Tiba di depan makam itu, Aidan masih menarik tangan Malikha ke depannya. Kini mereka berdua berdiri di depan pintu makam yang tertutup. Malikha mulai menangis terengah dan terisak menatap Aidan. Wajahnya benar-benar ketakutan mengingat ia pernah di kurung Aidan di dalam tempat penyimpanan anggur. Malikha kini memiliki ketakutan pada gelap dan tempat tertutup jadi makin pucat jika mengingat hal tersebut.
"Aku mohon, jangan masukkan aku ke dalam sana. Aku benar-benar menyesal," ujar Malikha terus menangis dan kali ini lebih kencang. Ia terus memohon. Aidan masih tak bergerak dan wajahnya kian melembut. Ia lalu mendekat dan ingin melepaskan semuanya.
"Apa aku bisa mempercayaimu lagi? Kamu pernah mengkhianatiku, apa aku bisa percaya padamu lagi?" tanya Aidan dengan matanya lirih pada Malikha yang sesegukan. Malikha tak menjawab dan tak tahu harus seperti apa.
"Apa kita bisa punya kesempatan untuk bisa bersama?" tanya Aidan lagi dengan nada suara yang makin mengecil.
Entah mimpi buruk apa yang sedang dialami oleh Malikha. Kini ia malah bertemu dengan Jason Holland di LA. Dan Aidan pun ada di sini. Mata Malikha sebenarnya menyiratkan rasa teror namun ia berusaha tak terlalu terlihat."Lalu apa yang kamu lakukan di sini, Jason?" tanya Malikha mencoba menggorek informasi."Aku sudah kehilangan semuanya. Semua gara-gara si brengsek Aidan Orlando itu. Sekarang aku tinggal berpindah-pindah." Jason mendekat lagi lalu setengah berbisik."Dengar Malikha, kita bisa bekerja sama untuk menyingkirkan Aidan Orlando. Aku butuh teman untuk melakukan itu, Chris sedang dipenjara jadi yang tersisa hanya kamu, aku dan Ronald. Kita bertiga cukup untuk menjebak si brengsek itu," ujar Jason tanpa merasa bersalah. Malikha hampir sesak napas mendengarnya. Ia spontan menggeleng."Kita sudah bersalah dengan melakukan kejahatan dulu, tidakkah seharusnya kita berhenti. Untuk apa melakukan itu lagi." Jason jadi kesal pada respon Malikha. Menurutny
DUA HARI SEBELUMNYAHari ini adalah hari yang cukup cerah untuk berkumpul bersama teman dan sahabat. Itu juga berlaku bagi Brandon Caesar menaikkan cengiran senyuman saat melihat Anthony Lin menaikkan tangannya Ketika ia masuk di sebuah restoran hotel tempat mereka membuat janji.Semenjak Arjoona sepakat bersama enam orang lainnya membentuk kelompok rahasia The Seven Wolves maka ayah mereka ikut berteman satu sama lain. Dimulai dari kepentingan bisnis dan politik, lama kelamaan hubungan jadi berubah menjadi persahabatan. Bedanya mereka tidak diam-diam."Maaf aku terlambat," ujar Brandon sambil mengambil kursi dan duduk di sebelah Anthony."Tidak apa, aku baru saja datang. Aku tadi menghubungi Hans dan Darren. Darren sedang ada di New York jadi mungkin sebentar lagi dia datang," jawab Anthony lalu melipat kakinya di bawah meja. Brandon mengangguk mengerti. Brandon lalu mengangguk memberikan izin pada pelayan restoran untuk menuangkan minuman padanya.
DUA HARI SETELAHNYAMalikha tiba di depan Gowanus di Brooklyn setelah terbang sendirian dari LA. Ia ditinggalkan Aidan di LA dan kembali lebih dulu karena kesalah pahaman. Bagi Malikha yang tidak pernah lagi naik pesawat komersial, pulang sendiri adalah hal yang sedikit lebih berani ia lakukan. Dalam perjalanan, ia sudah memikirkan semua lalu memutuskan.“Apa dia mau mendengarkan aku jika aku jujur?” tanya Malikha dalam hatinya sambil menekan tombol lift untuk naik ke apartemen Aidan. Malikha terus menunduk dan hanya melihat sesekali ke arah pintu liftMalikha sudah berencana untuk bicara dan jika Aidan tak mau mendengarkan maka ia memutuskan untuk pergi. Ia akan pulang kembali ke apartemen kecilnya sambil mengurus perceraian. Malikha ingin meninggalkan Aidan agar Jason tak lagi melibatkannya untuk mencelakakan Aidan. Harus ada yang berkorban dan jika itu adalah Malikha, ia sudah siap.Dengan langkah takut-takut ia kemudian masuk ke koridor tempatnya dan Aidan selama ini. Sebelum masu
