Seumur hidupnya, ciuman manis penuh cinta hanya pernah dilakukan Aidan untuk Malikha. Sekalipun bibirnya selalu berkata jika ia membenci gadis yang sudah menjebaknya, bahkan membuat ia hampir kehilangan nyawa. Aidan tetap tak bisa mengubah hati kecilnya.
Keinginan untuk memiliki Malikha bahkan jadi semakin besar saat ini. Ketika ada pria lain yang terlihat menaruh hati pada istrinya, Aidan jadi panik dan cemburu. Sangat cemburu sampai ia membatalkan seluruh niatnya untuk membalas Malikha.
Aidan bukan orang yang sabaran ketika berada di ranjang, tapi Malikha membuatnya bertekuk lutut, tak agresif dan menyukai tiap tahapan manis yang membutuhkan lebih banyak waktu. Ciuman Aidan dari leher sampai ke tulang selangka serta remasan tangannya pada dada Malikha membuat wanita tersadar.
"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Malikha setengah mendesah membuat Aidan berhenti. Aidan semakin menekan tubuh Malikha tapi Malikha kemudian malah memalingkan wajahnya. Hidung Aidan
"Lalu apa yang harus aku lakukan?" tanya Aidan separuh pasrah separuh putus asa."Dalam sebuah hubungan, cinta dan benci itu memiliki porsi yang sama. Seseorang akan bisa mencintai lalu membenci dan sebaliknya. Hanya tinggal menegaskan di mana posisimu dan bicara pada pasanganmu. Kalian butuh bicara, berdua saja tanpa ada orang lain atau terbeban pada imaji menjadi pasangan yang di iri oleh banyak orang." Aidan mendengarkan Raphael dengan baik."Dia bahkan tidak mau berdua denganku, bagaimana aku akan bicara?" Raphael tertawa kecil."Aku baru dengar ada playboy yang tidak bisa menaklukkan istrinya sendiri. Ayolah, jika dunia mendengar, mereka akan tertawa." Aidan mendengus dan tersenyum mengangguk."Aku yakin kamu punya caranya. Bicaralah dengan hati yang terbuka, jangan mencari celah untuk membuatnya terus marah padamu. Jika tidak, masalahmu takkan selesai." Aidan makin menghela napas berat."Belakangan aku sangat menginginkannya tapi terlalu taku
Malikha hanya diam saja selama perjalanan. Sudah 16 tahun semenjak kejadian masa SMA dengan Aidan, Malikha tak pernah kembali ke LA. Ia jadi sedikit gugup dan terus menerus meremas jemarinya. Aidan ikut melirik dan melihat sikap tubuh tak nyaman Malikha namun ia membiarkannya saja.Tiba di mansion milik keluarga King, Caleb Konstantine adalah yang menyambut Aidan di depan rumah mewah itu. Keduanya langsung berpelukan karena lama sekali tak bertemu."Kenapa kamu sangat jarang datang ke New York?" tanya Aidan begitu melepaskan pelukannya."Mars mengurus King Enterprise di New York sedangkan aku ke bagian posisi di sini. Maaf Aidan aku akan meluangkan lebih banyak waktu untuk The Seven Wolves nanti," jawab Caleb masih merangkul Aidan."Ah, aku cuma dengar janji setiap hari!" sahutnya kesal. Caleb tertawa lalu matanya melihat Malikha yang berdiri agar jauh dari mereka. Dengan ramah Caleb menghampiri dan bersalaman."Hai, ayo masuk. Di dalam ada Jared d
