Menjelang jam sebelas malam, Haidar dan Sora mengobrol di ruang tengah sementara Leona tidur diatas paha suaminya. Sora menatap sayang ke saudara sepupunya yang memang dikenal periang dan ramai orangnya. "Bahagia dengan pernikahan kamu?" tanya Sora sambil menyesap kopinya. "Hhmmm... ini kopinya enak banget! Di Tokyo dan Hongkong, aku tidak menemukan kopi seperti ini." "Jenis kopinya yang berbeda, Sora. Jika kamu lama disini, aku akan mengajak kamu minum kopi khas Yordania, kopi pasir Turki." "Apa bedanya dengan kopi Turki?" "Di Yordania, kita memakai pasir untuk tetap membuatnya hangat. Pasir itu tetap dipanaskan dan cezve (cangkir kopi khas Timur Tengah) diletakan diatas pasir panas dengan kedalaman mau seberapa," terang Haidar. "Kamu dan Leona? Bahagia?" "Alhamdulillah... Dia satu-satunya wanitaku," jawab Haidar sambil mengelus rambut coklat istrinya. "Oom Rauf?" "Marah khas ayah dan aku paham kenapa ... Leona adalah little princess nya dan sampai dia terluka ditambah aku t
Para tentara yang datang dari Amman segera menemui Kapten Umar di markas militer mereka sembari memberikan petunjuk dari Sora Chen. Kapten itu tersenyum senang karena rencana Pangeran Haidar untuk mendapatkan semua informasi tanpa harus dengan cara kekerasan, akhirnya bisa terlaksana. "Kalian mengambil random sepuluh orang disana dan mulai berikan serum kejujuran karena aku ingin tahu, apa yang direncanakan pihak Sheikh Pahlevi!" perintah Kapten Umar. "Baik Kapten." "Tidak sekarang. Ini sudah jam dua malam. Kita beristirahat sejenak dan semua akan kita mulai pada pukul enam pagi! Six zero zero on sharp!" "Baik Kapten!" Kapten Umar melihat dua koper yang dibawa dari Hongkong dan hanya bisa menggelengkan kepalanya karena tidak menyangka jika princess Leona memiliki keluarga yang mengerikan. Ini baru Triad padahal yang aku tahu ayahnya masih ada hubungan saudara dengan negara timur tengah, negara eropa, Mafioso dan Yakuza Jepang tapi sekarang Triad Hongkong? - Batin Kapt
Ketiga orang itu segera keluar dari rumah milik Mohammed dan menuju markas kepolisian yang tujuan utamanya adalah laboratorium forensik dimana Sora akan memeriksa DNA yang ada di rambut dan celana dalam. Haidar tidak menyangka jika sepupu Leona memang sangat cerdas dan pemberani. Mereka berani maju dulu demi mendapatkan apa yang mereka cari. Masalah hasil akhirnya itu belakangan karena yang penting aksi dulu. Markas besar Kepolisian pun terkejut saat melihat Haidar datang bersama dengan Leona dan seorang pria Asia berwajah dingin. "Tuanku pangeran, apa ada sesuatu?" tanya Kepala Polisi yang bingung karena Haidar tidak melakukan pengumuman atau pun pemberitahuan terlebih dahulu kepada dirinya maupun jajaran lainnya. "Aku butuh dua ahli forensik yang netral dan cekatan. Sekarang!" perintah Haidar membuat semua orang terkejut. "Ba... baik yang mulia." "Dimana laboratorium forensik?" tanya Haidar. "Akan saya antarkan, yang mulia." Kepala polisi itu mengantarkan Haidar bersama dengan
