Sora memanfaatkan WiFi di kelas bisnis guna mengirimkan pesan ke Leona dan para sepupu Emirnya. Sora mengabari bahwa tiga jam lagi dirinya akan tiba di Amman Yordania dan segera menuju laboratorium demi mencocokkan DNA dari darah Mohammed dengan apa yang sudah mereka temukan sebelumnya dan DNA milik Haidar. 📩 Melvin Khalid Becker : Jadi kamu sudah dapat DNA nya? 📩 Sora Chen : Sudah. Aku dapat darahnya. 📩 Leona Accardi : Kamu berapa lama sampai Amman? 📩 Sora Chen : tiga jam lagi 📩 Aidan Al Sharif : Aku harap Mohammed bukan saudara tiri atau sepupunya Haidar. Dengan begitu, Yordania bisa melakukan blacklist ke Mohammed. 📩 Sahran Léopold : Yang penting Sora tiba di Amman dengan selamat. Bagaimana Aqaba? 📩 Leona Accardi : Haidar tadi jam tujuh sudah pergi ke markas militer. Dia ingin mengumpulkan banyak data dari Mohammed dan Sheikh Pahlevi. Jika bisa, mereka akan menghancurkan semua lokasi yang diduga akan menjadi pangkalan nuklir milik Iran. Haidar juga sudah men
Haidar menatap testpack yang berada di tangannya dan memandang wajah Leona dengan perasaan bahagia yang membuncah. Leona hanya tersenyum manis dan Haidar langsung mencium penuh bibirnya serta wajahnya bertubi-tubi. "Kamu hamil? Kamu hamil? Ya Allah... ini benar-benar kabar yang membuat aku ... Ya Allah ... Alhamdulillah..." Haidar memeluk Leona sambil terus menciumi istrinya. "Sayang ... Engap!" rengek Leona. "Maaf... maaf. Aku sangat senang ! Ini seperti... obat dari semua stress aku ... Ya Allah ... Terima kasih aku diijinkan punya anak laki-laki... atau perempuan?" monolog Haidar membuat Leona memegang wajah suaminya. "Sayang, tolong jangan terlalu semangat. Aku ingin segera pulang dan memeriksa kandungan aku ini..." senyum Leona. "Aku terlalu gembira... " Haidar terdiam. "Apakah aman jika terbang dengan helikopter pulang ke Amman?" "Insyaallah aman, sayang, selama kita tidak brutal macam semalam." Haidar melongo. "Oh ya Allah... padahal anak kita sudah tumbuh di
Haidar merasa beban hidupnya terangkat dan langkahnya semakin ringan. Satu, dia tidak ada hubungan darah dengan Mohammed jadi tidak ada hak untuk merebut kekuasaan darinya dan dadi keluarga Abdullah. Kedua, Leona akhirnya hamil dan Haidar tidak terlalu meributkan anaknya nanti perempuan atau laki-laki karena yang penting adalah, Leona dan anak merdeka sehat terus hingga lahiran dan semuanya selamat. "Lega sayang?" tanya Leona sambil mengelus bahu Haidar. "Alhamdulillah... "Haidar pun duduk di kursi tunggu. "Hajwa dan Linus, tolong buatkan laporan resmi bahwa dalam DNA Mohammed tidak ada kecocokan berapa persen pun dengan keluarga Abdullah. Jika dia macam-macam, kita punya bukti resmi dari laboratorium kepolisian. Tambahkan bahwa selain rambut dan spermanya, juga dari darahnya." "Baik tuanku..." jawab Hajwa dan Linus patuh. "Apa yang akan kamu lakukan, Haidar?" tanya Sora. "Melemparkan bom!" *** Ukail tiba di Amman keesokan harinya dan dirinya merasa lega luar biasa
"Jadi presiden Iran memutuskan melakukan hukuman ala Mussolini? Dipermalukan di depan orang banyak?" ucap Haidar membuat Leona penasaran. Siapa yang digantung? Kenapa bawa-bawa Mussolini? - batin Leona. Bagi orang Italia, siapa yang tidak mengenal Benito Mussolini, yang merupakan politikus beraliran fasis yang bersekutu dengan Adolf Hitler. Pada 29 April 1945, jasad Mussolini, Petacci, dan fasis lainnya yang dieksekusi dimasukkan ke sebuah van dan dikirim ke Milan di selatan. Pada pukul 3 pagi, jasad mereka dibuang di tanah Piazzale Loreto. Piazza itu kemudian diubah namanya menjadi "Piazza Quindici Martiri" ("Plaza Lima Belas Martir") untuk menghormati jasa lima belas anggota gerombolan Italia yang dieksekusi di sana. Setelah ditendangi dan diludahi, jasad mereka digantung terbalik di atap sebuah stasiun pom bensin Esso. Jasad-jasad itu kemudian dilempari batu oleh para warga. Loyalis fasis, Achille Starace, ditangkap dan dihukum mati kemudian dibawa ke Piazzale Loreto dan di
