Seminggu telah berlalu, Naya sudah mulai melupakan kejadian yang membuatnya terus mengurung diri di kosan, ia mulai bisa fokus bekerja di pabrik. Walaupun sebelumnya ia sempat libur satu hari karena merasa belum siap untuk kerja.
"Nay, kamu kalo ada masalah bisa cerita gak sih? Jangan diam tiba-tiba, aku tuh bingung mau gimana kemaren kamu diam aja hampir dua hari. Sekarang tiba-tiba udah ceria aja kayak jelangkung aja deh, bikin takut dan bingung," ucap Silvi mengutarakan kekesalan hatinya membuat Naya cengengesan. "Maafin aku ya, aku gak apa-apa kok," ucap Naya membuat Silvi langsung mengerucutkan bibirnya. "Pagi Naya, Silvi," ucap seseorang membuat keduanya langsung menoleh. "Eh Pak Bos Ganteng, selamat pagi," sapa Silvi membuat Naya langsung melotot ke arah Silvi, tapi Silvi malah santai. "Pagi Pak Alex," sapa Naya dengan ramah yang dibalas senyuman oleh Alex. "Kemaren saya dapat kabar kamu sempat libur dua hari kanapa? Apa sakit lagi?" tanya Alex membuat Naya langsung gelagapan, sedangkan Silvi langsung menoleh ke samping melihat ekspresi Naya yang kaget. "Em … gak apa-apa kok Pak, alhamdulillah saya sehat aja, kemaren itu saya ada sedikit urusan jadinya gak bisa masuk kerja dan besoknya saya juga urusan Pak, maafin saya ya Pak," terang Naya sambil memainkan jarinya membuat Alex mangut-mangut. "Iya gak apa-apa, jangan sering-sering tapi ya," ujar Alex yang dibalas anggukan oleh Naya. "Siap Pak," jawab Naya. "Silvi pertahanin terus ya semangat kerjanya," lanjut Alex membuat Silvi langsung mengacungkan kedua jempol nya sambil tersenyum. "Tenang Pak saya gak kayak Naya kok suka bolos hehe," jawab Silvi sambil cengengesan membuat Naya langsung menyenggol lengan Silvi. "Haha gak apa-apa, intinya jujur dan terus semangat jangan lupa jaga kesehatan, dan yang paling penting lagi jangan lupa bahagia," lanjut Alex membuat Naya langsung tersenyum sambil mengangguk sedangkan Silvi kegirangan seperti anak kecil yang dikasih permen. "Siap Pak ganteng," jawabnya dengan muka imutnya membuat Alex geleng-geleng lalu meninggalkan mereka berdua. Pletak! Naya menyentil dahi Silvi. "Ih kamu kebiasaan deh, jangan terlalu heboh di depan atasan," omel Naya membuat Silvi langsung memegangi jidatnya yang di sentil sama Naya. "Sakit," rengeknya membuat Naya langsung memutar mata masa. "Pak ganteng, Naya jahatin aku!" teriak Silvi membuat Naya langsung menutup mulutnya. "Shut … jangan malu-maluin," kesal Naya, sedangkan Alex yang melihat itu hanya terkekeh. Tiba-tiba ia merasa ponselnya bergetar, Alex langsung merogoh saku celananya lalu membuka pesan dari Reza. [Saya udah mau sampe di pabrik,] pesan Reza. [Terserah, itu 'kan kemauan sendiri gak di undang] balas Alex disertai dengan emot tertawa. [Jangan ganggu Naya] tulis Reza membuat Alex langsung melihat ke arah Naya sebentar. [Udah tuh saya gombalin tadi,] balas Alex lalu ia memoto Naya dari jauh kemudian mengirimkannya ke Reza. "Sial, kenapa laki-laki ini selalu mencari masalah," umpat Reza sambil meremas stir mobil, tapi detik kemudian ia tersenyum melihat foto Naya. Reza sudah muak di rumah orang tuanya bahkan beberapa hari ini Reza memilih tidur di kantor daripada harus pulang ke rumahnya. Ia kembali mengingat kejadian dua hari yang lalu rapat di malam jum'at. Malam itu Reza terjaga dari tidurnya, ia merasa haus, Reza meraih gelas di meja ternyata kosong. Ia melihat jam menunjukkan pukul 2 dini hari. Reza memutuskan keluar dari kamar dan berjalan menuju dapur. Belum