Share

Bab 4

last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-12 19:53:34

"EMPHHH... LEMPSHH.."

"Emhh..."

Ravco mencium bibir Livia dengan kasar, memainkan lidahnya di dalam rongga mulut Livia. Tangan Livia memukul keras dada bidang Ravco untuk melepaskan ciuman itu, Ravco lebih cepat mengunci kedua tangan di atas kepalanya sendiri. Dirinya tidak bisa bergerak, tubuhnya di tahan kuat.

"EMPHH LEMPSHH!!"

Ravco menikmati setiap sensani mulut Livia, dirinya yang lebih menguasai. Karena bibir Livia tidak membalas ciumannya, dirinya melepaskan ikatan itu. Matanya menatap sayu pada wanita yang ada bawahnya. "Kenapa tidak membalas ciumanku?"

"Hahhh... hah... a-aku belum tau cara balasnya seperti apa, aku tidak pandai melakukan ini.." ucapnya pelan sambil menatap takut.

"Kau hanya membalas ciumanku seperti aku menciummu sayang," ucap Ravco sedikit tersenyum.

"Tapi kau terlalu kasar.." bisik pelan Livia.

"Baiklah, aku akan pelan.."

Ravco mulai mendekati wajah Livia kembali dan menempempelkan bibirnya pada bibir tebal itu. "Cup!!" Ravco mulai melumat bibir Livia dengan lidahnya, menciumnya dengan perlahan. Sedangkan, Livia mulai membalas ciuman Ravco dengan tangannya yang mengalung pada leher itu.

"Emhh..."

Ravco merasa puas karena ciumannya terbalas, matanya menutup menikmati setiap balasan dari Livia. Tangannya sesekali meremas dua payudara besar milik Livia. "Enghhh.."

Seseorang yang berada di bawah merasakan nikmat dari ciuman itu. Entah kenapa suasananya menjadi panas dan perasaannya menggebu-gebu. Meminta ingin lebih dari ini, tetapi dirinya tidak tahu apa yang lebih dari kenikmatan ini.

"Enghh.. emhhh..."

Ciuman bersatu dengan desahan keduanya, mereka berdua menikmati setiap ciuman yang diberikan. Tiba-tiba Ravco menghentikan ciuman itu, membuat Livia menatap sedih. Padahal dirinya masih mau melanjutkan kegiatan itu.

"Ah.. aku sudah tidak tahan," racau Ravco.

Ravco langsung membuka pakaian yang membaluti tubuh Livia. "SREEKK!!" Sekali tarikan, pakaian yang dikenakan Livia robek. Ravco tersenyum ketika melihat tubuh mulus Livia terpampang jelas. Tangannya langsung membuka dalaman yang menutupi dua bola besar.

"Ahhh..."

Livia langsung menutup payudaranya sendiri karena malu, menutup matanya karena tidak ingin menatap lelaki dihadapannya. "Kenapa pakaiannya di buka?" pikirnya ketakutan.

"SREEKK!!" Rok terbuka menampilkan celana dalam Livia, mata Livia terbuka lebar, "K-kenapa di buka semuanya??" tanya gugup Livia.

"Hum.. aku ingin merasakan lubangmu, sayang.." ucap Ravco tetap fokus melihat area bawah yang terlihat lezat menurutnya.

"A-aku tidak mau sekarang," gugup Livia.

"Tapi aku mau sekarang, sayang.."

Ravco membuka pakaiannya sendiri sampai keduanya berhasil telanjang bersama. Livia segera menutup matanya ketika lelaki itu ikut membuka pakaianya. "Jangan!!"

"Ahhh.." Ravco mengocok penisnya sendiri yang sudah memegang. Tangannya menggenggam penisnya menuntunnya memasuki lubang itu.

"JLEBBB!!!"

"AKHHHH!!" jerit Livia membusungkan tubuhnya.

"Arghhh, lubangmu.. sangat sempithh sayangh..."

"S-sakithhh.... lepashhhh.." Livia menangis kesakitan merasakan lubangnya seperti yang terbelah dua. Tanpa pemanasan terlebih dahulu, lubangnya terasa penuh tanpa celah apapun.

Tubuhnya maju mundur tanpa henti, setiap hentakan pada lubangnya terasa perih. Pinggul Ravco bergerak cepat, membuat hantaman antara kulit menimbulkan suara.

