oh? em.. aku ga punya testpack," lirih Livia menatap lemah pada sang suami. "Hm, aku punya.." Ravco keluar kamar mandi untuk mengambil testpack untuk berjaga-jaga. Untungnya testpack itu terpakai oleh istrinya. Ravco kembali masuk dengan dua testpack ditangannya. "Coba dua-duanya.." "Hm, oke.. kamu keluar sana!!"

    Last Updated : 2025-01-21
  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 12

    Setelah melakukan honeymoon, Livia dan Ravco berkunjung ke rumah orang tuanya untuk menyampaikan kabar bahagia darinya. Suasana di ruang keluarga begitu hening, Livia menoleh sebentar ke arah Ravco sambil tersenyum. "Kita punya kabar bahagia," ucap Livia malu-malu. "Apa itu?" tanya Mama Yeny. Ravco menlanjutkan sambil tersenyum tipis, "Kami akan menjadi orang tua dan.. kalian akan menjadi nenek dan kakek." Mama Yeny begitu terkejut, sedemikian rupa harus menampilkan wajah yang bahagia. "Ah benarkah? Ibu senang sekali.. akhirnya kalian dikaruniai anak." Livia dan Ravco saling menatap penuh kebahagiaan. "Iya mah, rezeki kita.." ucap Livia merasa bahagia atas ucapan mamanya. Di sudut ruangan, kak Raeny menatap mereka dengan pandangan yang sulit diartikan. Ada senyum di wajahnya, tapi hatinya berbicara lain. Dia menatap Ravco sesaat lebih lama dari yang seharusnya, memerhatikan caranya bicara dengan percaya diri dan perhatian yang tulus pada Livia. “Hmm, selamat ya,” uca

    Last Updated : 2025-01-23
  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 1

    Suara kericuhan antara kedua orang tua dengan anak perempuannya. Membuat seisi ruangan menjadi panas akibat perbincangan yang cukup gila. Tiba-tiba ruangan itu menjadi hening karena ucapan dari Raeny. "Mah!! Pah!! Suruh Livia aja yang nikah sama pria mafia itu, aku kan udah punya Rendy!!" ucap Raeny menatap tajam kepada kedua orangtuanya. "Oh? betul juga ya, kenapa mama baru kepikiran ada anak itu?" ucap Mama sambil tersenyum licik. "Papa juga baru kepikiran.." sahut Papa menatap pada istrinya. "LIVIAAAA!!!" teriak Mama sangat nyaring. Livia datang sembari memegang sapu di tangannya, "Iya mah, kenapa?""Simpan dulu itu sapu!! Mama dan Papa mau ngomong sama kamu," tegas Mama. "Oh baik, mah.." Livia segera menyimpan sapu jauh-jauh dari tempat itu. "Kenapa Mah? Pah?" tanya Livia yang baru kembali. "Jadi, mama mau kamu menikah dengan pria mafia terkenal!! Mama tidak mau tau, kamu harus terima itu!!" tegas Mama sambil melipatkan tangan. "A-apa? Menikah? T-tapi kenapa Mah? Pah?" t

    Last Updated : 2025-01-11
  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 2

    "Terima kasih Tuan Ravco telah datang ke sini. Kami tahu Anda sangat sibuk," ucap Papa Tion. Ravco menatap tajam, "Aku tahu ini urusan penting, terutama. menyangkut..." Ravco melirik pada Livia sambil tersenyum tipis. "Tuan perkenalkan ini anak sulung kami, Raeny dan ini dia Livia, adiknya.." ucap Mama Yeny menunjuk kepada dua perempuan di sampingnya. Ravco memperhatikan keduanya dengan tajam, "Hm, kenapa wajah kalian sangat berbeda?" "Maaf, Tuan. Sebenarnya mereka bukan saudara kandung dari darah yang sama," ucap Papa Tion menjelaskan lebih rinci. "Hm, tidak masalah.." Ravco menatap satu perempuan yang cukup menarik baginya. Sedangkan, Livia merasa risih terhadap lelaki itu yang terus menatapnya. Mencoba mengalihkan pandangannya ke arah lain. Raeny tersenyum tipis dan tenang, "Senang bertemu Anda, Tuann.." Livia menatap kaku, berbicara pelan. "A-aku juga.." "Tuan, sebelumnya kami ingin menawarkan Raeny untuk menjadi calon istri Anda. Tapi karena Raeny sudah memiliki

    Last Updated : 2025-01-12
  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 3

