Malikha meneruskan berjalan kaki ke arah villa. Sambil setengah mengendap ia terus celingukan melihat ke semua arah agar tak ada mengikutinya. Malikha masuk ke dalam villa lalu berlari ke arah kamar.
Ia sudah mempersiapkan misinya untuk kabur dari Aidan. Setelah mengantongi paspor dan peta untuk ke bandara di Paris, Charles de Gaulle, ia siap menempuh perjalanan untuk kembali ke US. Namun kali ini ia tak mau kembali ke New York. Jika harus, ia akan mencari kota lain untuk ditinggali.
"Tinggal di jalanan lebih baik daripada bersama Aidan!" gumam Malikha sambil memakai sepatu bootnya. Ia memakai syal, topi rajut, cardigan dan jaket tebal sebelum mengendap keluar kamar dengan sebuah koper miliknya.
Tak disangka, Malikha bisa lolos cukup gampang. Ia harus bisa keluar dari perkebunan untuk bisa sampai ke jalan raya lalu menumpang ke stasiun kereta yang akan membawanya langsung ke bandara.
Malikha sudah menyusun semua rencana dengan matang. Ia tak perduli jika
Bayang putih abu-abu dengan beberapa garis hitam berbulu itu, menerjang dari sebelah kiri saat Aidan berlari kencang lalu melompat melewati sebuah pohon tumbang. Ia ikut tumbang terpental setelah sebuah peluru dari senjata ditembakkan Aidan sebelum kakinya menyentuh tanah. Aidan dengan cepat menguasai diri dan menegakkan tubuhnya cepat lalu berlari lagi membidik satu persatu beberapa serigala liar yang mengelilinginya."BABYDOLL!" teriak Aidan menembak sekali lagi. Kurang dari dua detik dua serigala lumpuh ditembak Aidan. Aidan mendarat di kakinya dengan selamat tanpa kehilangan keseimbangan sama sekali.Ia kemudian berlari lagi dengan senjata laras panjang yang siap membidik kapan saja sampai ia melihat sosok Malikha tengah berlari dan mundur. Seekor serigala besar akan segera menyerangnya jika Aidan tak cepat bertindak."AAAH ... TOLONG AKU!" Malikha berteriak berlari dan terjatuh dengan keras.“MALIKHA!” teriak Aidan tak sempat menangkap Ma
Misi kabur dari perkebunan itu gagal total dan Malikha kembali bersama Aidan ke villa. Semua penjaga sudah diperintahkan Eugene untuk kembali karena mereka sudah menemukan Malikha. Sepanjang perjalanan tak ada kata yang diucapkan oleh Aidan maupun Malikha.Tangan Aidan terus membelai kepala Malikha dan memeluk tubuhnya. Aidan tak melepaskan se inci pun ketika Malikha duduk di pangkuannya di atas mobil jeep yang terbuka. Rambutnya sedikit terkibas angin tapi rasa dingin sudah tak lagi ada. Aidan menyelamatkan nyawanya dan rasa hangat itu mengalir pada Malikha begitu saja.Begitu tiba, Aidan keluar dengan menggendong Malikha bersamanya untuk masuk ke dalam villa. Tak lupa Aidan mengucapkan terima kasih pada Eugene sebelum melangkah masuk."Tuan ..." panggil Theresia cemas."Aku perlu air hangat dan obat-obatan," ujar Aidan pada Theresia."Akan kubawakan segera ke kamarmu, Tuan." Aidan hanya mengangguk saja dan naik tangga menggendong Malikha ala bridal style bersamanya.Tiba di kamar, A
Keesokan harinya, Aidan mempercepat kepulangannya ke New York yang seharusnya masih lusa. Tanpa banyak bicara Aidan bahkan tak mengatakan apa pun soal kepulangan yang lebih cepat dari bulan madu itu. Sedangkan Malikha yang masih agak susah bergerak harus melihat saja saat Aidan tak bicara padanya dan sibuk membereskan barang-barangnya."Kita pulang sekarang?" tanya Malikha yang duduk di pinggir ranjang. Aidan tengah membereskan kopernya dan menunggu Theresia membelikan pakaian baru untuk Malikha. Koper Malikha sudah tertinggal entah dimana di dalam hutan pinus itu."Iya, bukankah itu yang kamu inginkan semalam?" Aidan balik menyindir tanpa ekspresi. Ia bahkan tak melihat pada Malikha yang merasa tersindir. Malikha hanya bisa diam saja dan tak berani membalas.Theresia datang tak lama kemudian membawa pakaian baru untuk Malikha berganti. Aidan kemudian membawa pakaian tersebut ke kamar mandi dan selanjutnya akan menggendong Malikha."Aku bisa berjalan," ujar Malikha dengan nada rendah.
