Alex hanya diam sambil melipat kedua tangannya memperhatikan keduanya sedari tadi, namun tidak lama kemudian ia melihat orang yang tidak asing baginya. Pelan-pelan Alex mendekati dua orang yang tengah ngumpet-ngumpet tersebut.
"Yes Tante, sebentar lagi Naya pasti akan membenci Reza sebenci-bencinya," ucap Nova yang dibalas anggukan oleh Neni. "Iya kamu jangan terlalu senang dulu, tugas kamu yang tadi saya suruh udah belum?" tanya Neni yang dibalas anggukan oleh Nova. "Sudah Tan, beres," jawab Nova membuat Neni mengangguk. Alex yang melihat itu langsung tersenyum miring, lalu ia meninggalkan keduanya. 'Ribet banget rumah tangga kalo ada ularnya di dalam,' ucap Alex dalam hati. Di kejauhan Naya terus memberontak walaupun Reza berusaha menenangkannya, tapi Naya tetap tidak mau. "Pergi Kak, aku gak mau di ganggu dulu," ucap sambil mengusap air matanya, Reza langsung menggeleng. "Gak Nay, aku gak akan pergi sebelum memastikan kamu baik-baik aja," kekeh Reza membuat Naya langsung menggeleng lalu ia pergi meninggalkan Reza begitu saja. Naya berjalan keluar dari arah pabrik, ia tidak mood untuk kembali bekerja. Sedangkan Reza ia mengikuti Naya dari belakang, ia terus memperhatikan gadis itu yang sesekali mengusap air matanya. Sudah mendekati kompleks gang kosan Naya, Naya melihat ada fotonya terpampang di tiang-tiang dan depan pagar rumah orang. "Ini apa lagi?" gumam Naya lalu ia mengambil poster-poster tersebut, air matanya kembali luruh membaca poster tersebut. "Gadis tidak tahu malu, pengganggu suami orang" Tulisan di poster tersebut membuat hati Naya benar-benar sesak, sedangkan Reza yang melihat itu tangannya langsung mengepal sepanjang jalan ia membantu Naya melepas poster-poster tersebut. "Tidak perlu mengikutiku, pergilah," ucap Naya tanpa melihat Reza, namun Reza tidak menghiraukannya ia tetap mengikuti Naya dari belakang sambil melepas poster-poster tersebut. 'Kenapa ada orang yang sedendam ini samaku? Ada aja usahanya untuk membuatku down,' ucap Naya dalam hati sambil mengusap air matanya. "Lah itu bukan orangnya, gadis yang ngekos disana?" tunjuk salah seorang Ibu-ibu yang sedang ngobrol, Naya yang mendengar itu hanya bisa memejamkan matanya menahan sakit hatinya. "Gak heran sih gadis zaman sekarang emang suka gangguin laki-laki yang sudah berumah tangga, sayang banget udah cantik eh ujung-ujungnya malah jadi perebut suami orang," sambung ibu-ibu di sebelahnya. Naya yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas panjang, telinganya sudah kebal mendengar cacian itu hampir setiap hari. "Iya sih, tapi kenapa sampe senekad itu gangguin suami orang pasti dia udah jauh hubungannya sama laki-laki tersebut dan murah banget gak sih," lagi-lagi Ibu-ibu tersebut membuat Naya harus menguatkan dada. "Ibu-ibu maaf saya menganggu waktunya," ucap Reza tiba-tiba menghampiri kumpulan ibu-ibu tersebut membuat semuanya langsung menoleh ke arah Reza. 'Ngapain lagi dia,' batin Naya, sebenarnya ia sudah muak dengan semua ini apalagi setelah tahu jika Reza benar-benar mengikutinya sampai ke pabrik. "Iya Pak," jawab para Ibu-Ibu tersebut sambil senyum-senyum melihat ketampanan Reza. "Saya cuma mau klarifikasi sedikit, itu poster hoax ya Bu, Naya bukan pengganggu suami orang, saya suaminya dan dia hanya pengganggu suaminya sendiri," ucap Reza membuat Naya langsung melotot, ia tidak pernah mengganggu Reza. "Loh kok di ganggu suami sendiri maksudnya?" tanya salah satu dari mereka. "Ya karena kemauan saya, dia