    Di ruangan tertutup, Livia yang sedang didandani oleh seorang MUA terkenal. Gaun berwarna putih yang membaluti tubuhnya, menjuntai indah hingga menyapu lantai. Butiran-butiran mutiara yang menghiasi setiap gaunnya membuatnya terlihat lebih anggun. Meski wajahnya sedang diperindah, perasaan takutnya tidak bisa disembunyikan. Ternyata MUA yang sedang menghiasinya menyadari ketakutannya, "Tenang Livia.. aku yakin proses pernikahan ini berjalan lancar. "Iya kak.." Livia mencoba menghilangkan rasa cemasnya di dalam hatinya. Seharusnya yang menjalani pernikahan ini adalah kakaknya. Tetapi kenapa takdir ini menimpa kepadanya yang tidak tahu apa-apa. Sementara itu, di ruangan lain tempat Ravco berada bersama teman-temannya. Ravco berdiri di depan cermin besar yang memperlihatkan dirinya, mengenakan tuxedo hitam yang dihiasi dasi kupu-kupu. Ekspresinya datar sampai Levix dan Derriv menegurnya. "Hey!! Kau terlihat santai sekali bosku," tegur Levix mendekati temannya. "Ya, aku h

    Last Updated : 2025-01-12
  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 4

    "EMPHHH... LEMPSHH.." "Emhh..." Ravco mencium bibir Livia dengan kasar, memainkan lidahnya di dalam rongga mulut Livia. Tangan Livia memukul keras dada bidang Ravco untuk melepaskan ciuman itu, Ravco lebih cepat mengunci kedua tangan di atas kepalanya sendiri. Dirinya tidak bisa bergerak, tubuhnya di tahan kuat. "EMPHH LEMPSHH!!" Ravco menikmati setiap sensani mulut Livia, dirinya yang lebih menguasai. Karena bibir Livia tidak membalas ciumannya, dirinya melepaskan ikatan itu. Matanya menatap sayu pada wanita yang ada bawahnya. "Kenapa tidak membalas ciumanku?" "Hahhh... hah... a-aku belum tau cara balasnya seperti apa, aku tidak pandai melakukan ini.." ucapnya pelan sambil menatap takut. "Kau hanya membalas ciumanku seperti aku menciummu sayang," ucap Ravco sedikit tersenyum. "Tapi kau terlalu kasar.." bisik pelan Livia. "Baiklah, aku akan pelan.." Ravco mulai mendekati wajah Livia kembali dan menempempelkan bibirnya pada bibir tebal itu. "Cup!!" Ravco mulai me

    Last Updated : 2025-01-12

Latest chapter

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 12

    Setelah melakukan honeymoon, Livia dan Ravco berkunjung ke rumah orang tuanya untuk menyampaikan kabar bahagia darinya. Suasana di ruang keluarga begitu hening, Livia menoleh sebentar ke arah Ravco sambil tersenyum. "Kita punya kabar bahagia," ucap Livia malu-malu. "Apa itu?" tanya Mama Yeny. Ravco menlanjutkan sambil tersenyum tipis, "Kami akan menjadi orang tua dan.. kalian akan menjadi nenek dan kakek." Mama Yeny begitu terkejut, sedemikian rupa harus menampilkan wajah yang bahagia. "Ah benarkah? Ibu senang sekali.. akhirnya kalian dikaruniai anak." Livia dan Ravco saling menatap penuh kebahagiaan. "Iya mah, rezeki kita.." ucap Livia merasa bahagia atas ucapan mamanya. Di sudut ruangan, kak Raeny menatap mereka dengan pandangan yang sulit diartikan. Ada senyum di wajahnya, tapi hatinya berbicara lain. Dia menatap Ravco sesaat lebih lama dari yang seharusnya, memerhatikan caranya bicara dengan percaya diri dan perhatian yang tulus pada Livia. “Hmm, selamat ya,” uca

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 11

    Ravco terganggu dengan suara seseorang di kamar mandi, matanya perlahan membuka melihat sekitarnya. "Sayang?" samping kasurnya kosong, Ravco bangun untuk mengecek ke kamar mandi. "Sayangg??" panggilnya. "HUEKK.." "HUEKKK.." "Humphh.. HUEKK.." Ravco mendobrak pintu kamar mandi, "Sayang kaukenapa??!" tanyanya panik. Livia terus mual-mual tanpa sebab, kepalanya pusing, dan tubuhnya lemas. "Huekk.." Ravco mendekat, mengusap punggung Livia sangat khawatir. Ia baru teringat, kini senyumannya menyungging. "Sepertinya kau harus mengeceknya sayang.." "Hah? cek apa?" tanya Livia. "Cek testpack, mungkin kau hamil.." jawab Ravco merasakan senang duluan. "Oh? em.. aku ga punya testpack," lirih Livia menatap lemah pada sang suami. "Hm, aku punya.." Ravco keluar kamar mandi untuk mengambil testpack untuk berjaga-jaga. Untungnya testpack itu terpakai oleh istrinya. Ravco kembali masuk dengan dua testpack ditangannya. "Coba dua-duanya.." "Hm, oke.. kamu keluar sana!!"

