Haidar tampak berjalan hilir mudik di kamar ruang rawat inap Leona dan wajahnya tampak gusar. Bagaimana tidak, dirinya mendapatkan kabar bahwa dua orang sniper yang dipenjara, tewas akibat sianida. Haidar yakin bahwa ada penyusup yang memang berniat membungkam mereka. Bagaimana bisa? Jika begitu, Leona masih dalam bahaya karena mereka saja berani masuk ke kantor polisi dan ke penjara demi membunuh dua orang saksi. Bukan tidak mungkin, mereka akan datang kemari untuk membunuh Leona. Aku sudah berjanji pada Daddy Raul untuk melindungi Leona! - batin Haidar sambil melihat wajah cantik istrinya yang sedang terlelap. Haidar membuka pintu kamar Leona dan melihat dua pengawalnya sedang duduk sambil menikmati kopi hitam. Keduanya berdiri saat melihat Haidar. "Ada yang bisa saya bantu, tuanku?" tanya salah satu pengawal. "Tidak, Tan. Aku hanya khawatir kalian kekurangan kopi." "Aman tuanku. Anda beristirahat saja, karena saya yakin anda juga sangat lelah..." jawab Tan. Haidar menga
Leona menatap wajah Haidar dengan tatapan bertanya karena suaminya berencana untuk menyembunyikan dirinya demi keamanan. Leona merasa tidak nyaman dia harus bersembunyi sementara suaminya berjuang untuk mengamankan negaranya. Bagi Leona, dia harus ada di sisi Haidar, apapun yang terjadi karena suaminya membutuhkan dukungan baik secara fisik maupun emosi. "Apa maksudmu Haidar?" tanya Leona. "Bagaimana bisa kamu hendak menyembunyikan aku?" "Situasi ini sangat pelik, sayang. Aku tidak mau kamu terluka." Haidar menghampiri Leona dan menggenggam tangannya. "Tidak bagus sayang." "Tapi ..." "Leona... please? Aku tidak sanggup jika aku melihat kamu terluka lagi." Leona menggelengkan kepalanya. "Kamu mendapatkan istri yang keras kepala, Haidar. Jangan remehkan wanita Pratomo. Kamu tidak tahu apa yang bisa kami lakukan!" Haidar mengacak rambutnya gemas dengan istri keras kepalanya. "Leona, sayang, cintaku..." "I'm fine, Haidar. Aku akan baik-baik saja. Oh, jika aku tahu siapa ota
Akhirnya pintu kamar pasangan itu pun terbuka dan Haidar disambut dengan wajah kesal Aidan serta Ghadi. Dua pria itu menatap judes ke Haidar yang hanya mengusap tengkuknya dengan wajah tidak enak. "Sorry but not so sorry," senyum Haidar membuat Aidan menggelengkan kepalanya. "Saudara perempuan aku habis kena tembak! Malah diajak ngadon! Suami macam apa kau!" amuk Aidan. "Leona juga mau kok.." Ghadi memilih masuk dan melihat rambut Leona masih agak basah. Cucu Gasendra itu hanya menatap dingin ke arah Leona. "Bisa nggak sih kalian tahan diri dulu? Itu dada masih diperban, Leona! Kamu juga Haidar! Ingat, istri kamu habis kena tembak!" omel Ghadi. "Demi keponakan, Ghadi," jawab Leona santai. Ghadi menyipitkan matanya. "Tunggu sampai kamu pulih dulu!" "Lho bercinta itu obat sembuh..." eyel Leona. "Toh aku berbuatnya dengan suamiku. Tidak ada larangan kan?" Dua saudara sepupunya memilih tidak mau memperpanjang masalah bercinta pasangan suami istri itu karena memang tidak ada laran
Haidar memutuskan untuk berbicara empat mata dengan ayahnya karena bagaimana pun ini masalah yang sangat pelik dan menyangkut rakyat Jordania. Haidar tidak mau terjadi kepanikan masal hingga mempengaruhi perekonomian negaranya. Jordania memang tidak sekaya Qatar atau UAE atau Arab Saudi tapi para rakyatnya hidup sejahtera. Sebelum Fatimah meninggal, Ukail adalah raja yang bijaksana dan adil. Kematian istrinya lah yang membuat Ukail seperti kehilangan arah dan Haidar lah yang menjalankan pemerintahan selama ini bersama Gaston dan jendral Angkatan Bersenjata. Pria tampan itu pun berjalan menuju ruang perpustakaan dimana ayahnya lebih suka merenung disana jika ada masalah. Tebakannya benar karena Haidar menemukan ayahnya sedang duduk di depan jendela dengan tatapan kosong meskipun ada buku yang dibukanya tapi hanya berada diatas pangkuannya. Ukail melihat putranya mendatangi dirinya yang sedang melamun, tersenyum saat Haidar duduk di sebelahnya. "Bagaimana Leona? Sama siapa dia s