"Pok, pok, pok..."

Desahan sesuai hentakan membuat Livia mendesah tanpa henti. "Ah, ah, ah..."

"Arghhh..."

Entah kenapa rasa sakit pada lubangnya tergantikan menjadi rasa nikmat. Darimana datangnya hal itu, membuat dirinya kewalahan. "Akhhhh... k-kenapahh.. en-enak.. ba-bangethh.."

"Sebut namaku, sayang.." pinta Ravco.

"Akhhh.. Ravcoo.. lagih.. le-lebih dalamhh..."

"Jleb, jleb, jleb..."

"AKHH!!!"

Rasa nikmat menjelar ke seluruh tubuhnya, tangannya bergerak tanpa henti. "Ravco.... akhhh..."

"Arghhh.. kau menjepitnya sayang.." racau Ravco.

"Aku... mau pipishhhh akhhh.. a-aku.."

"AKHHHH!!!!" teriak Livia ketika tubuhnya bergetar hebat mengeluarkan sesuatu dari lubangnya.

Sedangkan, lelaki di atasnya terus menggempurnya tanpa ampun. "Akh.. Aku lelah...."

Karena pencapaiannya belum sampai, Ravco mempercepat hantamannya membuat Livia maju mundur dengan cepat. "Arghhh..."

"Akhhh... s-stophhh.. ravcoo.." Rasa nikmat kembali menerjang lubangnya.

Sejak tadi menahan kedua paha pada pundaknya, sebentar lagi pencapaiannya akan segera keluar, "Arghhh... a-aku akan sampai sayang..."

"CROTT!!"

Cairan keluar dari penisnya memenuhi lubang sempit itu, karena terlalu banyak cairan itu keluar dari lubang itu. "Arghhh.."

"Akhh.. akuu belumhhh..." desah Livia yang masih mencari klimaks nya.

Tanpa meminta pun, ia akan melanjutkannya. Ia langsung membalikkan tubuh Livia sampai menungging indah di hadapannya. "Akh.. "

"Pok, pok, pok.."

"Akhh lag-lagihhh..."

"Arghhhh Livia..."

"PLAKK!!" Ravco menampar pantat montok itu membuat hentakan lebih sempit dari lubang itu.

"Arghhh.."

Livia meremat seprei, matanya yang sudah melihat ke atas dengan mulut yang terbuka merasakan nikmat yang tidak pernah Ia dapatkan sebelumnya. "Akhhhh Ravcoo... enghhh..."

"PLAKK!!"

"PLAKK!!"

Setelah lima jam Ravco menggempur Livia tanpa henti, Livia menangis lemah. "Udah... Ravco... sakithhh..." tangisannya meminta untuk berhenti, karena lubangnya sudah menolak hal itu.

Kasur yang sudah lengket dengan cairan keduanya, tiba-tiba Ravco menghentikan kegiatannya.

Livia menatap lemah, "Udah?"

Ravco mengangkat tubuh Livia ala bridal style, membawanya ke kamar lain. Livia menutup matanya karena lelah, tetapi dirinya menyadari bahwa tubuhnya sedang di bawa.

"Emhh ke-mana?" tanya Livia.

Ravco mengabaikan, ia memasuki ruangan yang cukup gelap. Ia langsung membantingkan tubuh Livia ke atas kasur, "BRUK!!"

"Akhh.." Livia membuka matanya, melihat buram pada tempat yang berbeda.

"Di mana ini??"

Ravco kembali dengan barang bawaannya yang cukup banyak, Livia mengernyitkan matanya bingung, "I-itu apa?"

"Hm.. sebelum ke permainan aku ingin meminta persetujuanmu sayang," ucap Ravco pada istrinya.

"P-persetujuan apa?"

"Hm.. aku ingin memuaskanmu dengan cara BDSM, em.. ayolah sayang.." pinta Ravco.

"Hah? B-bdsm? itu apa?" tanya Livia polos.

"Intinya kau merasakan nikmat lebih dari sebelumnya, hanya saja ini.. aku menggunakan kekerasan dari persetujuanmu," ucap Ravco.

"A-apa? kekerasan?" sontak Livia.

"Tapi itu wajib dilakukan pada pasangan suami istri, kalau melanggar itu tidak boleh.. wajib sekali sayang," ucap Ravco bohong

"Huh.. a-aku takut.." lirih Livia meremat seprei.