Satu hal yang terus disesali oleh Malikha selama hidupnya, cinta pertamanya adalah anak laki-laki bodoh yang tak lebih dari sekedar remaja yang suka pamer dan bahkan tak memiliki kepribadian yang baik. Jason Holland mungkin sudah menjerat puluh gadis seusianya termasuk Malikha Swan yang terkenal karena kecantikannya yang seperti manekin hidup berjalan. Namun jika saja Malikha tak buru-buru terpana, mungkin kini kisahnya akan jadi lain.Dia bisa saja berteman dengan Aidan yang gemuk namun menggemaskan. Lalu mereka akan menjalin hubungan yang lebih baik atau mungkin lebih dari sekedar teman. Tak akan ada pernikahan dengan cinta palsu yang menyiksa setiap hari.Malikha sebenarnya menyukai Aidan dari dulu. Saat melihatnya jatuh dan ia ingin menolong adalah saat pertemuan manis yang akhirnya menjadi bumerang jika saja ia tak mendengar alasan Jason yang menjebaknya. Jason jelas-jelas memfitnah Aidan dengan mengatakan jika ia adalah seorang penguntit.Malikha yang lugu
Tiba di depan makam itu, Aidan masih menarik tangan Malikha ke depannya. Kini mereka berdua berdiri di depan pintu makam yang tertutup. Malikha mulai menangis terengah dan terisak menatap Aidan. Wajahnya benar-benar ketakutan mengingat ia pernah di kurung Aidan di dalam tempat penyimpanan anggur. Malikha kini memiliki ketakutan pada gelap dan tempat tertutup jadi makin pucat jika mengingat hal tersebut."Aku mohon, jangan masukkan aku ke dalam sana. Aku benar-benar menyesal," ujar Malikha terus menangis dan kali ini lebih kencang. Ia terus memohon. Aidan masih tak bergerak dan wajahnya kian melembut. Ia lalu mendekat dan ingin melepaskan semuanya."Apa aku bisa mempercayaimu lagi? Kamu pernah mengkhianatiku, apa aku bisa percaya padamu lagi?" tanya Aidan dengan matanya lirih pada Malikha yang sesegukan. Malikha tak menjawab dan tak tahu harus seperti apa."Apa kita bisa punya kesempatan untuk bisa bersama?" tanya Aidan lagi dengan nada suara yang makin mengecil.
Entah mimpi buruk apa yang sedang dialami oleh Malikha. Kini ia malah bertemu dengan Jason Holland di LA. Dan Aidan pun ada di sini. Mata Malikha sebenarnya menyiratkan rasa teror namun ia berusaha tak terlalu terlihat."Lalu apa yang kamu lakukan di sini, Jason?" tanya Malikha mencoba menggorek informasi."Aku sudah kehilangan semuanya. Semua gara-gara si brengsek Aidan Orlando itu. Sekarang aku tinggal berpindah-pindah." Jason mendekat lagi lalu setengah berbisik."Dengar Malikha, kita bisa bekerja sama untuk menyingkirkan Aidan Orlando. Aku butuh teman untuk melakukan itu, Chris sedang dipenjara jadi yang tersisa hanya kamu, aku dan Ronald. Kita bertiga cukup untuk menjebak si brengsek itu," ujar Jason tanpa merasa bersalah. Malikha hampir sesak napas mendengarnya. Ia spontan menggeleng."Kita sudah bersalah dengan melakukan kejahatan dulu, tidakkah seharusnya kita berhenti. Untuk apa melakukan itu lagi." Jason jadi kesal pada respon Malikha. Menurutny
DUA HARI SEBELUMNYAHari ini adalah hari yang cukup cerah untuk berkumpul bersama teman dan sahabat. Itu juga berlaku bagi Brandon Caesar menaikkan cengiran senyuman saat melihat Anthony Lin menaikkan tangannya Ketika ia masuk di sebuah restoran hotel tempat mereka membuat janji.Semenjak Arjoona sepakat bersama enam orang lainnya membentuk kelompok rahasia The Seven Wolves maka ayah mereka ikut berteman satu sama lain. Dimulai dari kepentingan bisnis dan politik, lama kelamaan hubungan jadi berubah menjadi persahabatan. Bedanya mereka tidak diam-diam."Maaf aku terlambat," ujar Brandon sambil mengambil kursi dan duduk di sebelah Anthony."Tidak apa, aku baru saja datang. Aku tadi menghubungi Hans dan Darren. Darren sedang ada di New York jadi mungkin sebentar lagi dia datang," jawab Anthony lalu melipat kakinya di bawah meja. Brandon mengangguk mengerti. Brandon lalu mengangguk memberikan izin pada pelayan restoran untuk menuangkan minuman padanya.