Leona bergerak diatas tubuh Haidar yang memegang pinggang rampingnya. Leona harus menggigit bibir bawahnya karena dia tidak mau suara erangan nikmatnya terdengar para pengawal di luar. Haidar memajukan wajahnya dan mengisap serta memainkan dada istrinya membuat Leona semakin menggelinjang sementara Haidar terus menggerakkan pinggulnya. "Oh sayang ... Oh ..." desah Leona berusaha tidak berteriak sambil memejamkan matanya saat kilmaks itu datang. Haidar tersenyum saat tahu istrinya sudah mendapatkan orgasmenya yang pertama. Pria itu lalu membalikkan tubuh istrinya dan permainan inilah yang disukai Leona. Dia merasa milik Haidar memenuhi dalam tubuhnya dan itu membuatnya gila penuh nikmat. Haidar bergerak maju mundur. membuat Leona harus menggigit bantal sofa saat kenikmatan yang sekian kali datang hingga akhirnya keduanya mendapatkan klimaks bersamaan. Leona ambruk diatas sofa sedangkan Haidar perlahan menciumi punggung istrinya yang lembab oleh keringat. "Apakah bekas jahitannya t
Leona merebahkan tubuhnya yang lelah akibat percintaan brutal mereka semalam. Leona baru sadar bahwa dirinya memiliki sisi liar juga dalam berhubungan intim yang kebetulan memiliki suami juga sama passionate dengannya. Leona memang belum pernah melakukan hubungan seks dengan pria manapun sebelum menikah karena baginya, kerugian akan diterimanya jika dia hidup bebas sana sini. Keluarga besarnya sangat menekankan aturan ketat bagi mereka semua dari generasi pertama. Mungkin bagi sebagian besar orang, ajaran ini dianggap kuno atau ketinggalan jaman, apalagi dengan prinsip your body is your own choice. Iya betul, your body is your choice mau ngapain saja tapi jika kamu sudah hamil di luar nikah, prianya tidak mau bertanggung jawab, belum nasab si anak menjadi susah dalam aturan syariat Islam, siapa yang rugi? Tak heran meskipun saudara-saudara Leona yang pria sekalipun tetap mengikuti peraturan karena mereka tidak mau merusak anak gadis seseorang. Leona tahu mereka semua gentleman, sa
Pasukan khusus buatan Haidar dan Jendral Angkatan Bersenjata itu mulai bergerak dalam senyap membuat orang-orang yang dicurigai itu ditangkap satu persatu dan dibawa ke penjara dengan keamanan maksimum. Haidar menunggu sampai semuanya tertangkap dan sementara itu, para iparnya kembali ke negara masing-masing karena melihat pangeran itu bisa mengatasi masalah internal negaranya tanpa harus ada kekerasan dalam prose penangkapan para orang-orang yang dicurigai sebagai sleeper Cell yang akan membuat kudeta dan perang di Jordania. Haidar berada di ruang kerjanya bersama dengan Gaston dan Leona sambil menerima laporan dari para tentara pilihannya. Ayah Haidar, Ukail, sedang menghadiri pertemuan para Emir di Oman dan mereka merasa aman karena Oman adalah negara kekuasaan Eren dan Aidan Al Sharif sehingga untuk masuk kesana pun harus berpikir dua kali. "Sudah seratus lima puluh orang yang ditangkap?" tanya Haidar ke Kapten Umar, pemimpin silent movement melalui panggilan video. "Benar tu
Gaston menjemput Sora Chen, putra Triad Hongkong Jonathan Chen dan Raihanun Park yang datang menggunaka pesawat pribadi milik keluarga Park. Jonathan dan Raihanun punya dua pesawat pribadi milik keluarga Chen dan Park. Sora lebih suka memakai Gulfstream milik keluarga Park karena sering tidak berebutan pakai dengan ayahnya. "Welcome to Amman, Mr Chen," sapa Gaston sopan. "Terima kasih Gaston. Bagaimana sepupu aku?" tanya Sora sambil bersalaman dengan tangan kanan Haidar itu. "Mereka baik-baik saja Sir. Alhamdulillah tidak ada kerusuhan sebulan ini. Semoga saja tetap seperti sekarang," jawab Gaston. Mereka pun menunggu koper Sora turun dan pria itu mengambil koper khusus dilengkapi pendingin macam koper obat. "Itu barangnya?" tanya Gaston. "Yes. Jika bisa meminimalisir korban jiwa, kenapa tidak?" senyum Sora. Pria Asia dengan wajah dingin itu pun masuk ke dalam Range Rover anti peluru bersama Gaston setelah menyelesaikan semua urusan imigrasi dan menuju istana Abdulla