"Apa yang ditakutkan sayang? Lagipula kita sudah suami istri dan.. kau tahu? kau tidak boleh melanggar perintah dari suamimu!! Kau tidak ingat ucapanmu di altar?!" Ravco mengingatkan kembali.

"A-aku ingat.."

"Sayang?"

"I-iya aku mau.." Livia mengangguk pelan, walaupun tidak mengerti sepenuhnya apa itu BDSM.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 5

    Pagi hari, Ravco dan Livia sudah menjadi pasangan suami istri. Hari pertama tinggal bersama sekaligus memulai keluarga yang harmonis dan romantis. Sayangnya, keadaan mereka berdua sangat berbeda. Livia telat bangun karena ulah yang dilakukan Ravco kepadanya. Tetapi, Livia menyempatkan memasak pertama kalinya untuk sang suami. Meski tubuhnya hancur karena pertempuran panas itu. Sementara itu, keadaan Ravco baik-baik saja seperti biasa. "Hm, bagaimana keadaanmu?" tanya Ravco yang sedang memperhatikan sedari tadi."Aku?? Em... aku baik-baik saja," jawab Livia berbohong.Sebenarnya Ravco sudah tahu dengan keadaan Livia, mengingat perlakuan kejamnya semalam kepada wanita yang menjadi istrinya. Tetapi, ia sangat salut dengan istrinya karena dia tetap ingin menyiapkan sarapan pagi walau kondisinya yang sangat buruk."Sudahlah, aku bisa makan di luar saja.." ketus Ravco yang tak tega melihat istrinya seperti itu."Jangan!! a-aku mau menyiapkanmu sarapan, tolong jangan pergi.." lirih Livia me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 6

    Pagi hari, Livia terbangun yang langsung disambut dengan pikirannya. Semalam, ia benar-benar dihantui oleh rasa penasaran tentang percakapan antara dua orang lelaki yang masuk ke dalam rumahnya. Orang yang masuk itu antara temannya Ravco atau— penjahat yang merampok rumahnya. Tentang tas hitam itu masih terbayang di pikirannya. Isi dalam tas membuat badannya merinding. Mengapa Ravco menyimpan barang-barang itu semua? Untuk apa dia menyimpannya? "Tapi kemarin gaada yang hilang," ucapnya. Mungkin, kedua orang itu adalah teman kerja suaminya. Memang pikirannya saja yang sedang kacau, "Ya.. aku tidak boleh berpikir yang lain.." Semalam ia menunggu Ravco pulang, tetapi lelaki itu tak kunjung pulang. Hingga dirinya ketiduran di kasur karena tidak kuat menahan ngantuk dalam waktu yang lama. Maka, di kasur hanya ada dirinya sendiri. "Ravco??? Kamu di mana?" panggilnya sedih. Ia turun dari kasurnya dan melihat ke arah luar jendela, menunggu kedatangan lelaki itu. Merasakan kha

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 7

    "Tunggu, wajahmu terlihat masih muda.. kau umur berapa?" tanya Grio menatap lekat pada Livia. "22 tahun.." "Single?" tanya Rendy sambil menaikan alisnya. "Maaf, aku udah nikah kak.." jawab Livia sambil tersenyum malu. "Hm, gapapa.. kau memang cocok untuk dinikahi.." sahut Rendy sambil tersenyum namun kecewa. "Maksudnya kak?" tanya Livia yang tidak mengerti. "Kau memiliki badan yang bagus, dan wajahmu sangat cantik.." jawab Grio mewakili yang lainnya. "Oh beneran? padahal aku ngerasa gendut banget.. lihat nih." Livia berdiri sebentar sambil menunjukkan tubuhnya yang merasa gemuk. Para pria langsung melihat tubuh Livia dengan seksama sambil tersenyum penuh arti. "Oh coba aku ingin lihat dari belakang.." pinta Arden yang disetujui oleh yang lain. Livia langsung membalikkan tubuhnya sendiri untuk menunjukkan tubuhnya yang gemuk. Sedangkan, mereka menatap Livia dengan tatapan sedang menahan sesuatu. Livia menggunakan pakaian yang ketat, karena menurutnya lucu ada bu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 8

