Tanpa membuang waktu Reza langsung mendekati Alex yang sedang menatapnya dengan tatapan aneh. "Naya tau semuanya," ucap Reza memulai percakapan.
"Saya juga tau semuanya dan saya akan memecat beberapa karyawan yang sudah membantu Ibu dan sekretarismu itu masuk ke pabrik," jawab Alex dengan tegas membuat Reza langsung kaget. "Karyawan?" panggilnya. "Iya, awalnya saya bingung kenapa mereka bisa lolos terus padahal ada security di depan, ternyata mereka sekongkol dengan beberapa karyawan termasuk security," terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Saya gak tahu harus gimana lagi Lex, Naya benar-benar kecewa," ujar Reza. "Dari awal saya bilang tegas, bedakan mana yang salah mana yang benar itu aja, kamu gak dengerin saya, gini 'kan jadinya," omel Alex membuat Reza menghela nafas panjang. "Sepertinya saya harus mengusir Nova dari rumah," ujar Reza membuat Alex mengernyitkan dahinya. "Dari awal kali," ketusnya "Kalo dia gak mau, biar saya yang pergi," lanjut Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tapi kamu mau kemana?" "Sebenarnya aku udah beli rumah niatnya buat Naya, tapi kemaren pas mau transaksi ternyata ada beberapa kasus untungnya saya belum transfer kalau gak kena penipuan," terang Reza membuat Alex paham. "Iya-iya, hati-hati kalo mau beli tuh jangan sembarang, ntar deh saya punya teman yang biasa jadi agen rumah, nanti saya minta tolong tapi prosesnya gak cepat ya, karena emang harus clear semuanya," "Buat apa saya beli rumah kalo Naya gak mau kembali lagi Lex?" tanya Reza pasrah membuat Alex tertawa. "Bukannya Naya yang gak mau kembali, tapi kamunya aja yang plin plan mengambil keputusan, jadinya Naya gak percaya sama omongan kamu, kamu terlalu takut sama Ibu kamu," ucapan menohok Alex membuat Reza di sejenak. "Bay the way, saya boleh nanya gak, tapi kamu jangan tersinggung?" tanya Alex. "Boleh, apaan?" tanya Reza. "Em … Bu Neni itu Ibu kandung kamu?" tanya Alex hati-hati membuat Reza langsung kaget. Deg! Reza seketika mematung sejenak mendengar pertanyaan Alex. "Za," panggil Alex membuat Reza langsung sadar. "Eh iya," "Ibu kandung?" tanya Alex lagi membuat Reza menghela nafas panjang. "Bukan," jawab Reza membuat Alex mangut-mangut. "Pantes," gumam Alex. "Kenapa emangnya?" tanya Reza bingung. "Gak heran sih kalo gini, tapi selama ini Ibumu sambung kamu ini baik?" terang Alex. "Aku gak tahu Lex, sebenarnya setelah Ibu kandung saya meninggal saya pun melanjutkan SMP di luar kota sama Nenek keluarga dari Ibu kandung saya, saya tahu kalo Ayah saya nikah lagi cuma karena posisinya jauh jadinya saya gak pulang. Saya pulang saat ada kabar kalo Ayah saya sakit kemudian lumpuh dari situ saya pulang-" "Maaf motong, kamu pulang udah selesai kuliah? Udah kerja?" Atau gimana?" tanya Alex semakin penasaran. "Iya, waktu itu saya pulang lagi puncak-puncaknya karir saya, tapi itu masih kerja sama dengan orang lain bukan milik saya pribadi," jawab Reza membuat Alex tersenyum semakim paham. "Oke-oke saya tangkap poin kamu, tapi yang jelas kamu udah kerja dan saat itu Ayah kamu sakit, kemungkinan yang pertama ya maaf nih bukannya nge jelek-jelekin Ibu sambung kamu itu, tapi yang jelas dia itu baiknya bukan dari hati tapi ada maunya," jelas Alex membuat Reza diam sambil berfikir. "Em … maaf soal Naya, bagaimana bisa kamu nikah sama, Naya?" tanya