selalu mengganggu hati saya, membuat saya tidak tenang," jawab Reza membuat Naya semakin kesal. "Oalah Masnya mah gombal," jawab ibu-ibu itu "Hehe bukan gombal sih Bu, lebih tepatnya lagi bujuk istri saya biar mau pulang bareng sama saya," ujar Reza membuat Naya langsung melotot. "Kali aja Ibu-Ibu di sini mau bantuin saya, tolong bujuk Naya bilang biar balik lagi sama suaminya gitu," lanjut Reza sambil cengengesan. "Oh iya kalo gitu mah harus pulang sama suami, jadi ini gak bener?" ucap ibu-ibu itu. "Gak Bu, itu cuma orang usil aja yang bikin," "Ayok!" Tiba-tiba Naya menarik tangan Reza menjauh dari tempat kumpulan Ibu-ibu tersebut. Sedangkan Reza hanya senyum-senyum mengikuti langkah Naya. Setelah merasa jauh, Naya langsung berhenti lalu ia menghempaskan tangan Reza sedangkan Reza masih sama tetap tersenyum. Naya mengatur nafasnya yang sudah mulai naik turun menahan emosi. "Maksud Kakak nyusul aku sampe kesini apa sih?" tanya Naya serius membuat Reza langsung berfikir sejenak lalu kembali melihat Naya. "Lihat kamu," jawab Reza santai. "Aku gak butuh gombalanmu!" bentak Naya, ntah kenapa emosinya benar-benar sedang di ubun-ubun sekarang. "Aku lebih suka lihat kamu marah-marah, daripada nangis, tapi jujur aku butuh kamu Nay," jawab Reza membuat Naya langsung menggeleng. "Aku gak percaya, apa jangan-jangan kamu juga kerja sama sama Mama buat ngehancurin aku, buat aku jadi orang stres biar gila, iya?" tanya Naya dengan mata yang mulai berkaca-kaca membuat Reza langsung menggeleng kuat. "Kita udah pisah, silahkan gugat cerai kalo mau kita resmi gak ada hubungan lagi, aku capek Kak tiap hari ada aja masalah yang datang tiba-tiba yang aku gak ngerti tiba-tiba aku di tuduh macem-macem, why?" Naya mengeluarkan semua unek-unek yang ada di dalam dadanya. Reza hanya diam mendengarkan semua sakit hati gadisnya itu. "Waktu aku di rumah kalian gak ada yang menganggapku sebagai manusia hiks … aku hanya seperti sampah yang mengotori rumah. Sekarang aku udah pergi berniat untuk membuat kalian bahagia tanpa adanya aku, tapi kenapa kalian terus menerus menyiksaku dengan kata-kata dan juga perbu-" Naya tidak sanggup melanjutkan ucapannya, ia menarik nafas dalam-dalam, rasanya terlalu sakit untuk mengutarakan semua ini. Air mata Reza menetes melihat sakit hati istrinya tersebut. "Aku udah gak ada apa-apa lagi Kak, aku tahu dan aku sadar kalo aku bukan tipe Kakak, gak apa-apa karena emang itulah aku. Semuanya sudah aku serahkan ke Kakak bahkan satu-satunya harga diri yang aku jaga selama ini sudah aku berikan, kalian mau apa lagi agar tidak membuatku seperti ini?" tanya Naya dengan bibir bergetar membuat lutut Reza terasa lemas, ia merasa seperti penjahat di hidup istrinya sendiri. "Naya deng-" "Stop Kak, aku capek, aku lelah, aku pengen bahagia sebentar aja cuma itu yang pengen, aku gak butuh uang banyak aku gak butuh rumah mewah, aku cuma mau di hargai, itu udah cukup," lirih Naya. Jleb! Kata-kata Naya benar-benar menusuk jantung Reza, ia tidak tahu harus berbicara apa sekarang, sakit itu yang ia rasakan. Untuk pertama kalinya ia mendengar curhatan istrinya tersebut membuatnya benar-benar lemas. "Gak bisakah Kakak membiarkan hari-hariku tanpa hujatan dan hinaan dari kalian? Jujur aku takut mati tiba-tiba karena terlalu banyak ngebatin Kak," lirih Naya, Reza langsung menggeleng ia menarik Naya ke dalam pelukannya, ntah kenapa hatinya benar-benar sakit mendengar itu semua. "Jangan ngomong gitu Nay, aku mohon," bisik