"Tunggu... itu... Mohammed bukan anak Abi dan paman aku?" Haidar menatap Sora dan tak lama Hajwa pun keluar. "Maafkan saya, tuanku. Tapi memang dari hasil tes DNA, antara milik anda dengan yang di rambut dengan celana dalam ... tidak cocok sama sekali. Tidak satu persen pun," jawab Hajwa. "Tapi DNA di rambut dan celana dalam sama?" tanya Leona. Hajwa menatap sang Princess. "Sama princess." Leona menatap suaminya. "Kita tahu DNA di rambut yang ditemukan Sora dengan celana dalam yang kita temukan, adalah dari satu orang yang sama. Pertanyaannya, apakah itu memang milik Mohammed atau tidak." Haidar mengangguk. "Kita mencari di master bedroom dengan asumsi itu adalah kamar Mohammed bukan?" Leona dan Sora mengangguk. "Kita harus mendapatkan dari pemiliknya." Haidar menatap istri dan iparnya. "Bagaimana?" "Harus mengirim penyusup ke Teheran," jawab Haidar. Leona dan Sora terbelalak. --- Gaston tertegun saat mendengar bahwa Sora akan terbang ke Teheran bersa
Sora berjalan menuju meja bar dengan wajahnya yang sudah menjadi tampan kembali dan memesan sebotol bir dingin. Pria itu bisa melihat Mohammed bersama Iman duduk bersama dengan beberapa gadis. Sora hanya duduk dengan memasang wajah polos khas turis dan membuat beberapa orang mengira bahwa dirinya tidak pernah waspada. Sora meminum birnya dengan tenang sampai dirinya merasa ada yang duduk di sebelahnya dan dia menoleh. "Turis?" tanya Mohammed. "Yes," jawab Sora. "Korean?" Sora mengangguk. "Idol?" "Bukan, aktor," jawab Sora membuat Gaston melongo mendengar jawaban pria ganteng itu. Ya ampun master Chen. "Namaku Kim Hyun Joong. Kamu?" Sora mengulurkan tangannya dan Mohammed menyambutnya. "Mohammed.... Ouch!" Wajah pria itu sedikit kesakitan saat berjabat tangan dengan Sora. Sora tampak terkejut. "Oh sorry. Cincin aku memang agak sedikit tajam. Apakah berdarah?" Pria itu mengambil band aid dari dalam dompetnya. "Sedikit.... Nice ring," puji Mohammed. "H
"Apakah Sora bisa keluar dari Teheran dengan selamat?" tanya Leona sambil memeluk suaminya. "Insyaallah bisa keluar, sayang." Haidar dan Leona sedang berada di sebuah hotel dengan nama samaran demi tidak diketahui siapapun. Mereka masih berada di Aqaba karena Haidar masih penasaran dengan semua hasil serum kejujuran Sora. "Jujur aku takut terjadi apa-apa pada Sora." Haidar mempererat pelukannya. "Sora akan baik-baik saja. Ada Gaston bersamanya. Mereka akan segera tiba di Amman besok." Leona semakin mendusel ke tubuh suaminya dan sudah hapal aroma tubuh Haidar. Entah kenapa, dia senang mencium aroma suaminya. Tiba-tiba Leona tertegun. Tunggu, ini tidak seperti aku yang biasanya. Aku suka mencium harum aroma tubuh Haidar yang berbau musk dan Wood tapi kok sekarang aku semakin ingin menciumi setiap saat? - batin Leona. Apakah aku hamil? Katanya memang sering diluar Nurul kelakuan bumil. Leona teringat para sepupu perempuannya yang saat hamil, sering tidak menyangka bahw
Sora memanfaatkan WiFi di kelas bisnis guna mengirimkan pesan ke Leona dan para sepupu Emirnya. Sora mengabari bahwa tiga jam lagi dirinya akan tiba di Amman Yordania dan segera menuju laboratorium demi mencocokkan DNA dari darah Mohammed dengan apa yang sudah mereka temukan sebelumnya dan DNA milik Haidar. 📩 Melvin Khalid Becker : Jadi kamu sudah dapat DNA nya? 📩 Sora Chen : Sudah. Aku dapat darahnya. 📩 Leona Accardi : Kamu berapa lama sampai Amman? 📩 Sora Chen : tiga jam lagi 📩 Aidan Al Sharif : Aku harap Mohammed bukan saudara tiri atau sepupunya Haidar. Dengan begitu, Yordania bisa melakukan blacklist ke Mohammed. 📩 Sahran Léopold : Yang penting Sora tiba di Amman dengan selamat. Bagaimana Aqaba? 📩 Leona Accardi : Haidar tadi jam tujuh sudah pergi ke markas militer. Dia ingin mengumpulkan banyak data dari Mohammed dan Sheikh Pahlevi. Jika bisa, mereka akan menghancurkan semua lokasi yang diduga akan menjadi pangkalan nuklir milik Iran. Haidar juga sudah men