Alex lagi. "Soal Naya, sebenernya Naya itu permintaan terakhir Papa saya, malam itu saya lagi ngobrol sama Papa di kamarnya, jadi beliau bilang kemungkinan umur beliau gak panjang, tapi beliau minta tolong untuk menikahi anak teman Papa yang posisinya yatim piatu, tapi Papa udah kenal Naya dari kecil makanya Papa minta saya untuk menikahi Naya dan benar saja, tidak sampai setahun Papa meninggal," jawab Reza, Alex hanya bisa mangut-mangut mendengar semuanya. "Tadi kami bilang di kamar Papa? Maksudnya apa?" tanya Alex lagi. "Oh itu, iya semenjak Papa lumpuh Mama emang gak mau satu ranjang bareng sama Papa dengan alasan Papa udah gak bisa ngapa-ngapain, Mama tipe orang yang mudah jijik gitu, jadinya misah," "Alesan itu mah," celetuk Alex membuat Reza menoleh. "Hah?" "Gak apa-apa, duduk dulu disana yuk, saya masih banyak banget pertanyaan ini," ajak Alex yang dibalas anggukan oleh Reza. Lalu mereka menuju kafe dekat pabrik. "Huh … oke, saya nanya-nanya gak apa-apa ya, karena saya lihat disini kayaknya kamu terperangkap dalam sebuah drama," ucap Alex saat mereka sudah duduk. "Maksud kamu?" "Em … maaf ya, maaf banget ini, tapi Ibu sambung kamu itu baik sama kamu karena ada maunya gak tulus dari hati, mereka selalu baik-baik sama kamu ya karena uang kamu, ditambah lagi Papa kamu sakit otomatis gak bisa kerja. Saya paham juga kenapa Papa kamu meminta kamu handle perusahaan ya karena itu, Papa kamu udah gak percaya sama Ibu kamu, kenapa Papa kamu langsung menikahkan kamu ya supaya kamu langsung punya kehidupan sendiri, tapi nyatanya kamu gagal dalam rumah tangga karena di campur tangan oleh Ibu kamu, kenapa Ibu kamu baiknya cuma sama kamu aja? Buktinya ke Naya jahat, karena? Ya karena Naya bukan orang kaya, gak ada yang bisa di manfaatin dari dia, ini gambaran saya ya berarti selama ini Naya cuma di perbudak sama mereka selayaknya pembantu ngurusin rumah tiap hari, tapi karena mereka gak suka sama Naya jadinya di depan kamu Ibu sama adik kamu selalu jelek-jelekin Naya, biar kamu benci sama Naya, itu gambaran saya sih melihat dari kejadian beberapa kali di pabrik," terang Alex. Deg! Semua ucapan Alex seketika tergambar di otak Reza, ia paham maksud Alex. "Tapi Naya gak pernah cerita," ujar Reza. "Dia yang gak mau cerita atau kamu yang gak mau dengerin dia?" ucap Alex membalikkan ucapan Reza membuat Reza seketika mematung, dirinya memang tidak pernah mau mendengarkan Naya dulu. "Sudahlah Lex, saya pusing," ucap Reza tiba-tiba sambil memijit pelipisnya, terlalu banyak beban di pikirannya. "Gak bisa Reza, kamu harus tau yang sebenar-benarnya biar kamu gak nyalahin Naya terus. Lihat aja setelah ini kita kembali ke pabrik, saya akan pecat tiga orang langsung. Saya udah cek cctv tadi," tegas Alex membuat Reza mengangguk. "Saya tuh bingung mau nyalahin Mama Lex, soalnya dari awal saya datang Mama baik sama saya Lex, jadinya bingung mau gimana," "Nah itu, kebingungan kamu itu yang buat rumah tangga kamu hancur," tegas Alex. "Sekarang kamu pengen sama Naya, tapi kamu gak bisa adil, ya sama aja Za, percuma Naya itu perempuan dan perempuan itu sangat perasaan, masa sakit hatinya di tahan terus demi memperhankan kamu. Gak banget sih Za, saat dia berusaha mempertahankan rumah tangga kalian, kamu malah yang menghancurkannya," lanjut Alex menyadarkan Reza. "Iya sih, saya yang salah