    Livia di larang oleh Ravco untuk tidak bertemu dengan empat orang lelaki yang baru menjadi temannya kemarin. Tidak ada alasan apapun dari Ravco, dia hanya berkata, "Mereka adalah orang yang jahat, kau harus berhati-hati.." Tak tahu apa yang disembunyikan oleh Ravco sampai melarangnya seperti itu. Mungkin, itu adalah kebaikan untuknya dengan cara menjauh. Hanya Ravco yang tahu terhadap beberapa pria itu, sementara dirinya baru saja bertemu. Kini, dirinya sedang dituntun berjalan oleh Ravco, karena tubuhnya tidak bisa berjalan sempurna. Sehabis pertempuran di mobil, ternyata Ravco melanjutkannya di rumah menghabiskan 8 ronde. Tak terbayang keadaan tubuhnya seperti apa, lihatlah— tubuhnya sudah remuk sampai tidak bisa berjalan bahkan bergerak pun tak mampu. Livia selalu meringis kesakitan membuat Ravco merasa bersalah karena perlakuannya. "Sayang, maafkan aku.." Livia menoleh, "Iya gapapa, aku juga minta maaf sama kamu karena aku ga minta izin dulu sebelum pergi," ucapnya sam

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 9

    "Tolong kalian berdua untuk membantu persiapan kakakmu yang ingin menikah sebentar lagi.." ucap Mama Yeny pada anak dan menantunya. "Apa?? kakak menikah?" sontak Livia terkejut. "Iya, dan kamu bantu kakak ya untuk persiapkan lainnya," ucap Raeny dengan ramah. Livia merasa senang mendapatkan respon yang berbeda dari kakaknya. "Siap kak.." "Calon kakak mana?" tanya Livia sangat penasaran. "Hey!! Untuk apa kau menanyakan itu?" tanya Ravco menatap tajam pada Livia. "Aku penasaran.. soalnya aku tidak pernah melihat calon kakakku..." jawab Livia sedikit tenang. Ravco tak menjawab, ia hanya memalingkan wajahnya malas. "Dia sebentar lagi akan datang," ucap Raeny sangat tak sabar. Terdengar suara langkah dari belakang, membuat semuanya menoleh pada seseorang itu. "Sayang... akhirnya kau datang," Raeny mendekati calonnya dan memeluk tubuh itu. "A-apa?? Rendy?" batin Livia terkejut. Sementara Ravco menatap acuh pada dua orang yang sedang mesra itu. "Nah itu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 10

    Pengantin baru sedang duduk berdampingan di kursi pesawat, dengan tangan yang saling menggenggam erat dan kepala yang menyenderkan satu sama lain. Wajah mereka terlihat melelahkan menunggu sampainya pesawat. Kini, mereka tengah menuju Maldives, tempat yang Ravco pilih untuk memulai babak baru bersama dalam hidup. Langit yang semulanya berwarna gelap berubah menjadi cerah. Langit itu menjadi saksi perjalanan cinta mereka dari awal sampai sekarang. Setelah menempuh perjalanan panjang, akhirnya mereka mendarat di Bandara Internasional Velana, Maldives. Langit biru dan angin yang sangat kencang terasa menembus kulit, mereka melangkah keluar pesawat dengan perasaan semangat. Ravco dan Livia akhirnya sampai di villa yang sudah disewa sebelumnya, tempatnya berada di tepi laut dengan pemandangan yang menakjubkan. Mereka tidak perlu malu, karena villa ini khusus untuk mereka berdua. Tidak hanya ada air laut, tetapi di sekitar laut juga tersedia peluncuran, kolam renang, jembatan di ata

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 11

    Ravco terganggu dengan suara seseorang di kamar mandi, matanya perlahan membuka melihat sekitarnya. "Sayang?" samping kasurnya kosong, Ravco bangun untuk mengecek ke kamar mandi. "Sayangg??" panggilnya. "HUEKK.." "HUEKKK.." "Humphh.. HUEKK.." Ravco mendobrak pintu kamar mandi, "Sayang kaukenapa??!" tanyanya panik. Livia terus mual-mual tanpa sebab, kepalanya pusing, dan tubuhnya lemas. "Huekk.." Ravco mendekat, mengusap punggung Livia sangat khawatir. Ia baru teringat, kini senyumannya menyungging. "Sepertinya kau harus mengeceknya sayang.." "Hah? cek apa?" tanya Livia. "Cek testpack, mungkin kau hamil.." jawab Ravco merasakan senang duluan. "Oh? em.. aku ga punya testpack," lirih Livia menatap lemah pada sang suami. "Hm, aku punya.." Ravco keluar kamar mandi untuk mengambil testpack untuk berjaga-jaga. Untungnya testpack itu terpakai oleh istrinya. Ravco kembali masuk dengan dua testpack ditangannya. "Coba dua-duanya.." "Hm, oke.. kamu keluar sana!!"