DUA HARI SETELAHNYAMalikha tiba di depan Gowanus di Brooklyn setelah terbang sendirian dari LA. Ia ditinggalkan Aidan di LA dan kembali lebih dulu karena kesalah pahaman. Bagi Malikha yang tidak pernah lagi naik pesawat komersial, pulang sendiri adalah hal yang sedikit lebih berani ia lakukan. Dalam perjalanan, ia sudah memikirkan semua lalu memutuskan.“Apa dia mau mendengarkan aku jika aku jujur?” tanya Malikha dalam hatinya sambil menekan tombol lift untuk naik ke apartemen Aidan. Malikha terus menunduk dan hanya melihat sesekali ke arah pintu liftMalikha sudah berencana untuk bicara dan jika Aidan tak mau mendengarkan maka ia memutuskan untuk pergi. Ia akan pulang kembali ke apartemen kecilnya sambil mengurus perceraian. Malikha ingin meninggalkan Aidan agar Jason tak lagi melibatkannya untuk mencelakakan Aidan. Harus ada yang berkorban dan jika itu adalah Malikha, ia sudah siap.Dengan langkah takut-takut ia kemudian masuk ke koridor tempatnya dan Aidan selama ini. Sebelum masu
Ketika Arjoona datang, seluruh pelayat langsung berdiri terutama seluruh anggota The Seven Wolves dan Golden Dragon. Satu persatu dimulai dari James dan Shawn lalu Bryan dan Aidan memeluk Arjoona yang berjalan bersama Mars yang mengikutinya.Hari ini, Arjoona akan memimpin acara pemakaman untuk Jayden. Setelah melihat Jayden di peti matinya, Arjoona terlihat berbicara beberapa saat dengan Han Kazuya, tangan kanan Jayden.Aidan terus memantau apa yang terjadi di sekitarnya. Ia tau jika Arjoona pasti bertanya dan mencari tau soal kematian Jayden. Tak lama kemudian, Arjoona kemudian meminta seluruh sahabatnya untuk berkumpul."Tunggu di sini," bisik Aidan pada Malikha yang diberi anggukan. Aidan berdiri bersamaan dengan Bryan meninggalkan Malikha dan Deanisa di bangku yang sama."Hai, apa kabarmu?" sapa Deanisa begitu melihat Malikha disebelahnya."Baik. Bagaimana denganmu?" Malikha balik bertanya."Yah, repot seperti biasa." Malikha tersenyum
BEBERAPA TAHUN KEMUDIANPanggung yang cukup besar karena berada di tengah aula SMA Jersey Rey New York. Sorak-sorai seluruh siswa yang berdiri ikut mengangkat tangan dan bertepuk di atas kepala mereka saat gebukan drum Aldrich menggema memulai sebuah lagu. Dan suara Aldrich memulai lagu tersebut setelah gitar Ares dan piano milik Andrew mengiringinya."I don't even know how I can talk to you now, It's not you the you who talks to me anymore, And sure I know that sometimes it gets hard, But even with all my love, what we had you just gave it up!"Usai Aldrich, lalu Andrew adalah giliran kedua menyanyikan liriknya,"Thought we were meant to be, I thought that you belonged to me, I'll play the fool instead, Oh but then I know that this is the end!" mata Aldrich tak sengaja melirik pada satu orang gadis yang menjadi musuh abadinya, Chloe Harristian. Tak biasanya ia datang melihat pertunjukan bandnya The Skylar.Aldrich masih terus menggebuk drumnya dan
HUTAN TIJUANABryan, Mars, Aidan, Juan, Arya, Blake, Shawn, Erikkson, Han, Glenn, Earth, serta beberapa anggota Golden Dragon membentuh empat kelompok untuk melakukan pencarian terhadap pesawat James yang belum ditemukan. Bryan menerbangkan beberapa drone untuk mengawasi dari udara dan menentukan letak titik jatuh pesawat tersebut. Ia juga telah berkoordinasi dengan tim keamanan untuk saling memberi berita saat menemukan jejak apapun.Cukup lama mereka harus berputar-putar untuk bisa mencari jejak. Sampai salah satu drone milik Bryan kemudian mendeteksi ekor pesawat."Sebelah timur, 3 km lagi dari sini. Kita sudah agak dekat!" ujar Bryan memperlihatkan alatnya pada Aidan. Aidan mengangguk lalu memanggil kelompok yang lain agar mengikuti mereka.Bryan memimpin kelompok pencarian dan mulai memanggil nama James tak lama kemudian."JAMES ... DELILAH! JAMES! J!" tapi tak ada jawaban sama sekali sampai akhirnya Bryan melihat ekor pesawat yang tersangkut