sempat Reza mengambil air minum tiba-tiba Nova keluar dari kamar tamu. Reza yang melihat itu langsung mengalihkan pandangannya karena Nova memaki pakaian tidur yang benar-benar seksi dan hampir menerawang. "Lagi ngapain Pak?" tanya Nova sambil lewat. "Minum," jawab Reza singkat membuat Nova mangangguk. Belum sempat Nova masuk ke kamar mandi tiba-tiba… "A …!" Nova berteriak membuat Reza langsung menghampiri Nova. "Kenapa?" tanya Reza, Nova yang melihat itu langsung berlari ke arah Reza lalu ia memeluk Reza membuat sang empu kaget. "Nova apa yang kamu lakukan?" tanya Reza dengan nada tegas membuat Nova semakin mengeratkan pelukannya. Masalahnya Reza merasakan itu langsung panas dingin di tambah lagi pakaian Nova yang benar-benar pendek dan menerawang. "Pak itu ada kecoa, Pak," ucap Nova dengan lebaynya membuat Reza langsung memejamkan matanya sejenak lalu ia berusaha mendorong bahu Nova. "Lepasin!" bentak Reza karena Nova tidak kunjung mau melonggarkan pelukannya membuat Reza emosi. "Gak mau Pak, saya takut," rengek Nova seperti anak kecil. "Nova!" bentak Reza lalu melepas paksa tangan Nova dari badannya lalu ia memberi jarak antara dirinya dan Nova. "Masalah kecoa aja kamu sampe segitunya, perbaiki diri dulu jangan terlalu murah di depan laki-laki!" tegas Reza lalu ia meninggalkan Nova begitu saja. 'Is … bikin bete aja, awas aja kamu Reza apapun ceritanya kamu harus jatuh diperlukanku,' ucap Nova dalam hati sambil memperhatikan Reza yang mulai menjauh. Sampai di kamar Reza langsung mengunci pintu lalu berusaha menormalkan jantungnya lalu ia memilih masuk ke kamar mandi membiarkan air shower menyiram seluruh badannya. 'Aku bisa stress kalo gini terus,' ucap Reza dalam hati sambil memejamkan matanya. Reza menggelengkan kepalanya sebenar lalu ia kembali fokus membawa mobil hingga akhirnya mobil tersebut masuk ke dalam kawasan pabrik. Tanpa membuang waktu ia langsung turun tidak lupa, jaket, topi dan maskernya. Lalu Reza berjalan menuju bagian pengemasan. Bagitu sampai Reza langsung melihat dari balik kaca, ia melihat Alex masih di dalam. Kemudian matanya celingak-celinguk mencari Naya, hingga detik kemudian bibirnya tersenyum. Tanpa membuang waktu, Reza langsung masuk ke dalam, Alex yang melihat Reza datang langsung terkekeh tanpa sebab. "Cemburu ya?" tanya Alex pelan saat di samping Reza. "Berisik," ketus Reza lalu ia mulai jalan-jalan ke arah tempat Naya. "Pak Aga!" sapa Silvi sambil melambaikan tangannya membuat Naya langsung menoleh ia melihat ke arah Reza sekilas lalu kembali bekerja. "Susah banget emang punya teman kayak cacing," sindir Naya membuat Silvi menoleh. "Kamu meledekku?" tanya Silvi yang dibalas anggukan oleh Naya. "O … bodo amat sih, aku kan ramah gak kayak kamu sok cool aslinya mah beh bukan main," ledek Silvi membuat Naya langsung mangut-mangut. "Halo Sivi, Naya, apa kabar?" tanya Reza dengan semangat membuat Silvi langsung tersenyum manis. "Kabar baik Pak Bos, apalagi liat wajah Bapak walaupun yang terlihat cuma jidat sama matanya doang, aku udah meleleh Pak, gimana kalo bapak buka masker beuh klepek-klepek aku pasti, Pak," jawab Silvi membuat Naya benar-benar tidak habis pikir dengan tamannya tersebut yang kepedeannya melampaui orang biasa. "Iya kah? Terima kasih banyak dan kamu Naya?" tanya Reza membuat Naya langsung tersenyum sekilas lalu mengangguk. "Sama Pak, saya baik-baik aja kok," jawab Naya membuat Reza mangut-mangut. Setelah berbasa-basi dengan Naya dan Silvi, Reza kembali