Haidar menatap testpack yang berada di tangannya dan memandang wajah Leona dengan perasaan bahagia yang membuncah. Leona hanya tersenyum manis dan Haidar langsung mencium penuh bibirnya serta wajahnya bertubi-tubi. "Kamu hamil? Kamu hamil? Ya Allah... ini benar-benar kabar yang membuat aku ... Ya Allah ... Alhamdulillah..." Haidar memeluk Leona sambil terus menciumi istrinya. "Sayang ... Engap!" rengek Leona. "Maaf... maaf. Aku sangat senang ! Ini seperti... obat dari semua stress aku ... Ya Allah ... Terima kasih aku diijinkan punya anak laki-laki... atau perempuan?" monolog Haidar membuat Leona memegang wajah suaminya. "Sayang, tolong jangan terlalu semangat. Aku ingin segera pulang dan memeriksa kandungan aku ini..." senyum Leona. "Aku terlalu gembira... " Haidar terdiam. "Apakah aman jika terbang dengan helikopter pulang ke Amman?" "Insyaallah aman, sayang, selama kita tidak brutal macam semalam." Haidar melongo. "Oh ya Allah... padahal anak kita sudah tumbuh di
"Kenapa ayah kamu ingin bertemu dengan kamu ?" tanya Ariel ke suaminya."Aku tidak tahu. Bisa jadi minta pengampunan, minta maaf meskipun menurut aku kecil kemungkinannya, atau minta keringanan hukuman. Apapun ceritanya, aku masih tetap tidak memaafkan dengan apa yang dia lakukan pada ibuku ! Dia begitu teganya !" amuk Drago.Ariel menoleh ke arah Bahar. "Apa paman Bahar mendapatkan informasi atau apapun kenapa Hasan Ishaaq ingin bertemu dengan suamiku?""Tidak tuan putri. Aku tidak mendapatkan apapun mengapa tuan Hasan ingin bertemu dengan tuan pangeran," jawab Bahar."Bagaimana kalau menurut paman? Apakah suamiku harus menemui Hasan atau tidak?" tanya Ariel demi bisa mendapatkan jawaban netral dari orang lain. "Menurut hemat aku, sebaiknya tuanku pangeran tetap menemui tuan Hasan. Memang sulit dan berat tapi demi kedamaian hati dan dendam anda. Umur kita tidak ada yang tahu dan aku berharap tuanku bisa paham maksud aku ini," jawab Bahar.Drago menatap istrinya. "Apakah aku harus men
Drago memegang tangannya yang mulai terasa senut-senut akibat tadi dirinya menghajar ayahnya dengan sekuat tenaganya apalagi dia menyimpan dendam sejak usia lima tahun hingga menjelang usianya yang menjelang kepala tiga. Pria itu menatap Ariel yang memberikan senyuman dukungan ke suaminya. Ariel tahu rasanya menyimpan dendam selama itu, mengingatkan cerita oma buyutnya, Kaia Blair O'Grady yang harus menunggu sekian lama untuk membunuh pelaku pembunuh Edward Blair dan Yuna Partomo dengan kedok kecelakaan pesawat. Memang bukan Edward dan Yuna yang diincar melainkan teman bisnis mereka. Para petugas medis kemudian menghampiri Hasan Ishaaq untuk memberikan perawatan sementara seorang dokter kepresidenan mengambil darah Drago dari bekas lukanya guna dicek DNA nya dengan DNA Hasan Ishaaq. Hilmah yang terserang shock melihat suaminya terkapar, menatap penuh kebencian ke arah Drago. Ariel yang berjalan mendekati suaminya, melihat Hilmah hendak menyerang Drago. Putri Raja Yordania yang sudah