BEBERAPA TAHUN KEMUDIANAidan tak berhenti tersengal saat ia keluar dari apartemen Arjoona. Ia harus menenangkan diri dengan bersandar dan memejamkan matanya. Ludahnya ia telan berkali-kali tapi masalahnya tenggorokannya begitu kering. Ia nyaris tak bisa bernapas.Di dalam, Aidan menahan mati-matian air matanya saat tahu jika pesawat James Belgenza mengalami kecelakaan di hutan Mexico. Ia hilang dan kabarnya tak ada yang selamat.“Aku harus tenang, aku harus tenang!” gumam Aidan pada dirinya sambil bersandar. Aidan memandang ke arah lobi apartemen mewah tersebut dan berjalan kembali separuh berlari ke arah mobilnya. Mobilnya datang diberikan oleh petugas parkir valet dan ia segera masuk ke dalamnya.Aidan harus cepat ke apartemen James untuk menjemput anak-anaknya. Selama perjalanan, ia kemudian menghubungi Glenn.“Di mana kamu?”“Aku sedang terjebak macet akan kembali ke Orcanza, Tuan!” jawab Gle
"Bersediakah kamu menikah denganku lagi, Malikha Swan?" tanya Aidan bergumam lembut. Malikha terus memandanginya dan Aidan pun tak melepaskannya sama sekali. Semua cinta rasanya berpendar di mata Aidan untuk Malikha. Cinta yang tak mungkin ditutupinya lagi. Malikha pun tersenyum dengan mata berkaca-kaca."Ya ... aku bersedia jadi istrimu, Aidan Caesar," jawab Malikha bergumam lembut pula. Malikha mendekat lebih dulu dan mencumbu Aidan dengan lembut. Aidan ikut membalas dan memperdalam pagutan bibirnya sambil memeluk Malikha lebih dekat dan erat. Pemandangan tengah kota dan taman New York dari atas menjadi saksi bersatunya cinta Aidan dan Malikha kembali."I do love you ... too much," bisik Aidan di sela bibirnya yang masih menempel pada Malikha. Malikha hanya melingkarkan kedua tangannya memeluk leher dan pundak Aidan."I love you too.""Benarkah? Kali ini kamu tidak berbohong kan!" goda Aidan tak melepaskan dirinya sama sekali. Malikha tergelak kecil dan
Malikha menaikkan pandangannya sambil berbaring menyamping pada Aidan yang baru saja menghubungi Glenn, asistennya. Ia tersenyum dan masih belum bicara. Malikha tampak tenang padahal ia baru saja disatroni perampok. Sementara Aidan sudah cemas setengah mati gara-gara kejadian itu. Ia bahkan belum membuka jasnya sama sekali dan terus berada di dekat Malikha yang tengah menjaga AldrichSetelah berpikir beberapa saat, Aidan akhirnya memutuskan untuk menelepon Arjoona melaporkan yang baru saja terjadi. Arjoona harus tahu setidaknya untuk mengantisipasi yang terjadi."Halo, Aidan.""Joona, rumah Malikha baru saja mengalami perampokan," ujar Aidan tanpa basa basi."APA! apa yang terjadi!" Arjoona sampai berteriak karena berita tersebut."Aku pergi keluar sebentar mengurus pekerjaan. Dua pria masuk lewat pintu depan dan membongkar semua laci. Mereka tidak mengambil apa pun, aku rasa ini bukan perampokan. Tapi apa yang mereka cari?" dengu
