Share

Bab 15

Penulis: nitaratna327
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Prabu, antarkan Sesil pulang dong! Hitung-hitung balas budi karena udah bawa dan nemenin Ibu disini! Lihat istrimu itu! Jadi mantu nggak guna banget! Udah tau mertua sakit, jangankan nemenin, berkunjung pun sepertinya ogah!" cerocos Ibu yang membuat kuping terasa begitu panas.

Ngomong-ngomong soal Syifa aku jadi teringat akan foto yang telah disebarkannya. 

Ya, aku harus memberinya pelajaran. Bisa-bisanya ia menyebarkan aib suami. Parahnya lagi, ia telah membuat Ibu sampai masuk rumah sakit.

Memang semua ini kuanggap sudah impas, tapi tak seharusnya Syifa menyebarkan foto itu kan?!

"Iya, Bu! Prabu antarkan, sekalian mau mandi juga! Ibu disini sama Mayang dulu ya!" Lebih baik kali ini aku mengalah, dari pada harus berdebat dengan Ibu. Takutnya jika Ibu marah, tensi Ibu bertambah naik dan berakibat buruk pada kesehatannya.

Akhirnya kami keluar dari kamar rawat i

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yung
bukan sifa yg malu maluin tapi kalian,cerai saja sifa biar mereka kena batu nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Penyesalan Seorang Suami   Bab 16

    "Ayo, Mas! Talak sekarang juga! Lihatlah, sudah ada dua orang di belakangmu yang selalu mendukungmu!" Aku berusaha memancing emosi Mas Prabu. Berharap ia akan emosi lalu mengucapkan kata talak. Ibu memainkan bibirnya. Seperti seorang dukun yang tengah membaca mantra.Kemarin aku memang takut menjadi seorang janda, apalagi saat ini aku tengah hamil muda. Sekarang? Aku tak takut lagi. Justru kata talak yang kunantikan.Sebenarnya aku bisa saja langsung keluar dari rumah ini. Tapi aku ingin pergi dari rumah ini dalam keadaan bersih. Lepas dari ikatan pernikahan ini.Apa jadinya jika aku pergi dari rumah tanpa ridho dari suami? Bukankah itu akan menjadi dosa untukku? Toh jika kata talak sudah terucap, tak ada suatu hal yang membebani."Kenapa kamu diam saja, Prabu! Harga dirimu telah diinjak-injak oleh istrimu itu!"Ibu beralih melihatku. "Hey, Syifa! Kau pikir kau siapa

  • Penyesalan Seorang Suami   Bab 17

    Aku menahan butiran bening itu sekuat tenaga agar tak luruh dihadapan para manusia tak berhati itu. Aku tak mau mereka melihat kerapuhan ku. Aku tak mau mereka semakin gembira dengan melihat tangisku.Memang disaat aku sedang bersitatap dengan mereka, aku mampu terlihat kuat, tegar dan tak gentar. Tapi entah kenapa, terkadang hati ini terasa sakit. Sakit yang teramat sangat. Apakah hormon kehamilan juga berpengaruh?Bergegas aku menuju kamarku. Kamar yang sebentar lagi tak akan kugunakan lagi.Kubuka daun pintu.Dengan segera, kututup pintu kamar yang sebentar lagi tak akan aku tinggali.Kubersandar di daun pintu. Butiran bening mulai berdesakan untuk mencari jalan kaluarnya. Lambat laun pandanganku semakin mengabur seiring dengan cairan bening yang memenuhi kelopak mataku.Luruh. Luruh sudah air mata yang sedari tadi kutahan. 