mengelilingi karyawan yang lain supaya tidak ketahuan jika dirinya hanya ingin melihat Naya. "Bagaimana kabar kalian?" tanya Reza lumayan jauh dari tempat Naya dan Silvi. "Baik Pak Reza," Deg! Naya langsung kaget lalu menoleh, sedangkan Reza langsung mematung sebentar. "Pak Reza 'kan? Bapak CEO perusahaan apa gitu saya lupa lagi," lanjut karyawan tersebut membuat Reza benar-benar panik. "Bukan, kamu salah orang," jawab Reza. Tanpa membuang waktu ia langsung memilih keluar karena panik, Reza langsung buru-buru mencari toilet. Sedangkan Naya dan Silvi langsung saling melempar pandangan. "Reza?" ucap Silvi membuat Naya bingung. "Aku keluar sebentar," ucap Naya lalu ia buru-buru keluar mencari Reza, rasa penasarannya sudah di puncak. 'Kak Reza? Kalo benar ngapain Kak Reza seperti ini nyamar-nyamar segala?' ucap Naya dalam hati, Naya celingak-celinguk mencari Reza. 'Kemana ya? Cepat banget,' Naya berputar-putar mencari Reza. Tidak lama kemudian ia melihat Reza dari kejauhan tanpa membuang waktu ia langsung berlari mengejar laki-laki tersebut. "Tunggu!" Reza langsung berhenti lalu tanpa menoleh, ia merasa tidak asing dengan suara ini. Dengan cepat ia berlari ke depan Reza membuat Reza rasanya ingin menghilang sekarang juga. Reza mematung saat Naya menatapnya dengan intens, begitu juga dengan Naya ia melihat Reza dengan seksama. Detik kemudian ia sedikit berjinjit lalu membuka masker Reza, ingin rasanya Reza menahan tangan mungil itu, tapi ntah kenapa ia malah mematung tidak bisa berbuat apa-apa. "Hah?" Naya menutup mulutnya begitu ia sudah membuka masker Reza. Sedangkan Reza malah menatap sendu gadis itu. "Nay," panggil Reza hendak meraih tangan Naya, namun dengan cepat Naya menepis tangan Reza. "Jangan sentuh aku!" bentak Naya, air matanya lolos begitu saja, ia benar-benar merasa di permainkan oleh Reza sekarang, sedangkan Reza hanya menatap sendu Naya. "Nay, dengerin aku dulu," bujuk Reza karena tidak tega melihat Naya menangis. "Apa sih mau Kakak sebenarnya, hah? Pantes Ibu marah-marah dan henci sama aku ternyata ulah kamu, hiks …," lirih Naya, bahunya mulai bergetar ia merasa benci dengan Reza. "Gak gitu Nay, aku tahu kok semuanya, aku gak bermaksud malu-maluin kamu, aku hanya i-" "Apa? Kakak hanya ingin buat aku menderita, jadi olok-olokkan orang sekampung dan sepabrik, itu yang Kakak suka dengan penyamaran Kakak ini, aku benci kamu!" teriak Naya. Greb! Reza dengan cepat menarik Naya ke dalam pelukannya walaupun gadis itu memberontak meminta di lepaskan, tapi Reza tetap berusaha menenangkan gadis itu. Saat Reza menoleh dari kejauhan ia melihat Alex sedang melihat dirinya.Alex hanya diam sambil melipat kedua tangannya memperhatikan keduanya sedari tadi, namun tidak lama kemudian ia melihat orang yang tidak asing baginya. Pelan-pelan Alex mendekati dua orang yang tengah ngumpet-ngumpet tersebut. "Yes Tante, sebentar lagi Naya pasti akan membenci Reza sebenci-bencinya," ucap Nova yang dibalas anggukan oleh Neni. "Iya kamu jangan terlalu senang dulu, tugas kamu yang tadi saya suruh udah belum?" tanya Neni yang dibalas anggukan oleh Nova. "Sudah Tan, beres," jawab Nova membuat Neni mengangguk. Alex yang melihat itu langsung tersenyum miring, lalu ia meninggalkan keduanya. 'Ribet banget rumah tangga kalo ada ularnya di dalam,' ucap Alex dalam hati. Di kejauhan Naya terus memberontak walaupun Reza berusaha menenangkannya, tapi Naya tetap tidak mau. "Pergi Kak, aku gak mau di ganggu dulu," ucap sambil mengusap air matanya, Reza langsung menggeleng. "Gak Nay, aku gak akan pergi sebelum memastikan kamu baik-baik aja," kekeh Reza membuat Naya langsun