Reza, tapi bagaimanapun juga hati Naya sudah terlalu sakit selama setahun pernikahan mereka. "Talak aku Kak," lirih Naya membuat Reza langsung menggeleng lalu mengeratkan pelukannya. "Nggak Naya, tolong jangan sekalipun untuk menyuruhku menalakmu," kekeh Reza. "Tapi aku gak kuat Kak, aku gak sanggup jika setiap hari harus hidup seperti ini, aku gak bisa," lagi-lagi tangisan Naya membuat Reza semakin sakit, ternyata sesakit itu istrinya memendam semua perlakuan mereka selama ini. "Dulu aku takut minta pisah sama kamu, karena aku gak tega sama Papa, tapi sekarang aku udah siap jika memang harus kehilangan kamu Kak, tolong," pinta Naya, Reza langsung melonggarkan pelukannya lalu ia menangkup wajah Naya. "Gak, aku gak akan pernah menceraikanmu, gak akan Nay," tegas Reza. "Tapi aku sakit hati Kak, aku tersiksa kalau gini terus, sakit," lanjut Naya sambil menepuk-nepuk dadanya membuat Reza langsung menahan tangan Naya lalu menggeleng. "Kita pulang ya, aku mau perbaiki semuanya, kita pindah rumah ya, hanya kita di rumah itu," bujuk Reza, tapi dengan tegas Naya menggeleng. Bagaimanapun juga ia tahu Reza sangat patuh pada Neni, sedangkan Neni sangat membenci dirinya. Sama saja kembali ke lubang yang sama jika ia kembali walaupun di rumah yang berbeda, yang ada setiap hari dirinya harus menghadapi berbagai macam cobaan dari mertuanya. "Gak, aku gak mau, Kakak pulanglah, aku tidak ingin pulang dan tidak mau kembali sama Kakak," tegas Naya membuat Reza langsung menatapnya sendu. "Naya ak-" "Gak Kak, aku tahu kamu anak yang baik budi patuh sama orang tua, sangat mustahil jika kamu memilihku jika di hadapkan dua pilihan antara aku dan Ibu, aku gak mau itu terulang lagi Kak, rasanya sakit banget," sanggah Naya membuat Reza mengangguk, ia tahu jika dirinya salah dan tidak tegas dalam berumah tangga. "Maafin aku Nay," lirih Reza. "Aku sudah memaafkan Kakak, pergilah dan sampaikan pada Mama jika aku tidak akan pernah mengganggumu, jadi Mama tidak perlu melakukan ini semua hanya takut aku kembali samamu Kak, ini terlalu berlebihan dan membuang banyak uang dan tenaga untuk membuatku menderita. Mari kita ke jalan tengah, Kakak pulanglah dan aku akan tetap bertahan hidup," terang Naya tanpa basa-basi karena sudah sangat lelah dengan semua drama dadakan yang harus ia perankan setiap hari. "Tapi Nay, apa kamu benar-benar tidak ingin memberiku kesempatan lagi," pinta Reza membuat Naya langsung menghirup nafas dalam-dalam. "Maaf, aku belum bisa jawab sekarang, tolong jangan buat aku pusing, Kak" lanjut Naya, ia merasa kepalanya pusing dan mual juga. "Kamu kenapa?" tanya Reza melihat Naya seperti menahan sesuatu, Naya langsung menggeleng. "Gak apa-apa Kak, aku mual aja dengan semua ini, aku mau istirahat tolong jangan ikuti aku lagi," lanjut Naya lalu berbalik meninggalkan Reza yang masih tidak percaya dengan yang terjadi barusan. Belum berapa langkah, tiba-tiba Naya mulai merasa pusing dan kepalanya terasa nyut-nyutan detik kemudian ia limbung. "Naya!" teriak Reza lalu ia berlari mendekati Naya yang hampir saja mencium tanah. Beruntung Reza berhasil menangkap tubuh mungil itu, tanpa membuang waktu Reza langsung menggendong Naya membuat sang empu kaget. "Gak usah Kak, turunin aku, biarin aku jalan sendiri ke kosan," ucap Naya yang tidak di hiraukan oleh Reza. "Naya!" panggil seseorang membuat Reza langsung menoleh. Tanpa mereka sadari ternyata Silvi mengikuti keduanya sedari tadi walaupun tidak semuanya ia dengarkan. "Vi," lirih