terlalu menyalahkan Naya," jawab Reza sambil menghela nafas panjang. "Sekarang gini deh Reza, ini terakhir banget ya saya bilangin coba tegas dan selidiki bener gak Ibu kamu itu cuma manfaatin kamu doang, jujur nih ya kalo ngikutin hati, saya juga pengen hajar kamu, sama yang kayak Silvi lakuin tadi. Tapi balik lagi saya tahu kamu juga korban disini, makanya saya bilang tegas, cari bukti, kalo mau masih menginginkan Naya ya, kalo gak ya udah buat saya juga gak apa-apa," lanjut Alex dengan santainya membuat Reza langsung melotot.Semua ucapan Alex seketika tergambar di otak Reza, ia paham maksud Alex. "Tapi Naya gak pernah cerita," ucap Alex. "Dia yang gak mau cerita atau kamu yang gak mau dengerin dia?" ucap Alex membalikkan ucapan Reza membuat Reza seketika mematung, dirinya memang tidak pernah mau mendengarkan Naya dulu. "Sudahlah Lex, saya pusing," ucap Reza tiba-tiba sambil memijit pelipisnya, terlalu banyak beban di pikirannya. "Gak bisa Reza, kamu harus tau yang sebenar-benarnya biar kamu gak nyalahin Naya terus. Lihat aja setelah ini kita kembali ke pabrik, saya akan pecat tiga orang langsung. Saya udah cek cctv tadi," tegas Alex membuat Reza mengangguk. "Saya tuh bingung mau nyalahin Mama Lex, soalnya dari awal saya datang Mama baik sama saya Lex, jadinya bingung mau gimana," "Nah itu, kebingungan kamu itu yang buat rumah tangga kamu hancur," tegas Alex. "Sekarang kamu pengen sama Naya, tapi kamu gak bisa adil, ya sama aja Za, percuma Naya itu perempuan dan perempuan itu sangat perasaan, m
Ceklek! Reza keluar dengan koper yang sudah rapi di tangannya, Neni yang melihat itu seketika panik. "Kamu mau kemana, Nak? Udah malem," tanya Neni, tapi Reza malah menghela nafas panjang. "Mau nenangin diri dulu Ma, terlalu banyak masalah yang datang tiba-tiba, apa takdir emang gak mengizinkan aku untuk bahagia apa ya?" ucapan Reza membuat Neni seketika diam lalu menggeleng. "Gak Nak, kamu gak usah mikir macem-macem kamu istirahat aja, pasti capek kan seharian, Mama masak nih buat kamu," lanjut Neni berusaha menenangkan Reza, tapi Reza malah menggeleng. "Maaf Ma, untuk sekarang kayaknya Reza harus nenangin diri dulu, udah terlalu stres," tegas Reza lalu ia berjalan melewati Neni. "Pak, bapak beneran pergi maafin aku," ucap Nova saat melihat Reza hampir keluar dari pintu. Reza berhenti sejenak tanpa melihat Nova. "Aku yang pergi aja," lanjut Nova membuat Reza menoleh ke samping. "Apapun ceritanya kamu harus pergi sih dari sini!" tegas Reza lalu ia kembali melangkah keluar. Mel
Keesokan harinya, Alex sudah rapi hendak berangkat ke kantor. Baru saja ia keluar dari kamarnya tiba-tiba ia melihat Reza sedang melamun di ruang tamu. "Reza," panggil Alex membuat Reza langsung kaget. "Hum," Reza menoleh. "Gak ngantor?" tanya Alex sambil merapikan kancing kemejanya. "Saya bingung Lex, saya pengen ketemu Naya, tapi udah gak bisa, saya nggak mood ngantor," jawab Reza membuat Alex seketika diam, sebenarnya ada rasa kasihan di hatinya, tapi balik lagi Reza tetaplah laki-laki yang seharusnya bisa mempertimbangkan mana yang baik dan mana yang buruk. "Untuk saat ini mungkin jangan dulu, kasih Naya waktu jangan kamu cecer terus, kasian dia," usul Alex membuat Reza semakin bingung. "Tap-" "Gak apa-apa deh, besok saya ke pabrik demi kamu, ntar saya fotoin kalo ada naya di sana," potong Alex, ia malas berdebat dengan Reza yang masih mementingkan kepentingannya sendiri. "Ngantor gih, jangan sampai kantor hancur gara-gara kamu, buktikan kalo kamu itu bertanggung jawab, soal