Tanpa membuang waktu Reza langsung mendekati Alex yang sedang menatapnya dengan tatapan aneh. "Naya tau semuanya," ucap Reza memulai percakapan. "Saya juga tau semuanya dan saya akan memecat beberapa karyawan yang sudah membantu Ibu dan sekretarismu itu masuk ke pabrik," jawab Alex dengan tegas membuat Reza langsung kaget. "Karyawan?" panggilnya. "Iya, awalnya saya bingung kenapa mereka bisa lolos terus padahal ada security di depan, ternyata mereka sekongkol dengan beberapa karyawan termasuk security," terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Saya gak tahu harus gimana lagi Lex, Naya benar-benar kecewa," ujar Reza. "Dari awal saya bilang tegas, bedakan mana yang salah mana yang benar itu aja, kamu gak dengerin saya, gini 'kan jadinya," omel Alex membuat Reza menghela nafas panjang. "Sepertinya saya harus mengusir Nova dari rumah," ujar Reza membuat Alex mengernyitkan dahinya. "Dari awal kali," ketusnya "Kalo dia gak mau, biar saya yang pergi," lanjut Reza yang dibalas angguka
Semua ucapan Alex seketika tergambar di otak Reza, ia paham maksud Alex. "Tapi Naya gak pernah cerita," ucap Alex. "Dia yang gak mau cerita atau kamu yang gak mau dengerin dia?" ucap Alex membalikkan ucapan Reza membuat Reza seketika mematung, dirinya memang tidak pernah mau mendengarkan Naya dulu. "Sudahlah Lex, saya pusing," ucap Reza tiba-tiba sambil memijit pelipisnya, terlalu banyak beban di pikirannya. "Gak bisa Reza, kamu harus tau yang sebenar-benarnya biar kamu gak nyalahin Naya terus. Lihat aja setelah ini kita kembali ke pabrik, saya akan pecat tiga orang langsung. Saya udah cek cctv tadi," tegas Alex membuat Reza mengangguk. "Saya tuh bingung mau nyalahin Mama Lex, soalnya dari awal saya datang Mama baik sama saya Lex, jadinya bingung mau gimana," "Nah itu, kebingungan kamu itu yang buat rumah tangga kamu hancur," tegas Alex. "Sekarang kamu pengen sama Naya, tapi kamu gak bisa adil, ya sama aja Za, percuma Naya itu perempuan dan perempuan itu sangat perasaan, m
Ceklek! Reza keluar dengan koper yang sudah rapi di tangannya, Neni yang melihat itu seketika panik. "Kamu mau kemana, Nak? Udah malem," tanya Neni, tapi Reza malah menghela nafas panjang. "Mau nenangin diri dulu Ma, terlalu banyak masalah yang datang tiba-tiba, apa takdir emang gak mengizinkan aku untuk bahagia apa ya?" ucapan Reza membuat Neni seketika diam lalu menggeleng. "Gak Nak, kamu gak usah mikir macem-macem kamu istirahat aja, pasti capek kan seharian, Mama masak nih buat kamu," lanjut Neni berusaha menenangkan Reza, tapi Reza malah menggeleng. "Maaf Ma, untuk sekarang kayaknya Reza harus nenangin diri dulu, udah terlalu stres," tegas Reza lalu ia berjalan melewati Neni. "Pak, bapak beneran pergi maafin aku," ucap Nova saat melihat Reza hampir keluar dari pintu. Reza berhenti sejenak tanpa melihat Nova. "Aku yang pergi aja," lanjut Nova membuat Reza menoleh ke samping. "Apapun ceritanya kamu harus pergi sih dari sini!" tegas Reza lalu ia kembali melangkah keluar. Mel