Naya membuat Silvi langsung meraih tangan Naya. "Turunin Naya!" tegas Silvi membuat Naya kaget begitu juga dengan Reza, biasanya Silvi selaku bercanda. "Turunin," ucap Naya lirih membuat Reza menurunkan Naya dari gendongannya. Plak! Naya langsung menutup mulutnya melihat Silvi menampar Reza, begitu juga dengan Reza, tapi ia hanya diam, ia tahu Silvi pasti kecewa padanya. "Itu balasan buat kamu yang udah buat Naya seperti ini dan buat dia seperti sampah selama ini!" tegas Silvi membuat Reza semakin mematung sedangkan Naya ntah kenapa ia malah kasihan melihat Reza, dengan cepat ia menggeleng, ia tidak mau terus menerus terjebak dengan perasaannya sendiri. "Nih, kamu lihat istri kamu, sudah kayak orang yang gak ada semangat hidupnya karena terlalu lama ngebatin tinggal sama kamu, Reza Adinata!" lanjut Silvi membuat Reza langsung menatap Naya, sedangkan Naya langsung menunduk karena tidak kuat menahan air matanya. Silvi memang tipe orang yang ceria dan suka bercanda, tapi sekalinya dia serius Silvi tidak pernah main-main. "Tujuan dia keluar dari istanamu itu untuk membebaskan dirinya, tapi apa yang dia dapat ternyata lebih lagi dari keluargamu. Mulai sekarang jangan pernah tunjukkan wajahmu di hadapan Naya atau kamu akan menyesal tidak akan pernah ketemu dia lagi!" ancam Silvi membuat Reza langsung kaget. "Ma–maksud kamu apa?" tanya Reza bingung. "Aku gak main-main Reza, selama ini aku diam karena aku belum kenal sama yang namanya Reza Adinata dan juga keluarganya, tapi sekarang aku sudah melihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa kamu belum bisa menjadi suami yang tegas. Naya tidak punya siapa-siapa, makanya dia kalo ada apa-apa sering ngebatin, tapi saya sahabatnya gak akan membiarkan Naya terus menerus seperti ini kalian tindas sesuka hati. Pergilah dan katakan kepada keluargamu tidak perlu mengganggu Naya lagi, karena dia tidak akan pernah mengganggumu, paham!" bentak Silvi lalu ia menoleh ke samping, ia tahu Naya tidak ada ubahnya seperti anak kecil yang kehilangan mental sehingga susah untuk melawan karena terlalu sering di tekan. "Ayo Nay, kita pergi," ajak Silvi yang dibalas anggukan oleh Naya, tapi ia tidak melihat Reza sedikitpun, ia terkaya lemah untuk itu ntah sedalam apa cintanya pada suaminya tersebut. "Nay," lirih Reza tapi Naya tidak sedikitpun menoleh. Reza terus melihat Naya yang mulai menjauh di papah oleh Silvi. Reza menunduk ntah kenapa hatinya masih sakit mendengar semua unek-unek Naya tadi. Saat Reza berbalik, ia langsung mematung melihat seseorang yang sedang memperhatikannya dari jauh sambil melipat kedua tangannya.Tanpa membuang waktu Reza langsung mendekati Alex yang sedang menatapnya dengan tatapan aneh. "Naya tau semuanya," ucap Reza memulai percakapan. "Saya juga tau semuanya dan saya akan memecat beberapa karyawan yang sudah membantu Ibu dan sekretarismu itu masuk ke pabrik," jawab Alex dengan tegas membuat Reza langsung kaget. "Karyawan?" panggilnya. "Iya, awalnya saya bingung kenapa mereka bisa lolos terus padahal ada security di depan, ternyata mereka sekongkol dengan beberapa karyawan termasuk security," terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Saya gak tahu harus gimana lagi Lex, Naya benar-benar kecewa," ujar Reza. "Dari awal saya bilang tegas, bedakan mana yang salah mana yang benar itu aja, kamu gak dengerin saya, gini 'kan jadinya," omel Alex membuat Reza menghela nafas panjang. "Sepertinya saya harus mengusir Nova dari rumah," ujar Reza membuat Alex mengernyitkan dahinya. "Dari awal kali," ketusnya "Kalo dia gak mau, biar saya yang pergi," lanjut Reza yang dibalas angguka