Malikha yang mendengar bunyi pintu berdecit mengira pelayan di rumahnya sudah tiba. Sambil tersenyum, ia kemudian berjalan hendak melihat dan menyapa. Dengan langkah agak cepat ia akan turun sampai akhirnya matanya membesar. Ia melihat dua orang pria bertopeng masuk lewat pintu depan.Mereka membawa senjata tajam dan sedang mengendap masuk lewat ruang tamu. Malikha yang hampir saja menuju tangga kemudian berbalik dan bersembunyi pada dinding di dekat tangga. Malikha benar-benar terkejut dan jantungnya berdegup kencang."Oh, tidak. Mereka bukan pelayan!" gumam Malikha pada dirinya sendiri. Malikha langsung mundur dan mencari tempat bersembunyi sambil bisa melihat apa yang sebenarnya tengah terjadi. Ia mengintip lagi dan melihat dua orang itu tengah membongkar laci dan lemari di lantai bawah. Malikha langsung berbalik dan mengendap separuh berlari masuk ke kamarnya. Satu orang pasti akan naik ke atas dan memeriksa.Dengan panik Malikha ingat jika ia meletakkan pon
Beberapa hari kemudian, keadaan Malikha tak juga kunjung membaik. Ia sudah diperbolehkan pulang karena luka operasinya semakin membaik tapi ia tak ingin berada di dekat bayinya sama sekali. Aidan otomatis harus pindah ke rumah Malikha karena ia tak mungkin bolak balik dari rumahnya meskipun jaraknya dekat.Aidan berubah menjadi seperti Ayah single yang merawat Aldrich sendirian. Ia otodidak belajar mengganti popok dan mengambil donor ASI dari istri Mars King, Vanylla King. Tak hanya Vanylla yang mendonorkan ASI-nya, Kiran Miller juga ikut memberikan ASI-nya.Saat malam hari, Aidan menggendong Aldrich memberinya botol ASI sampai ia tertidur sembari membacakan puisi atau mengumamkan sebuah lagu. Aldrich yang mengerti bahwa ia sementara hanya bisa bersama sang Ayah, tak banyak rewel. Ia bayi yang manis dan penurut."Cobalah untuk menggendongnya, Sayang," bujuk Aidan lembut sambil mencoba mendekatkan Aldrich pada Malikha. Malikha yang awalnya tersenyum jadi defensif
Sampai hari yang ditunggu-tunggu tiba adalah saat Malikha akan menyusui bayinya untuk yang pertama kali. Keadaan bayinya sudah semakin baik dan kembali sehat."Kamu sudah mendapatkan nama yang pas?" tanya Bryan pada Aidan saat menunggu bayi tersebut di bawa ke kamar Malikha. Aidan mengangguk tersenyum"Aldrich Tristan Caesar," jawab Aidan sambil tersenyum pada Bryan yang mengangguk ikut tersenyum.Saat mereka selesai bicara, kereta bayi kemudian terlihat sedang didorong menuju kamar Malikha dan Aidan pun mengikutinya. Di kamar Malikha, seluruh keluarga besar The Seven Wolves dan anak-anak mereka sudah menunggu."Mila kemari, Sayang. Coba lihat itu ... ada bayi!" ujar Bryan menggendong balitanya Mila yang terkekeh menggemaskan saat melihat salah satu "adiknya" yang baru lahir beberapa hari lalu. Kembarannya Izzy digendong oleh Nisa ikut mendekat melihat bayi Aldrich yang menyihir banyak orang dengan ketampanannya. Setelah bayi itu diletakkan di dekat tempa
Tak ada yang dirasakan Aidan saat ini kecuali rasa bahagia. Ia telah resmi menjadi seorang Ayah. Segala perjuangan dan rasa sakit akibat dendam dan perceraian yang terjadi pada pernikahannya, terbayar sudah. Aidan tak berhenti mengecup Malikha yang terlihat semakin mengantuk pasca bayi mereka lahir. Namun usai dibersihkan, bayi itu harus dipantau karena ia mulai membiru."Apa yang terjadi?" tanya Aidan setelah ia dikeluarkan dari ruang operasi."Bayinya sudah melewati waktunya lahir, dia harus masuk ruang ruang intensif untuk dimasukkan dalam inkubator. Aku tidak berharap dia sudah keracunan air ketuban, tapi aku benar-benar harus memantau keadaan putramu. Untuk saat ini, temani istrimu. Bayimu akan baik-baik saja," ujar salah satu Dokter Anak yang ikut dalam operasi tersebut."Lakukan apa pun untuk putraku, aku tidak mau terjadi sesuatu padanya!""Aku yakin kondisi ini hanya sementara, setelah dia pulih, aku sendiri yang akan memberikannya pada kalian."