Semenjak mengenal dan tinggal dengan Aidan, Malikha mulai terbiasa berada di dua dunia yaitu nyata dan palsu. Saat nyata adalah ketika ia bersama Aidan berdua saja di apartemen, maka Aidan akan berperan sebagai majikan dan Malikha sebagai pembantu. Sedangkan dunia palsu adalah saat mereka berdua berada di tengah publik, teman dan keluarga, maka Malikha akan diperlakukan layaknya Ratu dan Aidan seolah budak cinta yang memuja istrinya.Kepalsuan cinta yang dirasakan Malikha pada Aidan menumbuhkan rasa lain di hati Malikha. Cinta Malikha pada Aidan mulai perlahan berubah jadi benci. Sedangkan Aidan malah sebaliknya, ia sebenarnya sudah tak memiliki keinginan untuk membalas Malikha. Meskipun setiap hari dia bisa mengatakan akan membuat Malikha membayar semuanya tapi sesungguhnya hatinya berteriak sebaliknya. Tuhan mulai membalikkan keadaan.Aidan tau persis jika dirinya sebenarnya tengah jatuh cinta. Usai bulan madu yang unik itu, Aidan makin tak bisa lepas dari Malikha. Setiap hari ia ak
"Aku tidak keberatan. Mungkin aku bisa meminta ijin Tuan Caesar untuk membawa Malikha agar tetap terlibat dalam pembicaraan proyek ini, bagaimana menurutmu, Tuan Caesar?" Bruce mencoba peruntungannya dengan meminta ijin pada Aidan langsung untuk mengajak Malikha makan malam. Aidan hampir saja kelepasan untuk melayangkan satu pukulan ke wajah Bruce jika saja ia tidak ingat harus bersikap dingin."Malikha tidak pernah keluar malam sendirian kecuali denganku. Entahlah, apa aku bisa memberikan ijin. Aku pikir posisi Malikha tidaklah begitu penting untuk proyek ini," jawab Aidan menolak memberi ijin. Bruce mengangguk sambil tersenyum."Kalau begitu akan kuhubungi lagi CEO Grant untuk rencana makan malamnya. Dan untuk design yang sudah disetujui, aku rasa designer kami akan datang esok hari ke Estrela." CEO Grant mengangguk dengan senyuman tipis lalu melirik pada Aidan sekilas. Aidan hanya mengangguk saja dan kemudian sedikit mundur membiarkan CEO nya berbicara dengan Bruce mengenai kerjasa
15 menit kemudian, pertemuan dan perikatan kerja sama antara Noxtrot dan Orcanza telah disepakati. Saatnya Bruce dan Malikha kembali ke kantor mereka. CEO Nolan Grant kemudian mengantarkan Bruce dan Malikha ke depan lobi utama Orcanza Enterprise. Sementara dari taman samping lobi utama, Aidan berdiri memperhatikan gerak gerik keduanya. Bruce mengajak Malikha berjalan bersama keluar dari lobi dan menunggu mobil yang diparkir valet.Sikap Bruce pada Malikha seperti membuka pintu dan bahkan sempat meletakkan tangannya di punggung Malikha sewaktu menuntun Malikha masuk ke mobil, makin membuat Aidan kesal setengah mati. Malikha sendiri menanggapinya dengan tersenyum manis."Brengsek! Dia berani memegangnya!" umpat Aidan begitu kesal saat memata-matai keduanya dari balik dinding kaca di lobi Orcanza. Dengan napas tersengal dan rasanya kepalanya tersengat listrik ribuan volt, Aidan menggeram dan berkacak pinggang.“Tuan?” panggil Lucy membuat Aidan berbalik
Seumur hidupnya, ciuman manis penuh cinta hanya pernah dilakukan Aidan untuk Malikha. Sekalipun bibirnya selalu berkata jika ia membenci gadis yang sudah menjebaknya, bahkan membuat ia hampir kehilangan nyawa. Aidan tetap tak bisa mengubah hati kecilnya.Keinginan untuk memiliki Malikha bahkan jadi semakin besar saat ini. Ketika ada pria lain yang terlihat menaruh hati pada istrinya, Aidan jadi panik dan cemburu. Sangat cemburu sampai ia membatalkan seluruh niatnya untuk membalas Malikha.Aidan bukan orang yang sabaran ketika berada di ranjang, tapi Malikha membuatnya bertekuk lutut, tak agresif dan menyukai tiap tahapan manis yang membutuhkan lebih banyak waktu. Ciuman Aidan dari leher sampai ke tulang selangka serta remasan tangannya pada dada Malikha membuat wanita tersadar."Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Malikha setengah mendesah membuat Aidan berhenti. Aidan semakin menekan tubuh Malikha tapi Malikha kemudian malah memalingkan wajahnya. Hidung Aidan
"Lalu apa yang harus aku lakukan?" tanya Aidan separuh pasrah separuh putus asa."Dalam sebuah hubungan, cinta dan benci itu memiliki porsi yang sama. Seseorang akan bisa mencintai lalu membenci dan sebaliknya. Hanya tinggal menegaskan di mana posisimu dan bicara pada pasanganmu. Kalian butuh bicara, berdua saja tanpa ada orang lain atau terbeban pada imaji menjadi pasangan yang di iri oleh banyak orang." Aidan mendengarkan Raphael dengan baik."Dia bahkan tidak mau berdua denganku, bagaimana aku akan bicara?" Raphael tertawa kecil."Aku baru dengar ada playboy yang tidak bisa menaklukkan istrinya sendiri. Ayolah, jika dunia mendengar, mereka akan tertawa." Aidan mendengus dan tersenyum mengangguk."Aku yakin kamu punya caranya. Bicaralah dengan hati yang terbuka, jangan mencari celah untuk membuatnya terus marah padamu. Jika tidak, masalahmu takkan selesai." Aidan makin menghela napas berat."Belakangan aku sangat menginginkannya tapi terlalu taku