Semua ucapan Alex seketika tergambar di otak Reza, ia paham maksud Alex. "Tapi Naya gak pernah cerita," ucap Alex. "Dia yang gak mau cerita atau kamu yang gak mau dengerin dia?" ucap Alex membalikkan ucapan Reza membuat Reza seketika mematung, dirinya memang tidak pernah mau mendengarkan Naya dulu. "Sudahlah Lex, saya pusing," ucap Reza tiba-tiba sambil memijit pelipisnya, terlalu banyak beban di pikirannya. "Gak bisa Reza, kamu harus tau yang sebenar-benarnya biar kamu gak nyalahin Naya terus. Lihat aja setelah ini kita kembali ke pabrik, saya akan pecat tiga orang langsung. Saya udah cek cctv tadi," tegas Alex membuat Reza mengangguk. "Saya tuh bingung mau nyalahin Mama Lex, soalnya dari awal saya datang Mama baik sama saya Lex, jadinya bingung mau gimana," "Nah itu, kebingungan kamu itu yang buat rumah tangga kamu hancur," tegas Alex. "Sekarang kamu pengen sama Naya, tapi kamu gak bisa adil, ya sama aja Za, percuma Naya itu perempuan dan perempuan itu sangat perasaan, m
Ceklek! Reza keluar dengan koper yang sudah rapi di tangannya, Neni yang melihat itu seketika panik. "Kamu mau kemana, Nak? Udah malem," tanya Neni, tapi Reza malah menghela nafas panjang. "Mau nenangin diri dulu Ma, terlalu banyak masalah yang datang tiba-tiba, apa takdir emang gak mengizinkan aku untuk bahagia apa ya?" ucapan Reza membuat Neni seketika diam lalu menggeleng. "Gak Nak, kamu gak usah mikir macem-macem kamu istirahat aja, pasti capek kan seharian, Mama masak nih buat kamu," lanjut Neni berusaha menenangkan Reza, tapi Reza malah menggeleng. "Maaf Ma, untuk sekarang kayaknya Reza harus nenangin diri dulu, udah terlalu stres," tegas Reza lalu ia berjalan melewati Neni. "Pak, bapak beneran pergi maafin aku," ucap Nova saat melihat Reza hampir keluar dari pintu. Reza berhenti sejenak tanpa melihat Nova. "Aku yang pergi aja," lanjut Nova membuat Reza menoleh ke samping. "Apapun ceritanya kamu harus pergi sih dari sini!" tegas Reza lalu ia kembali melangkah keluar. Mel
Keesokan harinya, Alex sudah rapi hendak berangkat ke kantor. Baru saja ia keluar dari kamarnya tiba-tiba ia melihat Reza sedang melamun di ruang tamu. "Reza," panggil Alex membuat Reza langsung kaget. "Hum," Reza menoleh. "Gak ngantor?" tanya Alex sambil merapikan kancing kemejanya. "Saya bingung Lex, saya pengen ketemu Naya, tapi udah gak bisa, saya nggak mood ngantor," jawab Reza membuat Alex seketika diam, sebenarnya ada rasa kasihan di hatinya, tapi balik lagi Reza tetaplah laki-laki yang seharusnya bisa mempertimbangkan mana yang baik dan mana yang buruk. "Untuk saat ini mungkin jangan dulu, kasih Naya waktu jangan kamu cecer terus, kasian dia," usul Alex membuat Reza semakin bingung. "Tap-" "Gak apa-apa deh, besok saya ke pabrik demi kamu, ntar saya fotoin kalo ada naya di sana," potong Alex, ia malas berdebat dengan Reza yang masih mementingkan kepentingannya sendiri. "Ngantor gih, jangan sampai kantor hancur gara-gara kamu, buktikan kalo kamu itu bertanggung jawab, soal