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 10

    Pengantin baru sedang duduk berdampingan di kursi pesawat, dengan tangan yang saling menggenggam erat dan kepala yang menyenderkan satu sama lain. Wajah mereka terlihat melelahkan menunggu sampainya pesawat. Kini, mereka tengah menuju Maldives, tempat yang Ravco pilih untuk memulai babak baru bersama dalam hidup. Langit yang semulanya berwarna gelap berubah menjadi cerah. Langit itu menjadi saksi perjalanan cinta mereka dari awal sampai sekarang. Setelah menempuh perjalanan panjang, akhirnya mereka mendarat di Bandara Internasional Velana, Maldives. Langit biru dan angin yang sangat kencang terasa menembus kulit, mereka melangkah keluar pesawat dengan perasaan semangat. Ravco dan Livia akhirnya sampai di villa yang sudah disewa sebelumnya, tempatnya berada di tepi laut dengan pemandangan yang menakjubkan. Mereka tidak perlu malu, karena villa ini khusus untuk mereka berdua. Tidak hanya ada air laut, tetapi di sekitar laut juga tersedia peluncuran, kolam renang, jembatan di ata

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 9

    "Tolong kalian berdua untuk membantu persiapan kakakmu yang ingin menikah sebentar lagi.." ucap Mama Yeny pada anak dan menantunya. "Apa?? kakak menikah?" sontak Livia terkejut. "Iya, dan kamu bantu kakak ya untuk persiapkan lainnya," ucap Raeny dengan ramah. Livia merasa senang mendapatkan respon yang berbeda dari kakaknya. "Siap kak.." "Calon kakak mana?" tanya Livia sangat penasaran. "Hey!! Untuk apa kau menanyakan itu?" tanya Ravco menatap tajam pada Livia. "Aku penasaran.. soalnya aku tidak pernah melihat calon kakakku..." jawab Livia sedikit tenang. Ravco tak menjawab, ia hanya memalingkan wajahnya malas. "Dia sebentar lagi akan datang," ucap Raeny sangat tak sabar. Terdengar suara langkah dari belakang, membuat semuanya menoleh pada seseorang itu. "Sayang... akhirnya kau datang," Raeny mendekati calonnya dan memeluk tubuh itu. "A-apa?? Rendy?" batin Livia terkejut. Sementara Ravco menatap acuh pada dua orang yang sedang mesra itu. "Nah itu

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 8

    Livia di larang oleh Ravco untuk tidak bertemu dengan empat orang lelaki yang baru menjadi temannya kemarin. Tidak ada alasan apapun dari Ravco, dia hanya berkata, "Mereka adalah orang yang jahat, kau harus berhati-hati.." Tak tahu apa yang disembunyikan oleh Ravco sampai melarangnya seperti itu. Mungkin, itu adalah kebaikan untuknya dengan cara menjauh. Hanya Ravco yang tahu terhadap beberapa pria itu, sementara dirinya baru saja bertemu. Kini, dirinya sedang dituntun berjalan oleh Ravco, karena tubuhnya tidak bisa berjalan sempurna. Sehabis pertempuran di mobil, ternyata Ravco melanjutkannya di rumah menghabiskan 8 ronde. Tak terbayang keadaan tubuhnya seperti apa, lihatlah— tubuhnya sudah remuk sampai tidak bisa berjalan bahkan bergerak pun tak mampu. Livia selalu meringis kesakitan membuat Ravco merasa bersalah karena perlakuannya. "Sayang, maafkan aku.." Livia menoleh, "Iya gapapa, aku juga minta maaf sama kamu karena aku ga minta izin dulu sebelum pergi," ucapnya sam