  • Penyesalan Seorang Suami   Bab 18. pertolongan dari Tuhan

    Aku terus melangkah, tak kupedulikan sepasang anak dan ibu itu yang terus berdebat. Saat selangkah lagi kaki ini melewati ambang pintu, tiba-tiba ... "Satu langkah saja kau keluar pintu, talak tiga jatuh padamu, Syifaaaaaaaa!" teriak Mas Prabu dengan lantangnya. Tubuh ini berhenti bergerak, hingga mampu membuat kaki ini menggantung diudara. Tinggal satu jengkal saja, kaki ku sudah menapak di atas lantai dan melewati batas pintu. Segera kutarik kembali kaki ku. Aku memutar tubuh. Pandanganku dan juga Mas Prabu saling beradu. Lelaki itu terlihat menyeringai. "Aku tahu, kamu tak akan benar-benar pergi dariku, Syifa! Kemarilah!" Dengan oercaya dirinya ia memerintahku sembari merentangkan kedua tangannya seperti hendak memelukku. Aku diam membatu. "Kenapa kamu berhenti?! Sana pergi dari rumahku!

  • Penyesalan Seorang Suami   Bab 19

    Setelah selesai, aku bergegas pergi. Tak lupa pula kusisipkan beberapa lembar uang pecahan seratus ribu itu ke dalam kotak amal masjid. Aku melangkah dengan senyum terus tercetak jelas di bibirku.Saat aku terus melangkah. Tiba-tiba ada Mas Prabu berdiri kaku di hadapanku."Ngapain kamu, Mas?!""Ayo kita pulang!" ucapnya dengan menarik pergelangan tanganku dengan kencang."Lepaskan tanganku, Mas!" teriakku dengan mengibaskan cekalan tangannya. Mas Prabu tak memperdulikan teriakanku, ia terus menyeretku."Lepas, Mas!" bentakku dengan suara menggelegar. "Lepaaaaaasss!" Dengan sedikit menyentak cekalannya, akhirnya tanganku bisa lepas."Kamu mau kemana? Ayo pulang!" ajaknya lagi sambil tangannya ingin meraih kembali pergelangan tanganku."Ka

  • Penyesalan Seorang Suami   Bab 20

    POV Prabu**Benar-benar diluar dugaanku. Kukira Syifa akan menghiba saat semua barang miliknya kuminta kembali, dengan harapan, ia tak akan pergi dari rumah ini. Bahkan, sudah kuancam dengan talak tiga pun ia tetap teguh dengan pendiriannya.Aku tak menyangka, kalau dia senekat itu. Ia berani pergi hanya membawa baju yang menempel di tubuhnya dan ponsel miliknya. Selembar uang pun dia tak memiliki.Arrrgghhh ... kenapa jadi seperti ini, sih!Ini semua memang gara-gara Ibu. Aku tahu, Syifa sebenarnya ingin kembali, tapi gara-gara Ibu yang terus menghardiknya, ia akhirnya tetap memilih pergi.Sepeninggalan Syifa, datanglah Sesil."Ada apa, Bu? Kok Mas Prabu terlihat kusut sekali?""Nggak ada apa-apa. Istrinya pergi!""Yang benar, Bu?!" D

  • Penyesalan Seorang Suami   Bab 21

    Dengan langkah panjang dan cepat, aku menghampiri kedua mertuaku yang katanya sudah menungguku."Maaf Ma, Pa, lama nunggunya. Masih mandi dulu," ucapku merasa tak enak."Duduklah. Ada yang ingin Papa bicarakan."Aku segera mendaratkan tubuhku disamping Sesil."Begini, Prabu ... sebelumnya papa TEKANKAN, Sesil adalah anak kami, kami yang membesarkan dia, kami yang menyekolahkan dia, kami yang merawat dia."Aku mengangguk mengerti."Meskipun, saat ini dia sudah menikah denganmu, meskipun dia menjadi hak kamu, Papa dan Mama ingin agar Sesil berhenti bekerja. Kami ingin Sesil di rumah saja. Tidak capek-capek bekerja. Kamu mengerti?""Loh, Pa ... nggak bisa gitu dong! Sesil ingin berkarir terus. Sayang loh, Pah!" protes Sesil.