Ketika Arjoona datang, seluruh pelayat langsung berdiri terutama seluruh anggota The Seven Wolves dan Golden Dragon. Satu persatu dimulai dari James dan Shawn lalu Bryan dan Aidan memeluk Arjoona yang berjalan bersama Mars yang mengikutinya.Hari ini, Arjoona akan memimpin acara pemakaman untuk Jayden. Setelah melihat Jayden di peti matinya, Arjoona terlihat berbicara beberapa saat dengan Han Kazuya, tangan kanan Jayden.Aidan terus memantau apa yang terjadi di sekitarnya. Ia tau jika Arjoona pasti bertanya dan mencari tau soal kematian Jayden. Tak lama kemudian, Arjoona kemudian meminta seluruh sahabatnya untuk berkumpul."Tunggu di sini," bisik Aidan pada Malikha yang diberi anggukan. Aidan berdiri bersamaan dengan Bryan meninggalkan Malikha dan Deanisa di bangku yang sama."Hai, apa kabarmu?" sapa Deanisa begitu melihat Malikha disebelahnya."Baik. Bagaimana denganmu?" Malikha balik bertanya."Yah, repot seperti biasa." Malikha tersenyum
Malam itu, Malikha pindah ke kamar tamu seperti perintah Aidan. Hatinya terluka karena perlakukan Aidan yang kembali seperti awalnya. Salah paham itu membuat Aidan mengira jika Malikha hanya ingin mengkhianatinya. Tak ingin terus bersedih, Malikha akhirnya mencoba beristirahat.Meskipun sepanjang malam baik Malikha maupun Aidan tidak bisa beristirahat, tapi tak ada pembicaraan dari keduanya. Hati Aidan yang resah karena mengira Malikha memang tidak pernah berniat baik padanya membuat ia sampai memukul bantal beberapa kali.Seluruh fokus Aidan kini hanya tertuju pada Malikha sementara wanita itu tidak mencintainya sama sekali.Keesokan harinya, Aidan yang masih marah tak ingin lagi dilayani oleh Malikha sama sekali. Ingin melihat Malikha kesal, ia memerintahkan kedua pelayan, Eva dan Jessica untuk mengurus semua keperluan Aidan setiap harinya. Meskipun kedua pelayan itu tahu bahwa Tuan dan Nyonya rumah sedang bertengkar, tapi mereka tak berani bertanya lebih jauh
Malikha tak ingin mengganggu pembicaraan Aidan dan ayahnya. Terlebih ia lebih suka keluar dari rumah secepatnya."Tunggu!" panggil Aidan tiba-tiba begitu Malikha meminta ijin darinya. Malikha yang sudah memegang pintu akhirnya berbalik dan tersenyum. Aidan menghampiri dan ikut mencium pipi Malikha sekaligus membisikkan sesuatu."Kamu lupa bersikap manis ya, Babydoll? Jangan sampai ada yang tahu masalah kita. Sampai jumpa nanti malam," bisik Aidan memandang mata Malikha tajam lalu mencium lembut pipi Malikha. Malikha menatap Aidan dengan dingin dan tersenyum tipis kemudian. Ia pun berbalik dan keluar dari ruangan itu."Apa kamu tidak mengantarnya?" tanya Brandon masih heran dengan perilaku Aidan yang melepaskan Malikha begitu saja. Aidan berbalik pada Ayahnya dengan senyuman tipis dan menggeleng."Aku punya rapat penting sebentar lagi. Lagipula ada supir yang mengantarkannya," jawab Aidan berbohong. Brandon hanya mengangguk saja dan duduk kembali untuk mel
"Aku lihat kamu sering lembur belakangan ini. Apa ada masalah?" tanya Bruce di sela-sela makan malam mereka. Ia mulai mengorek informasi tentang Malikha karena penasaran."Tidak ada, Tuan Caldwell. Aku hanya harus menyelesaikan beberapa pekerjaan saja," jawab Malikha berusaha menutupi."Malikha, kamu adalah manajer HRD dan di bawahmu ada beberapa pegawai yang bahkan pulang lebih awal darimu. Sehari dua hari itu mungkin wajar tapi ini sudah satu minggu. Apa suamimu tidak cemas?" Malikha tersenyum dan menggeleng."Dia terlalu sibuk untuk mencemaskanku, Tuan Caldwell. Dia seorang pengusaha dan aku hanya pegawai biasa." Bruce memperhatikan segurat kesedihan terlintas saat Malikha bicara."Apa kalian memiliki masalah?" Malikha masih berusaha tersenyum dan menggeleng."Aku pernah menikah, jadi aku tahu rasanya. Saat mengenal rasanya sangat indah, lalu setelah menjalani tak semudah kelihatannya." Bruce mencoba memberikan pandangannya."Tuan pernah
Usai membukakan pintu bagi Malikha, Glenn tak mau mengikuti Aidan yang berjalan setelah Malikha masuk melewati lobi. Ia menghela napas berat beberapa kali melihat tingkah bosnya itu.Aidan mungkin penembak jitu yang hampir setara dengan Shawn Miller. Ia juga salah satu penyusun strategi terbaik setelah Jayden. Namun menghadapi Malikha, Aidan seperti mati kutu. Ia tak ubahnya seperti manusia goa yang posesif dan bingung harus bersikap seperti apa."Ah, kenapa mereka tidak tidur bersama saja. Itu akan menyelesaikan semua masalah!" keluh Glenn kesal dan kembali masuk mobil untuk pulang ke apartemen. Besok saja ia melihat apa yang terjadi pada pasangan itu."Babydoll, tunggu! Kita belum selesai bicara!" Aidan menarik lengan Malikha begitu mereka sampai ke ruang tengah. Malikha yang juga sangat kesal menghentakkan lengannya. Kedua pelayan, Jessica dan Eva mengintip dari balik kamar mereka. Sambil mengendap, mereka berdua diam-diam menyaksikan pertengkaran kedua majik