"Tunggu... itu... Mohammed bukan anak Abi dan paman aku?" Haidar menatap Sora dan tak lama Hajwa pun keluar. "Maafkan saya, tuanku. Tapi memang dari hasil tes DNA, antara milik anda dengan yang di rambut dengan celana dalam ... tidak cocok sama sekali. Tidak satu persen pun," jawab Hajwa. "Tapi DNA di rambut dan celana dalam sama?" tanya Leona. Hajwa menatap sang Princess. "Sama princess." Leona menatap suaminya. "Kita tahu DNA di rambut yang ditemukan Sora dengan celana dalam yang kita temukan, adalah dari satu orang yang sama. Pertanyaannya, apakah itu memang milik Mohammed atau tidak." Haidar mengangguk. "Kita mencari di master bedroom dengan asumsi itu adalah kamar Mohammed bukan?" Leona dan Sora mengangguk. "Kita harus mendapatkan dari pemiliknya." Haidar menatap istri dan iparnya. "Bagaimana?" "Harus mengirim penyusup ke Teheran," jawab Haidar. Leona dan Sora terbelalak. --- Gaston tertegun saat mendengar bahwa Sora akan terbang ke Teheran bersa
Sora berjalan menuju meja bar dengan wajahnya yang sudah menjadi tampan kembali dan memesan sebotol bir dingin. Pria itu bisa melihat Mohammed bersama Iman duduk bersama dengan beberapa gadis. Sora hanya duduk dengan memasang wajah polos khas turis dan membuat beberapa orang mengira bahwa dirinya tidak pernah waspada. Sora meminum birnya dengan tenang sampai dirinya merasa ada yang duduk di sebelahnya dan dia menoleh. "Turis?" tanya Mohammed. "Yes," jawab Sora. "Korean?" Sora mengangguk. "Idol?" "Bukan, aktor," jawab Sora membuat Gaston melongo mendengar jawaban pria ganteng itu. Ya ampun master Chen. "Namaku Kim Hyun Joong. Kamu?" Sora mengulurkan tangannya dan Mohammed menyambutnya. "Mohammed.... Ouch!" Wajah pria itu sedikit kesakitan saat berjabat tangan dengan Sora. Sora tampak terkejut. "Oh sorry. Cincin aku memang agak sedikit tajam. Apakah berdarah?" Pria itu mengambil band aid dari dalam dompetnya. "Sedikit.... Nice ring," puji Mohammed. "H
"Apakah Sora bisa keluar dari Teheran dengan selamat?" tanya Leona sambil memeluk suaminya. "Insyaallah bisa keluar, sayang." Haidar dan Leona sedang berada di sebuah hotel dengan nama samaran demi tidak diketahui siapapun. Mereka masih berada di Aqaba karena Haidar masih penasaran dengan semua hasil serum kejujuran Sora. "Jujur aku takut terjadi apa-apa pada Sora." Haidar mempererat pelukannya. "Sora akan baik-baik saja. Ada Gaston bersamanya. Mereka akan segera tiba di Amman besok." Leona semakin mendusel ke tubuh suaminya dan sudah hapal aroma tubuh Haidar. Entah kenapa, dia senang mencium aroma suaminya. Tiba-tiba Leona tertegun. Tunggu, ini tidak seperti aku yang biasanya. Aku suka mencium harum aroma tubuh Haidar yang berbau musk dan Wood tapi kok sekarang aku semakin ingin menciumi setiap saat? - batin Leona. Apakah aku hamil? Katanya memang sering diluar Nurul kelakuan bumil. Leona teringat para sepupu perempuannya yang saat hamil, sering tidak menyangka bahw
Sora memanfaatkan WiFi di kelas bisnis guna mengirimkan pesan ke Leona dan para sepupu Emirnya. Sora mengabari bahwa tiga jam lagi dirinya akan tiba di Amman Yordania dan segera menuju laboratorium demi mencocokkan DNA dari darah Mohammed dengan apa yang sudah mereka temukan sebelumnya dan DNA milik Haidar. 📩 Melvin Khalid Becker : Jadi kamu sudah dapat DNA nya? 📩 Sora Chen : Sudah. Aku dapat darahnya. 📩 Leona Accardi : Kamu berapa lama sampai Amman? 📩 Sora Chen : tiga jam lagi 📩 Aidan Al Sharif : Aku harap Mohammed bukan saudara tiri atau sepupunya Haidar. Dengan begitu, Yordania bisa melakukan blacklist ke Mohammed. 📩 Sahran Léopold : Yang penting Sora tiba di Amman dengan selamat. Bagaimana Aqaba? 📩 Leona Accardi : Haidar tadi jam tujuh sudah pergi ke markas militer. Dia ingin mengumpulkan banyak data dari Mohammed dan Sheikh Pahlevi. Jika bisa, mereka akan menghancurkan semua lokasi yang diduga akan menjadi pangkalan nuklir milik Iran. Haidar juga sudah men