  • Penyesalan Seorang Suami   Bab 22

    Aku beranjak dari sofa. Kulangkahkan kaki ini menuju pintu utama. Kutarik handel pintu lalu dengan perlahan kubuka daun pintu.Mataku menyipit, keningku berkerut saat melihat dua orang lelaki bertubuh tegap memakai seragam khas seorang polisi."Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanyaku kepada kedua orang polisi tersebut sebelum saya persilahkan untuk masuk."Apa benar ini dengan rumahnya saudari Mayang?" ucap polisi pertama."Benar, Pak! Saya kakaknya. Ada apa ya, Pak?""Siapa yang datang, Prabu?" teriak Ibu."Mari masuk, Pak," ajakku, kedua polisi itu mengangguk lalu berjalan di belakangku."Loh, bapak-bapak polisi ini ada apa ya?" tanya Ibu dengan kening berkerut saat kedua polisi tersebut sudah mendaratkan tubuhnya di sofa.

  • Penyesalan Seorang Suami   Bab 23

    Bu ..." lirihku. Ibu dan Mayang menoleh kearahku secara bersamaan."Apa kata dokter?""Itu, Bu ... Mayang harus segera melakukan tindakan operasi pengangkatan rahim.""APA?!" teriak Sesil dan juga Ibu secara bersamaan."Kamu jangan asal ngomong, Prabu! Main angkat rahim segala! Memang kau pikir rahim itu seperti jemuran yang bisa main angkat saja?!" sungut Ibu. Sesil menghampiriku dengan sorot mata seperti meminta penjelasan lebih.Aku berjalan ke arah sofa lalu kudaratkan tubuh lelah ini. Kusandarkan tubuhku di kepala sofa. Kuusap wajahku dengan kasar."Dokter sendiri yang bilang, Bu. Dokter mengatakan kalau itulah pilihan yang terbaik demi keselamatan Mayang sendiri!""Bagaimana, Pak, apa sudah diputuskan?" Tiba-tiba suara dokter yang sempat

Bab terbaru

  • Penyesalan Seorang Suami   Ending

    POV Prabu.***Kata syukur tak hentinya kupanjatkan, hari ini acara ijab Qabul telah usai. Ya, satu bulan setelah aku melamar Sesil, kami segera menentukan tanggal berapa pernikahan akan kami adakan. Dan pilihan kami jatuh pada hari ini. Hubungan ini kami bangun dengan awal yang baik, dengan berharap Tuhan pun juga memberikan kebahagiaan dan kebaikan dalam rumah tangga kami. ****Satu tahun telah berlalu, usia pernikahan kami sudah satu tahun. Selama ini Sesil sudah menjadi sosok istri yang begitu hormat dan patuh padaku. Menjadi sosok istri yang kuidamkan. Jilbab selalu membingkai wajahnya dan menutupi mahkotanya, aku suka.Namun sayangnya, di usia satu tahun pernikahan Tuhan tak kunjung menitipkan keturunan untukku di rahim Sesil. Tapi itu tak mengapa. Kami pun juga tak pernah mempermasalahkan soal itu. Bahkan kami pun tak pernah membicarakan soal hal sensitif itu.

  • Penyesalan Seorang Suami   Menikahlah denganku

    POV Prabu.*Satu Tahun Kemudian****Satu tahun telah berlalu. Selama itu pula aku terus mencoba mendekati Sesil. Namun siapa sangka, dia menjadi sosok perempuan yang mampu menjaga marwahnya sebagai seorang perempuan. Bahkan saat aku berkunjung ke rumah nya pun aku hanya disuruh duduk di teras rumah. Ia sama sekali tak mempersilahkan aku masuk ke dalam rumah.Sikapnya yang seperti itu mampu membuatku semakin mengagumi sosok akan dirinya. Ia pun juga menjadi perempuan yang pekerja keras. Usaha yang telah dibangun selama satu tahun olehnya kini mulai menampakkan hasilnya. Setahu aku, ia tak pernah patah semangat. Beberapa bulan merintis usaha toko roti selalu mengalami kerugian. Kalau pun tak rugi, hanya sekedar balik modal.Kini aku semakin percaya, kalau usaha tak akan pernah mengkhianati hasil. Kini Sesil telah memilih tinggal di rumah yang ia sewa. Ia sudah tak mau lagi tinggal di rumahku. Tak enak, be