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 12

    Setelah melakukan honeymoon, Livia dan Ravco berkunjung ke rumah orang tuanya untuk menyampaikan kabar bahagia darinya. Suasana di ruang keluarga begitu hening, Livia menoleh sebentar ke arah Ravco sambil tersenyum. "Kita punya kabar bahagia," ucap Livia malu-malu. "Apa itu?" tanya Mama Yeny. Ravco menlanjutkan sambil tersenyum tipis, "Kami akan menjadi orang tua dan.. kalian akan menjadi nenek dan kakek." Mama Yeny begitu terkejut, sedemikian rupa harus menampilkan wajah yang bahagia. "Ah benarkah? Ibu senang sekali.. akhirnya kalian dikaruniai anak." Livia dan Ravco saling menatap penuh kebahagiaan. "Iya mah, rezeki kita.." ucap Livia merasa bahagia atas ucapan mamanya. Di sudut ruangan, kak Raeny menatap mereka dengan pandangan yang sulit diartikan. Ada senyum di wajahnya, tapi hatinya berbicara lain. Dia menatap Ravco sesaat lebih lama dari yang seharusnya, memerhatikan caranya bicara dengan percaya diri dan perhatian yang tulus pada Livia. “Hmm, selamat ya,” uca

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23

Bab terbaru

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 12

    Setelah melakukan honeymoon, Livia dan Ravco berkunjung ke rumah orang tuanya untuk menyampaikan kabar bahagia darinya. Suasana di ruang keluarga begitu hening, Livia menoleh sebentar ke arah Ravco sambil tersenyum. "Kita punya kabar bahagia," ucap Livia malu-malu. "Apa itu?" tanya Mama Yeny. Ravco menlanjutkan sambil tersenyum tipis, "Kami akan menjadi orang tua dan.. kalian akan menjadi nenek dan kakek." Mama Yeny begitu terkejut, sedemikian rupa harus menampilkan wajah yang bahagia. "Ah benarkah? Ibu senang sekali.. akhirnya kalian dikaruniai anak." Livia dan Ravco saling menatap penuh kebahagiaan. "Iya mah, rezeki kita.." ucap Livia merasa bahagia atas ucapan mamanya. Di sudut ruangan, kak Raeny menatap mereka dengan pandangan yang sulit diartikan. Ada senyum di wajahnya, tapi hatinya berbicara lain. Dia menatap Ravco sesaat lebih lama dari yang seharusnya, memerhatikan caranya bicara dengan percaya diri dan perhatian yang tulus pada Livia. “Hmm, selamat ya,” uca

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 11

    Ravco terganggu dengan suara seseorang di kamar mandi, matanya perlahan membuka melihat sekitarnya. "Sayang?" samping kasurnya kosong, Ravco bangun untuk mengecek ke kamar mandi. "Sayangg??" panggilnya. "HUEKK.." "HUEKKK.." "Humphh.. HUEKK.." Ravco mendobrak pintu kamar mandi, "Sayang kaukenapa??!" tanyanya panik. Livia terus mual-mual tanpa sebab, kepalanya pusing, dan tubuhnya lemas. "Huekk.." Ravco mendekat, mengusap punggung Livia sangat khawatir. Ia baru teringat, kini senyumannya menyungging. "Sepertinya kau harus mengeceknya sayang.." "Hah? cek apa?" tanya Livia. "Cek testpack, mungkin kau hamil.." jawab Ravco merasakan senang duluan. "Oh? em.. aku ga punya testpack," lirih Livia menatap lemah pada sang suami. "Hm, aku punya.." Ravco keluar kamar mandi untuk mengambil testpack untuk berjaga-jaga. Untungnya testpack itu terpakai oleh istrinya. Ravco kembali masuk dengan dua testpack ditangannya. "Coba dua-duanya.." "Hm, oke.. kamu keluar sana!!"