Haidar menatap testpack yang berada di tangannya dan memandang wajah Leona dengan perasaan bahagia yang membuncah. Leona hanya tersenyum manis dan Haidar langsung mencium penuh bibirnya serta wajahnya bertubi-tubi. "Kamu hamil? Kamu hamil? Ya Allah... ini benar-benar kabar yang membuat aku ... Ya Allah ... Alhamdulillah..." Haidar memeluk Leona sambil terus menciumi istrinya. "Sayang ... Engap!" rengek Leona. "Maaf... maaf. Aku sangat senang ! Ini seperti... obat dari semua stress aku ... Ya Allah ... Terima kasih aku diijinkan punya anak laki-laki... atau perempuan?" monolog Haidar membuat Leona memegang wajah suaminya. "Sayang, tolong jangan terlalu semangat. Aku ingin segera pulang dan memeriksa kandungan aku ini..." senyum Leona. "Aku terlalu gembira... " Haidar terdiam. "Apakah aman jika terbang dengan helikopter pulang ke Amman?" "Insyaallah aman, sayang, selama kita tidak brutal macam semalam." Haidar melongo. "Oh ya Allah... padahal anak kita sudah tumbuh di
Haidar merasa beban hidupnya terangkat dan langkahnya semakin ringan. Satu, dia tidak ada hubungan darah dengan Mohammed jadi tidak ada hak untuk merebut kekuasaan darinya dan dadi keluarga Abdullah. Kedua, Leona akhirnya hamil dan Haidar tidak terlalu meributkan anaknya nanti perempuan atau laki-laki karena yang penting adalah, Leona dan anak merdeka sehat terus hingga lahiran dan semuanya selamat. "Lega sayang?" tanya Leona sambil mengelus bahu Haidar. "Alhamdulillah... "Haidar pun duduk di kursi tunggu. "Hajwa dan Linus, tolong buatkan laporan resmi bahwa dalam DNA Mohammed tidak ada kecocokan berapa persen pun dengan keluarga Abdullah. Jika dia macam-macam, kita punya bukti resmi dari laboratorium kepolisian. Tambahkan bahwa selain rambut dan spermanya, juga dari darahnya." "Baik tuanku..." jawab Hajwa dan Linus patuh. "Apa yang akan kamu lakukan, Haidar?" tanya Sora. "Melemparkan bom!" *** Ukail tiba di Amman keesokan harinya dan dirinya merasa lega luar biasa
"Jadi presiden Iran memutuskan melakukan hukuman ala Mussolini? Dipermalukan di depan orang banyak?" ucap Haidar membuat Leona penasaran. Siapa yang digantung? Kenapa bawa-bawa Mussolini? - batin Leona. Bagi orang Italia, siapa yang tidak mengenal Benito Mussolini, yang merupakan politikus beraliran fasis yang bersekutu dengan Adolf Hitler. Pada 29 April 1945, jasad Mussolini, Petacci, dan fasis lainnya yang dieksekusi dimasukkan ke sebuah van dan dikirim ke Milan di selatan. Pada pukul 3 pagi, jasad mereka dibuang di tanah Piazzale Loreto. Piazza itu kemudian diubah namanya menjadi "Piazza Quindici Martiri" ("Plaza Lima Belas Martir") untuk menghormati jasa lima belas anggota gerombolan Italia yang dieksekusi di sana. Setelah ditendangi dan diludahi, jasad mereka digantung terbalik di atap sebuah stasiun pom bensin Esso. Jasad-jasad itu kemudian dilempari batu oleh para warga. Loyalis fasis, Achille Starace, ditangkap dan dihukum mati kemudian dibawa ke Piazzale Loreto dan di
Amman, Jordania Sesudah keluar dari tenant dan sibuk berdiskusi dengan keluarganya via telepon, Leona sudah merasa kehabisan tenaga. Padahal dia baru saja tiba di Yordania, tapi ibu dan adiknya yang berhasrat belanja besar sudah sibuk meminta Leona untuk membawakan mereka beberapa barang. Kelembaban udara yang rendah membuat Leona tergerak untuk membeli sebuah gelato demi menghibur diri. Namun, sebelum gelato itu sempat masuk ke mulutnya, sebuah tangan kekar telah lebih dulu menarik lengannya dan membuat gelato coklat itu jatuh ke lantai. “AH! Gelatoku!” teriak Leona terkejut. Kini es krim Italia yang berwarna coklat itu tidak hanya jatuh, tapi juga meleleh dan mengotori lantai. Di hadapan Leona sekarang berdiri seorang pria tinggi berwajah khas Timur Tengah dan berkacamata hitam. Tangan pria itu menarik tangan Leona tanpa permisi, seakan mereka kenal satu sama lain. “Siapa kamu? Jangan macam-macam atau aku akan teriak!” seru Leona. Pria itu pun menghentikan perbuat