  • Penyesalan Seorang Suami   Maaf dari Syifa

    POV Sesil***Suara ponsel berdering, namun bukan ponsel milikku. Ternyata ponsel Rina lah yang berdering. Beberapa detik kemudian benda pipih itu ia dekatkan di telinga kanannya."Halo, Bu," ucap Rina dengan seseorang yang ada di seberang telepon.Hening."Sudah di rumah?" Dengan nada yang terdengar sedikit kaget, Rina kembali berucap.Hening."Iya. Sebentar. Tadi dia nggak bilang mau datang ke rumah, makanya aku janjian sama Sesil."Hening."Baiklah, aku segera pulang, Bu." Terlihat Rina menjauhkan kembali ponsel dari telinganya. "Sil, maaf ya aku pulang dulu. Temen aku tiba-tiba sudah nyampek rumah. Padahal dia tidak bilang apa pun kalau mau datang ke rumah," ucap Rina sembari memasukkan ponselnya ke dalam tasnya."Ok, nggak apa-apa," jawabku."Nggak usah. Biar aku yang bayar. Kan aku yang ajak kamu ketemuan," ucapku sembari mendorong tangan Rina yang men

  • Penyesalan Seorang Suami   Rencana Sesil

    Pov Prabu****Dua Minggu kemudian*Pagi yang begitu cerah. Para kerabat dekat silih berganti berdatangan untuk menghadiri acara pernikahan Mayang. Ada rasa haru di dalam kalbu. Aku berjalan menuju di mana Mayang berada.Aku melangkah pelan. Saat aku sudah berada di ambang pintu kamar Mayang. Ternyata di sana ada Ibu dan Mayang yang sedang saling berpelukan. "Sudah siap, May?" ucapanku membuat pelukan itu terurai. Mereka berdua menoleh ke arahku secara serentak. Bahkan terlihat mereka berdua masing-masing menyeka sudut matanya. "Keluarga Ricko sudah tiba," ucapku. Mayang dan Ibu saling berpandangan. Terlihat Ibu meraih tangan Mayang dan sedikit meremasnya, seolah-olah seperti memberi kekuatan. "Ayo kita ke depan," ucap Ibu yang dibalas anggukan oleh Mayang. "Dada Mayang berdebar, Bu.""Ah, kamu seperti gadis yang baru pertama kali menikah

  • Penyesalan Seorang Suami   Apakah aku ... jatuh cinta?

    POV Prabu.***Acara berjalan sesuai yang kami harapkan, hingga mendapatkan keputusan pernikahan akan diadakan dua minggu lagi dan kedua belah calon mempelai memutuskan untuk mengadakan acara sederhana saja. Yaitu hanya sekedar acara ijab Qabul dan syukuran yang dihadiri kerabat dekat saja.Hati ini terasa lega saat ternyata Ricko serius dengan apa yang diucapkannya. Serius kalau ia benar-benar ingin mempersunting Mayang. Satu yang akan selalu kuingat akan janjinya 'Penggal kepala saya jika Mayang kembali pulang dalam keadaan menangis!'Ternyata ada sosok lelaki yang begitu berani. Mudah-mudahan saja kelak ia tak akan pernah mengecewakan Mayang, apalagi hingga membuatnya menangis agar aku tak susah payah untuk memenggal kepalanya."Kak Sesiiiilll ...." Teriakan Mayang menyadarkan lamunanku. Terlihat Mayang berlari ke arah Sesil lalu menghamburk