Hasan menatap tidak percaya saat mendengar ucapan Drago bahwa dia hendak menghukum dirinya seperti saat dulu dia membuat istri pertamanya tewas mengenaskan dengan tubuh terbakar bersama anjing kesayangannya. Hasan melihat mata penuh kebencian dari Drago dan sekarang putranya itu menjadi menantu penguasa Yordania. Betapa nasib itu sangat membuat seseorang menjadi berubah situasinya."Apakah dia itu ayahmu?" bisik Ariel ke Drago yang mengangguk. "Pantas kamu hajar, sayang."Drago tersenyum smirk mendengar kompor istrinya yang keluar jiwa bar-barnya. "Akan ada waktunya, sayang. Akan ada waktunya."Sidang pun dibuka sementara Hilmah menoleh saat Hasan mengatakan bahwa putra satu-satunya berada di ruang sidang. Entah karma atau bagaimana, Hasan tidak bisa mendapatkan keturunan dari empat istrinya yang lain. Banyak yang menganggap itu sebagai hukuman pria yang menyia-nyiakan istri pertamanya dan ada juga menganggap karma sebagai orang tidak tahu diri yang diangkat sebagai penguasa Yaman tap
Ariel masuk kedalam kamarnya dengan waajh lelah dan mulai membuka pakaiannya sementara Drago pun menyusul masuk dan mengunci pintu kamarnya. Dia melihat istrinya merasa kesulitan melepaskan pakaiannya yang memang kancing belakang. Tadi Ariel meminta tolong padanya dan sekarang Drago berjalan mendekati istrinya."Need help?" goda Drago."Menurutmu bagaimana?" balas Ariel sambil menatap suaminya dari kaca besar yang ada di kamarnya."Sini, aku bantu membuka gaunmu. Lagipula, siapa sih yang merancang baju model begini? Bikin repot, tahu nggak?" omel Drago sambil melepaskan kancing-kancing di belakang gaun Ariel."Opaku, Alessandro Moretti," jawab Ariel santai. "Itu desain dibuat beliau sebelum meninggal dan diteruskan Opa Asher."Drago lupa kalau Ariel memiliki keluarga di dunia fashion. Rumah mode Morr dan Burberry adalah keluarga Ariel jadi tidak heran jika istrinya selalu memesan gaun atau pakaian terbaru dari dua rumah mode itu selain rumah mode lainnya. Ariel juga tidak alergi memak
Drago rasanya ingin mencium bibir Ariel panas setelah mengatakan bahwa istrinya mulai belajar mencintai dirinya. Sungguh, Drago tidak yakin Ariel akan membela suaminya di depan keluarganya karena wanita itu selalu membicarakan soal perpisahan. Drago tersenyum dalam hati namun sesaat dia tampak berpikir. Apakah Ariel bilang seperti itu karena kasihan padaku yang sudah diterpa kejadian bertubi-tubi? Bukan cinta yang dia rasakan tapi kasihan? Aku tidak butuh dikasihani, sayang ! - batin Drago. "Apa rencana Abi dan Arbad?" tanya Ariel membuat lamunan Drago terganggu. "Kami? Menunggu Maher Assegaf maju menangkap Hasan Ishaaq. Bukan kapasitas kami dan Drago karena semua bukti biarpun itu kopiannya sudah kita berikan. Kita lihat saja dan yang jelas, aku yakin Drago pasti ingin melihat wajah ayahnya yang ditangkap bukan? Jika Maher tidak mampu, berarti kita tahu kwalitasnya seperti apa," jawab Haidar dingin. Ariel menoleh ke Drago. "Kita akan kembali ke Yaman jika paman kamu tidak bisa me
Arbad dan Leon menoleh ke arah Drago yang tampak serius. Kedua saudara lelaki Ariel itu merasa bingung karena Drago tidak memiliki akses ke bank Swiss manapun. Bahkan keluarga Pratomo yang generasi kesembilan tidak semuanya memiliki previlige untuk mengautorisasi rekening siapapun tanpa ada surat keterangan dari tetua baik generasi ketujuh yang masih hidup atau generasi ke delapan. "Ariel tidak memiliki akses ke bank Swiss manapun, Drago. Bagaimana bisa kamu mendapatkan banyak informasi?" tanya Arbad bingung."Ariel meminta tolong pada opanya, Jayde Neville," jawab Drago sambil terus menatap dingin ke Maher.Haidar tersenyum smirk. "Jika Oom Jayde Neville sudah ikut campur, makanya bisa keluar semua datanya. Sekarang, presiden Maher, bisa dijelaskan? Anda tahu sendiri kan siapa Jayde Neville. Dia adalah akuntan yang diakui dunia dan pemilik biro akuntan independen yang dipakai oleh banyak perusahaan dan negara karena tidak bisa disuap oleh apapun dan siapapun."Maher memucat saat Dra