Disisi lain, Naya setelah keluar dari pabrik Naya naik angkot sekitar 10 menit lalu ia turun di halte. Setelahnya Naya berjalan sambil melihat-lihat lowongan kerja. Hampir setengah jam ia berjalan Naya berjalan namun ia belum menemukan satupun lowongan pekerjaan yang menerimanya yang hanya lulusan SMA. Hingga akhirnya ia melihat rumah makan yang terlihat ramai sekali pengunjung. "Nyoba ke sana kali ya, bismillah dulu aja," gumam Naya lalu berjalan menuju rumah makan tersebut. "Mbak maaf, saya mau nanya apakah disini ada lowongan pekerjaan?" tanya Naya pada salah satu petugas rumah makan tersebut. "Oh iya Mbak, kebetulan ada kita lagi butuh dua orang," jawab perempuan berjilbab pink tersebut membuat Naya langsung menghela nafas lega. "Alhamdulillah," gumamnya. "Mbak mau kerja disini?" tanya wanita tersebut, dengan cepat Naya mengangguk sambil tersenyum. "Mari saya antarkan ketemu Pak Deni pemilik rumah makan ini," ajak perempuan tersebut yangd dibalas anggukan oleh Naya. "Naya,"
Berbeda dengan Naya, Reza justru tidak bisa fokus sama sekali dengan kerjaannya di kantor. Bawaannya terus melamun memikirkan bagaimana cara supaya bisa kembali bertemu dengan Naya.'Apa aku ke kosan Naya aja ya?' gumamnya dalam hati, ada rasa rindu yang membuncah di hatinya. Tok! Tok! Tok!Ceklek Tiba-tiba pintu terbuka membuat Reza langsung menoleh ke arah pintu. "Mama," gumamnya, Neni yang melihat Reza langsung tersenyum lalu mendekati anaknya tersebut."Lagi kerja ya, Nak?" tanya Neni. "Iya Ma," jawab Reza singkat. "Ini Mama bawain makan siang buat kamu, pulang ke rumah ya, Mama kangen kalo gak ada kamu," bujuk Neni membuat Reza langsung memijit pelipisnya."Untuk pulang gak dulu deh Ma, aku butuh ketenangan," jawab Reza membuat Neni langsung menahan kesal. "Tapi adik kamu butuh biaya sekolah," lanjut Neni."Bukannya aku udah transfer uang ke rekening Mama ya seminggu yang lalu?" tanya Reza bingung. "Em … iya, kamu udah transfer tapi Sarah katanya ada praktikum segala macam, Mama
Deg! Reza mematung sejenak melihat kotak kosong itu. Reza kembali memasukkan semua sampah ke dalam kotak lalu ia menaruh kembali kotak itu di atas lemari seperti sedia kala. 'Kemana semua akta sama berkas-berkas peninggalan Papa? Apa mungkin di kamar Mama ya?" gumam Reza bertanya-tanya, tanpa membuang waktu ia langsung keluar dari kamar Papanya berniat masuk ke dalam kamar Mamanya. Baru beberapa langkah ia dari kamar, tiba-tiba Reza mendengar suara orang ngobrol dari arah teras. "Oh no, mereka pulang," gumamnya pelan, detik kemudian Reza teringat kunci masih menempel di pintu. Dengan cepat Reza berlari ke pintu untuk mengambil kuncinya lalu Reza mencari tempat sembunyi. "Huh … akhirnya pulang juga Ma, panas banget," keluh Sarah meletakkan semua belanjaan di meja lalu menghempaskan tubuhnya di sofa. "Panas … panas kamu yang lama milih-milih barang di mall, liat nih struknya sampe panjang gini," bantah Neni, Reza yang bersembunyi di kamarnya langsung menghembuskan nafas kasar mend
Sore hari, Silvi pulang ke kosannya,saat berjalan menuju kosannya tiba-tiba ia di panggil oleh Ibu-ibu yang sedang nongkrong di warung. "Eh neng Silvi, mau nanya dong? Itu suaminya si Naya kemana sih? Kok dia numpang mulu sama Neng Silvi?" tanya Ibu-ibu tersebut membuat Silvi langsung memutar mata malas. "Pentingnya apa sih Bu, ngurusin hidupnya orang? Lagian Naya gak bikin kalian bangkrut kan kalo dia gak berkabar," tanya Silvi dengan nada tidak suka. *Bukan ngurusin Neng, cari tahu aja soalnya itu si Naya di kosan kamu mul.u, kan takut bikin aib," timpal Ibu-ibu yang di sebekah Bu Ida. "Haduh … ya udah deh Bu, saya mau ke kosan dulu buka puasa, lagi puasa soalnya gak boleh gibah tar gak ada yang sah," bohong Silvi lalu ia kembali berjalan menuju kosannya. "Sombong amat, puasa gitu aja di bilang-bilang," ujar para Ibu-ibu yang tidak di hiraukan oleh Silvi. Tok! Tok! Tok! "Nay," panggil Silvi membuat Naya yang sedang menyetrika langsung beranjak dari duduknya untuk membu
"Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng
Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante
Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y
[Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d
"Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran
Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse
Setelah Dokter pulang Reza belum kunjung sadar membuat rasa takut dan panik masih menghantui Naya dan yang lainnya. Tidak beberapa lama kemudian terdengar suara mobil terparkir di halaman. "Siapa yang datang Rey?" tanya Naya, Rey langsung melihat ke arah jendela. "Bang Alex, Kak." jawab Rey membuat Naya mangut-mangut. "Assalamualaikum, waduh rame banget ini, ada apa?" ucap Alex yang sudah berdiri diambang pintu kamar membuat yang lain menoleh. "Walaikumsalam." "Eh … kenapa ini? Reza kenapa?" tanya Alex bingung. "Pingsan Kak." "Hah? Kok bisa?" tanya Alex lagi. "Gak tau tadi lagi berdua doang disini sama Zahra, tiba-tiba aku datang Kak Reza udah gak sadarkan diri di tambah Zahra duduk di dadanya." terang Naya membuat Alex kaget sekaligus lucu mendengarnya. "Zahra mana?" "Tuh." tunjuk Naya, Zahra yang sedang asik dengan bonekanya tidak menyadari Alex sudah di dekatnya. "Zahra …" "Ha …" sahut Zahra sambil mendongak membuat Alex gemas lalu mencubit pipi gembul itu.
Keesokan harinya Naya bangun terlebih dahulu, ia melihat Reza masih tidur pulas. Tanpa membuang waktu ia langsung mengerjakan tugasnya sebagaimana ia seorang istri. Pukul 5.30 Naya mendekati Reza pelan-pelan ia mulai membangunkan suaminya itu. "Kak ..." panggil Naya sambil menggoyang-goyangkan tangan Reza membuat sang empu mulai terusik kemudian membuka matanya. "Hem." dehem Reza lalu ia bangkit dari ranjang menunaikan ibadah sholat subuh. Sedangkan Naya yang melihat itu hanya bisa menghela nafas panjang lalu ia memilih keluar dari kamar. 15 menit kemudian Reza sudah selesai melakukan sholat, ia bangkit lalu melihat ke arah ranjang Zahra. Dan benar saja anak kecil itu sudah duduk disana membuat bibir Reza tersenyum lalu ia menggendong Zahra. "Anak kecil udah bangun?" ucap Reza membuat Naya mengusap-usap wajahnya. "Ayo kita cuci muka dulu biar gak ngantuk lagi." lanjut Reza lalu ia membawa Zahra ke kamar mandi mengusap air ke wajah Zahra. Hal itu membuat Zahra sedikit kaget kar
Tiba-tiba saja air mata Naya semakin deras memastikan yang didepannya itu adalah RezaBegitu Reza sangat dekat Naya bahu Naya kembali bergetar hebat seolah-olah memberitahu jika dirinya tidak sedang baik-baik saja."Hiks ... Kakak ..." pinta Naya selirih mungkin membuat laki-laki itu membuka kacamatanya lalu menatap Naya bingung."Kakak baik-baik aja kah?""Kamu siapa ya?"Jleb!Naya langsung luruh ke lantai ia tidak bisa lah menopang tubuhnya."Eh ... Kenapa kamu malah duduk? Apa kamu mengenal saya?" tanya Reza membuat Naya tidak bisa menjawab apa-apa lagi."Eh Bu ... Kenapa ini?" tiba-tiba security menghampiri Naya yang duduk di lantai."Mbak kenapa ayo saya bantu berdiri saya antarkan pulang ya Mbak." ucap satpam tersebut karena ia sudah benar-benar kasihan sama Naya.Naya hanya diam dibantu security tersebut untuk berdiri matanya terus menatap Reza tapi lidahnya sudah kaku dan kelu."Ayo Mbak jangan begini terus setiap hari kasian keluarga Mbak." nasehat security tersebut."Saya b