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 10

    Pengantin baru sedang duduk berdampingan di kursi pesawat, dengan tangan yang saling menggenggam erat dan kepala yang menyenderkan satu sama lain. Wajah mereka terlihat melelahkan menunggu sampainya pesawat. Kini, mereka tengah menuju Maldives, tempat yang Ravco pilih untuk memulai babak baru bersama dalam hidup. Langit yang semulanya berwarna gelap berubah menjadi cerah. Langit itu menjadi saksi perjalanan cinta mereka dari awal sampai sekarang. Setelah menempuh perjalanan panjang, akhirnya mereka mendarat di Bandara Internasional Velana, Maldives. Langit biru dan angin yang sangat kencang terasa menembus kulit, mereka melangkah keluar pesawat dengan perasaan semangat. Ravco dan Livia akhirnya sampai di villa yang sudah disewa sebelumnya, tempatnya berada di tepi laut dengan pemandangan yang menakjubkan. Mereka tidak perlu malu, karena villa ini khusus untuk mereka berdua. Tidak hanya ada air laut, tetapi di sekitar laut juga tersedia peluncuran, kolam renang, jembatan di ata

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 9

    "Tolong kalian berdua untuk membantu persiapan kakakmu yang ingin menikah sebentar lagi.." ucap Mama Yeny pada anak dan menantunya. "Apa?? kakak menikah?" sontak Livia terkejut. "Iya, dan kamu bantu kakak ya untuk persiapkan lainnya," ucap Raeny dengan ramah. Livia merasa senang mendapatkan respon yang berbeda dari kakaknya. "Siap kak.." "Calon kakak mana?" tanya Livia sangat penasaran. "Hey!! Untuk apa kau menanyakan itu?" tanya Ravco menatap tajam pada Livia. "Aku penasaran.. soalnya aku tidak pernah melihat calon kakakku..." jawab Livia sedikit tenang. Ravco tak menjawab, ia hanya memalingkan wajahnya malas. "Dia sebentar lagi akan datang," ucap Raeny sangat tak sabar. Terdengar suara langkah dari belakang, membuat semuanya menoleh pada seseorang itu. "Sayang... akhirnya kau datang," Raeny mendekati calonnya dan memeluk tubuh itu. "A-apa?? Rendy?" batin Livia terkejut. Sementara Ravco menatap acuh pada dua orang yang sedang mesra itu. "Nah itu

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 8

    Livia di larang oleh Ravco untuk tidak bertemu dengan empat orang lelaki yang baru menjadi temannya kemarin. Tidak ada alasan apapun dari Ravco, dia hanya berkata, "Mereka adalah orang yang jahat, kau harus berhati-hati.." Tak tahu apa yang disembunyikan oleh Ravco sampai melarangnya seperti itu. Mungkin, itu adalah kebaikan untuknya dengan cara menjauh. Hanya Ravco yang tahu terhadap beberapa pria itu, sementara dirinya baru saja bertemu. Kini, dirinya sedang dituntun berjalan oleh Ravco, karena tubuhnya tidak bisa berjalan sempurna. Sehabis pertempuran di mobil, ternyata Ravco melanjutkannya di rumah menghabiskan 8 ronde. Tak terbayang keadaan tubuhnya seperti apa, lihatlah— tubuhnya sudah remuk sampai tidak bisa berjalan bahkan bergerak pun tak mampu. Livia selalu meringis kesakitan membuat Ravco merasa bersalah karena perlakuannya. "Sayang, maafkan aku.." Livia menoleh, "Iya gapapa, aku juga minta maaf sama kamu karena aku ga minta izin dulu sebelum pergi," ucapnya sam

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 7

    "Tunggu, wajahmu terlihat masih muda.. kau umur berapa?" tanya Grio menatap lekat pada Livia. "22 tahun.." "Single?" tanya Rendy sambil menaikan alisnya. "Maaf, aku udah nikah kak.." jawab Livia sambil tersenyum malu. "Hm, gapapa.. kau memang cocok untuk dinikahi.." sahut Rendy sambil tersenyum namun kecewa. "Maksudnya kak?" tanya Livia yang tidak mengerti. "Kau memiliki badan yang bagus, dan wajahmu sangat cantik.." jawab Grio mewakili yang lainnya. "Oh beneran? padahal aku ngerasa gendut banget.. lihat nih." Livia berdiri sebentar sambil menunjukkan tubuhnya yang merasa gemuk. Para pria langsung melihat tubuh Livia dengan seksama sambil tersenyum penuh arti. "Oh coba aku ingin lihat dari belakang.." pinta Arden yang disetujui oleh yang lain. Livia langsung membalikkan tubuhnya sendiri untuk menunjukkan tubuhnya yang gemuk. Sedangkan, mereka menatap Livia dengan tatapan sedang menahan sesuatu. Livia menggunakan pakaian yang ketat, karena menurutnya lucu ada bu