Amman, Jordania Sesudah keluar dari tenant dan sibuk berdiskusi dengan keluarganya via telepon, Leona sudah merasa kehabisan tenaga. Padahal dia baru saja tiba di Yordania, tapi ibu dan adiknya yang berhasrat belanja besar sudah sibuk meminta Leona untuk membawakan mereka beberapa barang. Kelembaban udara yang rendah membuat Leona tergerak untuk membeli sebuah gelato demi menghibur diri. Namun, sebelum gelato itu sempat masuk ke mulutnya, sebuah tangan kekar telah lebih dulu menarik lengannya dan membuat gelato coklat itu jatuh ke lantai. “AH! Gelatoku!” teriak Leona terkejut. Kini es krim Italia yang berwarna coklat itu tidak hanya jatuh, tapi juga meleleh dan mengotori lantai. Di hadapan Leona sekarang berdiri seorang pria tinggi berwajah khas Timur Tengah dan berkacamata hitam. Tangan pria itu menarik tangan Leona tanpa permisi, seakan mereka kenal satu sama lain. “Siapa kamu? Jangan macam-macam atau aku akan teriak!” seru Leona. Pria itu pun menghentikan perbuat
Leona menatap wajah dingin Haidar dengan tatapan tidak percaya. Dirinya tidak menyangka akan ‘diculik’ oleh seorang pangeran yang bersedia membayar anting anting cantik dengan harga tidak murah. “Kenapa ?” Haidar membalas tatapan Leona. “Kenapa kamu tidak bilang padaku, Sayaang?”drama Leona. “Aku kan jadi malu karena idak tahu siapa kamu sebenarnya.” Leona mengalihkan pandangannya dari Haidar ke para teman-temannya. “Dia selalu bersikap sederhana padaku. Bahkan dia tidak bisa mengganti gelato ku yang jatuh dengan alasan …” Leona berbisik. “Dompetnya ketinggalan.” Sontak keempat pasangan itu terbahak sementara Haidar memasang wajah dingin tanpa ekspresi ke Leona yang malah asyik bermain drama seolah mereka sudah bersama cukup lama. “Itu bukan sederhana, Leona. Itu pelit ! Khas Haidar. Dia malas membuang uang kecil” ujar Ali. “Benar!” Angguk Leona. Haidar hanya menatap dingin ke semua orang. Gadis satu ini… “Di mana kamu bertemu Leona ?” Tanya Iman. “Di Mall,” jawab Haidar pend
Sepanjang perjalanan dari tempat acara makan siang yang menjadi arena adu jotos menuju hotel, Leona memilih untuk tidak bertanya apa pun.Padahal bibirnya sudah gatal karena ingin tahu lebih banyak tentang siapa pria yang berada di balik kemudi ini. Sebab, semua orang di sana menghormati pria itu sebagai Haidar Abdullah, Putra Mahkota Kerajaan Yordania. 'Apakah dia benar-benar seorang pangeran?' batin Leona. Leona menatap side profile Haidar yang tampak sangat sempurna. Rahang yang keras milik Haidar ditumbuhi oleh bulu-bulu halus berwarna gelap.Hidung pria itu yang mancung terpahat sempurna seperti cetakan dokter operasi plastik. Bibirnya yang merah tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis, sempurna untuk dicium.Kemudian matanya...Baru kali ini Leona melihat secara langsung mata berwana emas, seperti milik Haidar.Leona hanya pernah melihat warna mata seperti itu di wajah aktor India, Hrithik Roshan. Hanya saja Haidar jauh lebih tampan dari aktor India itu. "Sudah
Haidar lantas melirik ke arah Leona yang masih galau memikirkan tawaran kontrak pernikahan yang ditawarkan. Sebenarnya, bukan gaya Haidar untuk membuat pernikahan menjadi seperti ajang permainan, tapi dia terpaksa memilih jalan seperti ini demi keamanan negaranya. Sejak awal, Haidar sudah tahu kalau Leona bukan dari kalangan biasa-biasa saja. Sebab, siapapun kalangan old money tahu kalau harga semua outfit yang dikenakan Leona bukan bermerk sembarangan. “Leona.” “Ya?” Balas Leona judes. Tindakan itu membuat Haidar meliriknya dengan tajam. “Di mana kamu bekerja?” “Di Turin, di ranch milik keluargaku dan juga di rumah sakit hewan. Kenapa?” jawab Leona sambil menatap ke arah pria tampan yang sayangnya dingin macam puncak salju gunung Fuji. Mobil Haidar berhenti karena mereka telah tiba di depan lobby hotel tempat Leona menginap. Sebelum gadis itu turun, pria itu memegang tangannya. "Perihal tawaranku tadi, aku tidak menerima penolakan," ucap Haidar sembari menatap taj