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 7

    "Tunggu, wajahmu terlihat masih muda.. kau umur berapa?" tanya Grio menatap lekat pada Livia. "22 tahun.." "Single?" tanya Rendy sambil menaikan alisnya. "Maaf, aku udah nikah kak.." jawab Livia sambil tersenyum malu. "Hm, gapapa.. kau memang cocok untuk dinikahi.." sahut Rendy sambil tersenyum namun kecewa. "Maksudnya kak?" tanya Livia yang tidak mengerti. "Kau memiliki badan yang bagus, dan wajahmu sangat cantik.." jawab Grio mewakili yang lainnya. "Oh beneran? padahal aku ngerasa gendut banget.. lihat nih." Livia berdiri sebentar sambil menunjukkan tubuhnya yang merasa gemuk. Para pria langsung melihat tubuh Livia dengan seksama sambil tersenyum penuh arti. "Oh coba aku ingin lihat dari belakang.." pinta Arden yang disetujui oleh yang lain. Livia langsung membalikkan tubuhnya sendiri untuk menunjukkan tubuhnya yang gemuk. Sedangkan, mereka menatap Livia dengan tatapan sedang menahan sesuatu. Livia menggunakan pakaian yang ketat, karena menurutnya lucu ada bu

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 6

    Pagi hari, Livia terbangun yang langsung disambut dengan pikirannya. Semalam, ia benar-benar dihantui oleh rasa penasaran tentang percakapan antara dua orang lelaki yang masuk ke dalam rumahnya. Orang yang masuk itu antara temannya Ravco atau— penjahat yang merampok rumahnya. Tentang tas hitam itu masih terbayang di pikirannya. Isi dalam tas membuat badannya merinding. Mengapa Ravco menyimpan barang-barang itu semua? Untuk apa dia menyimpannya? "Tapi kemarin gaada yang hilang," ucapnya. Mungkin, kedua orang itu adalah teman kerja suaminya. Memang pikirannya saja yang sedang kacau, "Ya.. aku tidak boleh berpikir yang lain.." Semalam ia menunggu Ravco pulang, tetapi lelaki itu tak kunjung pulang. Hingga dirinya ketiduran di kasur karena tidak kuat menahan ngantuk dalam waktu yang lama. Maka, di kasur hanya ada dirinya sendiri. "Ravco??? Kamu di mana?" panggilnya sedih. Ia turun dari kasurnya dan melihat ke arah luar jendela, menunggu kedatangan lelaki itu. Merasakan kha

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 5

    Pagi hari, Ravco dan Livia sudah menjadi pasangan suami istri. Hari pertama tinggal bersama sekaligus memulai keluarga yang harmonis dan romantis. Sayangnya, keadaan mereka berdua sangat berbeda. Livia telat bangun karena ulah yang dilakukan Ravco kepadanya. Tetapi, Livia menyempatkan memasak pertama kalinya untuk sang suami. Meski tubuhnya hancur karena pertempuran panas itu. Sementara itu, keadaan Ravco baik-baik saja seperti biasa. "Hm, bagaimana keadaanmu?" tanya Ravco yang sedang memperhatikan sedari tadi."Aku?? Em... aku baik-baik saja," jawab Livia berbohong.Sebenarnya Ravco sudah tahu dengan keadaan Livia, mengingat perlakuan kejamnya semalam kepada wanita yang menjadi istrinya. Tetapi, ia sangat salut dengan istrinya karena dia tetap ingin menyiapkan sarapan pagi walau kondisinya yang sangat buruk."Sudahlah, aku bisa makan di luar saja.." ketus Ravco yang tak tega melihat istrinya seperti itu."Jangan!! a-aku mau menyiapkanmu sarapan, tolong jangan pergi.." lirih Livia me

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 4

    "EMPHHH... LEMPSHH.." "Emhh..." Ravco mencium bibir Livia dengan kasar, memainkan lidahnya di dalam rongga mulut Livia. Tangan Livia memukul keras dada bidang Ravco untuk melepaskan ciuman itu, Ravco lebih cepat mengunci kedua tangan di atas kepalanya sendiri. Dirinya tidak bisa bergerak, tubuhnya di tahan kuat. "EMPHH LEMPSHH!!" Ravco menikmati setiap sensani mulut Livia, dirinya yang lebih menguasai. Karena bibir Livia tidak membalas ciumannya, dirinya melepaskan ikatan itu. Matanya menatap sayu pada wanita yang ada bawahnya. "Kenapa tidak membalas ciumanku?" "Hahhh... hah... a-aku belum tau cara balasnya seperti apa, aku tidak pandai melakukan ini.." ucapnya pelan sambil menatap takut. "Kau hanya membalas ciumanku seperti aku menciummu sayang," ucap Ravco sedikit tersenyum. "Tapi kau terlalu kasar.." bisik pelan Livia. "Baiklah, aku akan pelan.." Ravco mulai mendekati wajah Livia kembali dan menempempelkan bibirnya pada bibir tebal itu. "Cup!!" Ravco mulai me

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status