  • Penyesalan Seorang Suami   Tangisan Ibu

    POV Prabu.***Mobil kembali melesat membelah jalan raya yang terbilang lumayan ramai. Tanpa sadar senyum di bibir kembali merekah kala mengingat wajah cantik yang terbingkai oleh hijab. Debaran aneh terasa di dalam dada. Debaran yang tak pernah kurasa, kala wanita itu masih sah menjadi milikku.Apakah aku jatuh cinta? Atau hanya sekedar mengagumi perubahan dari penampilannya?Sesaat kuusap wajahku, berharap bayang-bayang wajah Sesil tak lagi menari-nari di pelupuk mataku. Kembali aku fokus membelah jalan raya.Tak berselang lama aku telah sampai di tempat tujuanku. Kuparkir kendaraan roda empatku di tempat biasanya. Bergegas kubuka pintu mobil.Pintu kuketuk dengan diiringi salam.Satu kali.Dua kali.Tak berselang lama daun pintu terbuka, hingga terlihatlah sosok perempuan yang pernah bert

  • Penyesalan Seorang Suami   Bab 75. Perubahan Sesil

    POV Prabu.*Keesokan hari****Jam sudah menunjukkan pukul 04.30. Setelah kulaksanakan dua rakaat shalat subuh, kurebahkan kembali tubuhku. Namun tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Dan tak berselang lama, suara Ibu memanggil namaku. Bergegas aku bangkit dan berjalan membuka daun pintu. "Ada apa, Bu?" tanyaku saat pintu sudah terbuka. "Barusan Sesil mengatakan, kalau orang tua Riko akan ke rumah besok pukul tujuh malam.""Malam ya, Bu? Jadi besok Prabu bisa bekerja terlebih dahulu," jawabku dan Ibu mengangguk. "Oh ya, Bu. Bentar." Aku kembali berjalan, menuju meja yang terletak di samping ranjang. Kubuka laci paling atas, kuambil amplop coklat di sana. Kubawa amplop itu dan kembali menemui Ibu. "Ini, Bu, uang untuk persiapan lamaran Mayang. Cukup acara lamaran seperti pada umumnya saja, uang ini pasti cukup," ucapku sembari menyerahk

  • Penyesalan Seorang Suami   Bab 74. Awal kebahagiaan Mayang

    Pov prabu.***Saat aku sedang berbincang dengan Sesil, ponselku berdering. Kuambil benda pipih itu, dan nama Ibu terpampang sebagai pemanggilnya, bergegas kuangkat."Halo, Bu ....""Kamu dimana? Cepetan pulang ya. Sekarang!" jawab Ibu dari seberang telepon."Pulang? Sekarang?""Iya. Ada hal yang sangat penting," jawab Ibu yang membuatku penasaran. Padahal sebelum kutinggal semua baik-baik saja."Penting? Soal apa, Bu?" jawabku."Nanti saja sampai di rumah. Sekarang pulang lah!""Baiklah, Bu. Prabu pulang sekarang!" Panggilan telepon dari Ibu kumatikan, dan kumasukkan kembali benda pipih itu ke dalam saku.Kuhela napas panjang dan kukeluarkan secara perlahan.

  • Penyesalan Seorang Suami   Bab 73. Kebaikan Prabu

    "Ada apa, Mas?" tanyaku saat aku menoleh dan mendapati Mas Prabu berdiri di belakangku."Yuk aku antarkan pulang. Sedari tadi nunggu taksi nggak datang-datang, kan?""Nggak usah, Mas. Ini aku mau pesan taksi online.""Nggak boleh nolak niat baik seseorang.""Tapi ....""Tapi kenapa?" ucap Mas Prabu.Akhirnya kuceritakan semua permasalahan yang terjadi padaku. Soal kematian Mama dan Papa. Soal semua harta yang telah diambil oleh pemiliknya secara paksa."Tinggalah di rumahku itu.""Nggak usah, Mas. Biar kucari kontrakan saja untuk sementara waktu.""Baiklah. Yuk aku temani." Tanpa menunggu jawabanku, Mas Prabu bergegas melangkah meninggalkanku. Tubuh lelaki

DMCA.com Protection Status