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 6

    Pagi hari, Livia terbangun yang langsung disambut dengan pikirannya. Semalam, ia benar-benar dihantui oleh rasa penasaran tentang percakapan antara dua orang lelaki yang masuk ke dalam rumahnya. Orang yang masuk itu antara temannya Ravco atau— penjahat yang merampok rumahnya. Tentang tas hitam itu masih terbayang di pikirannya. Isi dalam tas membuat badannya merinding. Mengapa Ravco menyimpan barang-barang itu semua? Untuk apa dia menyimpannya? "Tapi kemarin gaada yang hilang," ucapnya. Mungkin, kedua orang itu adalah teman kerja suaminya. Memang pikirannya saja yang sedang kacau, "Ya.. aku tidak boleh berpikir yang lain.." Semalam ia menunggu Ravco pulang, tetapi lelaki itu tak kunjung pulang. Hingga dirinya ketiduran di kasur karena tidak kuat menahan ngantuk dalam waktu yang lama. Maka, di kasur hanya ada dirinya sendiri. "Ravco??? Kamu di mana?" panggilnya sedih. Ia turun dari kasurnya dan melihat ke arah luar jendela, menunggu kedatangan lelaki itu. Merasakan kha

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 5

    Pagi hari, Ravco dan Livia sudah menjadi pasangan suami istri. Hari pertama tinggal bersama sekaligus memulai keluarga yang harmonis dan romantis. Sayangnya, keadaan mereka berdua sangat berbeda. Livia telat bangun karena ulah yang dilakukan Ravco kepadanya. Tetapi, Livia menyempatkan memasak pertama kalinya untuk sang suami. Meski tubuhnya hancur karena pertempuran panas itu. Sementara itu, keadaan Ravco baik-baik saja seperti biasa. "Hm, bagaimana keadaanmu?" tanya Ravco yang sedang memperhatikan sedari tadi."Aku?? Em... aku baik-baik saja," jawab Livia berbohong.Sebenarnya Ravco sudah tahu dengan keadaan Livia, mengingat perlakuan kejamnya semalam kepada wanita yang menjadi istrinya. Tetapi, ia sangat salut dengan istrinya karena dia tetap ingin menyiapkan sarapan pagi walau kondisinya yang sangat buruk."Sudahlah, aku bisa makan di luar saja.." ketus Ravco yang tak tega melihat istrinya seperti itu."Jangan!! a-aku mau menyiapkanmu sarapan, tolong jangan pergi.." lirih Livia me

  • Perangkap Cinta Sang Mafia   Bab 4

    "EMPHHH... LEMPSHH.." "Emhh..." Ravco mencium bibir Livia dengan kasar, memainkan lidahnya di dalam rongga mulut Livia. Tangan Livia memukul keras dada bidang Ravco untuk melepaskan ciuman itu, Ravco lebih cepat mengunci kedua tangan di atas kepalanya sendiri. Dirinya tidak bisa bergerak, tubuhnya di tahan kuat. "EMPHH LEMPSHH!!" Ravco menikmati setiap sensani mulut Livia, dirinya yang lebih menguasai. Karena bibir Livia tidak membalas ciumannya, dirinya melepaskan ikatan itu. Matanya menatap sayu pada wanita yang ada bawahnya. "Kenapa tidak membalas ciumanku?" "Hahhh... hah... a-aku belum tau cara balasnya seperti apa, aku tidak pandai melakukan ini.." ucapnya pelan sambil menatap takut. "Kau hanya membalas ciumanku seperti aku menciummu sayang," ucap Ravco sedikit tersenyum. "Tapi kau terlalu kasar.." bisik pelan Livia. "Baiklah, aku akan pelan.." Ravco mulai mendekati wajah Livia kembali dan menempempelkan bibirnya pada bibir tebal itu. "Cup!!" Ravco mulai me

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status