Drago melihat wajah istrinya yang tampak damai tertidur dalam pelukannya. Disaat Ariel tampak nyenyak tidurnya, Drago lebih banyak berpikir tentang semuanya. Ucapan Ariel yang kemungkinan besar akan mendapatkan kekacauan di Yaman, menjadi pertimbangannya. Drago tidak takut maju ke Yaman tapi dirinya tidak mengetahui bagaimana internal negara kelahirannya. Drago kurang informasi karena selama di Jerman, dia bersama Bahar bersama istrinya lebih fokus untuk menutupi semua data tentang dirinya demi keselamatan mereka bertiga apalagi saat itu istri Bahar sedang hamil Hamzah,Drago bukan pengecut tapi dia realistis demi keselamatan banyak orang termasuk dirinya dan Ariel. Justru Ariel yang paling utama dan menjadi prioritasnya. Drago tidak mau semakin mengacaukan sistem yang sedang digodok pamannya. Drago tahu, orang-orang tidak akan ingat siapa dirinya dan tidak akan memperdulikan siapa dirinya. Misi Drago pun berubah, dari berusaha mengambil tahta kekuasaan Yaman dan menghukum ayahnya, sek
"Bagaimana bisa dia paman aku ?" tanya Drago bingung. "Setahu aku presiden Yaman, nama belakangnya bukan Assegaf." "Memang sengaja ditutupi. Maher Assegaf adalah adik sepupu ibumu dan disaat dia tahu ayahmu bukan tipe setia, Maher memilih pergi dan mulai mendekati para anggota senat untuk menggalang kekuatan merubah sistem pemerintahan. Maher memakai nama ibunya demi melindungi dirinya sendiri karena Hasan Ishaaq menyingkirkan satu persatu pendukung kakek kamu hingga Maher benar-benar bersembunyi demi gerilya saat ayahmu membunuh ibumu." Haidar menatap Drago serius. "Jadi semua sistem pemerintahan Yaman selama ini ?" Ariel menoleh ke arah Arbad. "Singa sulung, aku tidak paham !" Arbad tahu Ariel tidak terlalu suka dengan politik jadi dia masa bodoh. "Tiga puluh tahun yang lalu, kakek Drago sudah membuat mandat sebelum meninggal ke orang-orang setianya untuk mulai melakukan referendum. Kita belum lahir singa betina, Yaman sudah kacau dan terjadi transisi dari monarki ke presid
Ariel merasakan ada yang menciumi leher dan mengelus tubuhnya, membuat dirinya menggelinjang karena mulai terbawa suasana. Matanya pun perlahan terbuka dan melihat kepala suaminya turun ke dadanya dan mulai bermain disana. Ariel bingung, kapan suaminya membuka gaun tidurnya. "Drago ...." Ariel berbisik ke suaminya sambil mengelus rambut coklatnya yang tebal. "Ada apa Sayang ?" Drago mengangkat wajahnya dari dada Ariel dan menatapnya dengan penuh cinta. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Ariel. "Menurutmu?" Drago mendekati wajah Ariel dan mencium bibirnya panas yang dibalas oleh istrinya. "Apakah kamu tidak merasa lelah ?" tanya Ariel. "Bercinta denganmu? Tidak merasa lelah ... " Drago melepaskan celana dalam Ariel. "Aku sangat suka bercinta denganmu karena kamu sangat ekspresif dan tubuhmu merespon dengan baik tubuhku." Drago mengelus bagian intim istrinya yang membuat Ariel mendesah nikmat. "Kamu ... mesum ... " ucap Ariel dengan terengah karena permainan jari Drago.