Keesokan harinya, Alex sudah rapi hendak berangkat ke kantor. Baru saja ia keluar dari kamarnya tiba-tiba ia melihat Reza sedang melamun di ruang tamu. "Reza," panggil Alex membuat Reza langsung kaget. "Hum," Reza menoleh. "Gak ngantor?" tanya Alex sambil merapikan kancing kemejanya. "Saya bingung Lex, saya pengen ketemu Naya, tapi udah gak bisa, saya nggak mood ngantor," jawab Reza membuat Alex seketika diam, sebenarnya ada rasa kasihan di hatinya, tapi balik lagi Reza tetaplah laki-laki yang seharusnya bisa mempertimbangkan mana yang baik dan mana yang buruk. "Untuk saat ini mungkin jangan dulu, kasih Naya waktu jangan kamu cecer terus, kasian dia," usul Alex membuat Reza semakin bingung. "Tap-" "Gak apa-apa deh, besok saya ke pabrik demi kamu, ntar saya fotoin kalo ada naya di sana," potong Alex, ia malas berdebat dengan Reza yang masih mementingkan kepentingannya sendiri. "Ngantor gih, jangan sampai kantor hancur gara-gara kamu, buktikan kalo kamu itu bertanggung jawab, soal
Disisi lain, Naya setelah keluar dari pabrik Naya naik angkot sekitar 10 menit lalu ia turun di halte. Setelahnya Naya berjalan sambil melihat-lihat lowongan kerja. Hampir setengah jam ia berjalan Naya berjalan namun ia belum menemukan satupun lowongan pekerjaan yang menerimanya yang hanya lulusan SMA. Hingga akhirnya ia melihat rumah makan yang terlihat ramai sekali pengunjung. "Nyoba ke sana kali ya, bismillah dulu aja," gumam Naya lalu berjalan menuju rumah makan tersebut. "Mbak maaf, saya mau nanya apakah disini ada lowongan pekerjaan?" tanya Naya pada salah satu petugas rumah makan tersebut. "Oh iya Mbak, kebetulan ada kita lagi butuh dua orang," jawab perempuan berjilbab pink tersebut membuat Naya langsung menghela nafas lega. "Alhamdulillah," gumamnya. "Mbak mau kerja disini?" tanya wanita tersebut, dengan cepat Naya mengangguk sambil tersenyum. "Mari saya antarkan ketemu Pak Deni pemilik rumah makan ini," ajak perempuan tersebut yangd dibalas anggukan oleh Naya. "Naya,"
Berbeda dengan Naya, Reza justru tidak bisa fokus sama sekali dengan kerjaannya di kantor. Bawaannya terus melamun memikirkan bagaimana cara supaya bisa kembali bertemu dengan Naya.'Apa aku ke kosan Naya aja ya?' gumamnya dalam hati, ada rasa rindu yang membuncah di hatinya. Tok! Tok! Tok!Ceklek Tiba-tiba pintu terbuka membuat Reza langsung menoleh ke arah pintu. "Mama," gumamnya, Neni yang melihat Reza langsung tersenyum lalu mendekati anaknya tersebut."Lagi kerja ya, Nak?" tanya Neni. "Iya Ma," jawab Reza singkat. "Ini Mama bawain makan siang buat kamu, pulang ke rumah ya, Mama kangen kalo gak ada kamu," bujuk Neni membuat Reza langsung memijit pelipisnya."Untuk pulang gak dulu deh Ma, aku butuh ketenangan," jawab Reza membuat Neni langsung menahan kesal. "Tapi adik kamu butuh biaya sekolah," lanjut Neni."Bukannya aku udah transfer uang ke rekening Mama ya seminggu yang lalu?" tanya Reza bingung. "Em … iya, kamu udah transfer tapi Sarah katanya ada praktikum segala macam, Mama
Deg! Reza mematung sejenak melihat kotak kosong itu. Reza kembali memasukkan semua sampah ke dalam kotak lalu ia menaruh kembali kotak itu di atas lemari seperti sedia kala. 'Kemana semua akta sama berkas-berkas peninggalan Papa? Apa mungkin di kamar Mama ya?" gumam Reza bertanya-tanya, tanpa membuang waktu ia langsung keluar dari kamar Papanya berniat masuk ke dalam kamar Mamanya. Baru beberapa langkah ia dari kamar, tiba-tiba Reza mendengar suara orang ngobrol dari arah teras. "Oh no, mereka pulang," gumamnya pelan, detik kemudian Reza teringat kunci masih menempel di pintu. Dengan cepat Reza berlari ke pintu untuk mengambil kuncinya lalu Reza mencari tempat sembunyi. "Huh … akhirnya pulang juga Ma, panas banget," keluh Sarah meletakkan semua belanjaan di meja lalu menghempaskan tubuhnya di sofa. "Panas … panas kamu yang lama milih-milih barang di mall, liat nih struknya sampe panjang gini," bantah Neni, Reza yang bersembunyi di kamarnya langsung menghembuskan nafas kasar mend
"Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng
Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante
Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y
[Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d
"Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran
Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse
Setelah Dokter pulang Reza belum kunjung sadar membuat rasa takut dan panik masih menghantui Naya dan yang lainnya. Tidak beberapa lama kemudian terdengar suara mobil terparkir di halaman. "Siapa yang datang Rey?" tanya Naya, Rey langsung melihat ke arah jendela. "Bang Alex, Kak." jawab Rey membuat Naya mangut-mangut. "Assalamualaikum, waduh rame banget ini, ada apa?" ucap Alex yang sudah berdiri diambang pintu kamar membuat yang lain menoleh. "Walaikumsalam." "Eh … kenapa ini? Reza kenapa?" tanya Alex bingung. "Pingsan Kak." "Hah? Kok bisa?" tanya Alex lagi. "Gak tau tadi lagi berdua doang disini sama Zahra, tiba-tiba aku datang Kak Reza udah gak sadarkan diri di tambah Zahra duduk di dadanya." terang Naya membuat Alex kaget sekaligus lucu mendengarnya. "Zahra mana?" "Tuh." tunjuk Naya, Zahra yang sedang asik dengan bonekanya tidak menyadari Alex sudah di dekatnya. "Zahra …" "Ha …" sahut Zahra sambil mendongak membuat Alex gemas lalu mencubit pipi gembul itu.
Keesokan harinya Naya bangun terlebih dahulu, ia melihat Reza masih tidur pulas. Tanpa membuang waktu ia langsung mengerjakan tugasnya sebagaimana ia seorang istri. Pukul 5.30 Naya mendekati Reza pelan-pelan ia mulai membangunkan suaminya itu. "Kak ..." panggil Naya sambil menggoyang-goyangkan tangan Reza membuat sang empu mulai terusik kemudian membuka matanya. "Hem." dehem Reza lalu ia bangkit dari ranjang menunaikan ibadah sholat subuh. Sedangkan Naya yang melihat itu hanya bisa menghela nafas panjang lalu ia memilih keluar dari kamar. 15 menit kemudian Reza sudah selesai melakukan sholat, ia bangkit lalu melihat ke arah ranjang Zahra. Dan benar saja anak kecil itu sudah duduk disana membuat bibir Reza tersenyum lalu ia menggendong Zahra. "Anak kecil udah bangun?" ucap Reza membuat Naya mengusap-usap wajahnya. "Ayo kita cuci muka dulu biar gak ngantuk lagi." lanjut Reza lalu ia membawa Zahra ke kamar mandi mengusap air ke wajah Zahra. Hal itu membuat Zahra sedikit kaget kar
Tiba-tiba saja air mata Naya semakin deras memastikan yang didepannya itu adalah RezaBegitu Reza sangat dekat Naya bahu Naya kembali bergetar hebat seolah-olah memberitahu jika dirinya tidak sedang baik-baik saja."Hiks ... Kakak ..." pinta Naya selirih mungkin membuat laki-laki itu membuka kacamatanya lalu menatap Naya bingung."Kakak baik-baik aja kah?""Kamu siapa ya?"Jleb!Naya langsung luruh ke lantai ia tidak bisa lah menopang tubuhnya."Eh ... Kenapa kamu malah duduk? Apa kamu mengenal saya?" tanya Reza membuat Naya tidak bisa menjawab apa-apa lagi."Eh Bu ... Kenapa ini?" tiba-tiba security menghampiri Naya yang duduk di lantai."Mbak kenapa ayo saya bantu berdiri saya antarkan pulang ya Mbak." ucap satpam tersebut karena ia sudah benar-benar kasihan sama Naya.Naya hanya diam dibantu security tersebut untuk berdiri matanya terus menatap Reza tapi lidahnya sudah kaku dan kelu."Ayo Mbak jangan begini terus setiap hari kasian keluarga Mbak." nasehat security tersebut."Saya b