Disisi lain, Naya setelah keluar dari pabrik Naya naik angkot sekitar 10 menit lalu ia turun di halte. Setelahnya Naya berjalan sambil melihat-lihat lowongan kerja. Hampir setengah jam ia berjalan Naya berjalan namun ia belum menemukan satupun lowongan pekerjaan yang menerimanya yang hanya lulusan SMA. Hingga akhirnya ia melihat rumah makan yang terlihat ramai sekali pengunjung. "Nyoba ke sana kali ya, bismillah dulu aja," gumam Naya lalu berjalan menuju rumah makan tersebut. "Mbak maaf, saya mau nanya apakah disini ada lowongan pekerjaan?" tanya Naya pada salah satu petugas rumah makan tersebut. "Oh iya Mbak, kebetulan ada kita lagi butuh dua orang," jawab perempuan berjilbab pink tersebut membuat Naya langsung menghela nafas lega. "Alhamdulillah," gumamnya. "Mbak mau kerja disini?" tanya wanita tersebut, dengan cepat Naya mengangguk sambil tersenyum. "Mari saya antarkan ketemu Pak Deni pemilik rumah makan ini," ajak perempuan tersebut yangd dibalas anggukan oleh Naya. "Naya,"
Berbeda dengan Naya, Reza justru tidak bisa fokus sama sekali dengan kerjaannya di kantor. Bawaannya terus melamun memikirkan bagaimana cara supaya bisa kembali bertemu dengan Naya.'Apa aku ke kosan Naya aja ya?' gumamnya dalam hati, ada rasa rindu yang membuncah di hatinya. Tok! Tok! Tok!Ceklek Tiba-tiba pintu terbuka membuat Reza langsung menoleh ke arah pintu. "Mama," gumamnya, Neni yang melihat Reza langsung tersenyum lalu mendekati anaknya tersebut."Lagi kerja ya, Nak?" tanya Neni. "Iya Ma," jawab Reza singkat. "Ini Mama bawain makan siang buat kamu, pulang ke rumah ya, Mama kangen kalo gak ada kamu," bujuk Neni membuat Reza langsung memijit pelipisnya."Untuk pulang gak dulu deh Ma, aku butuh ketenangan," jawab Reza membuat Neni langsung menahan kesal. "Tapi adik kamu butuh biaya sekolah," lanjut Neni."Bukannya aku udah transfer uang ke rekening Mama ya seminggu yang lalu?" tanya Reza bingung. "Em … iya, kamu udah transfer tapi Sarah katanya ada praktikum segala macam, Mama
Deg! Reza mematung sejenak melihat kotak kosong itu. Reza kembali memasukkan semua sampah ke dalam kotak lalu ia menaruh kembali kotak itu di atas lemari seperti sedia kala. 'Kemana semua akta sama berkas-berkas peninggalan Papa? Apa mungkin di kamar Mama ya?" gumam Reza bertanya-tanya, tanpa membuang waktu ia langsung keluar dari kamar Papanya berniat masuk ke dalam kamar Mamanya. Baru beberapa langkah ia dari kamar, tiba-tiba Reza mendengar suara orang ngobrol dari arah teras. "Oh no, mereka pulang," gumamnya pelan, detik kemudian Reza teringat kunci masih menempel di pintu. Dengan cepat Reza berlari ke pintu untuk mengambil kuncinya lalu Reza mencari tempat sembunyi. "Huh … akhirnya pulang juga Ma, panas banget," keluh Sarah meletakkan semua belanjaan di meja lalu menghempaskan tubuhnya di sofa. "Panas … panas kamu yang lama milih-milih barang di mall, liat nih struknya sampe panjang gini," bantah Neni, Reza yang bersembunyi di kamarnya langsung menghembuskan nafas kasar mend
Sore hari, Silvi pulang ke kosannya,saat berjalan menuju kosannya tiba-tiba ia di panggil oleh Ibu-ibu yang sedang nongkrong di warung. "Eh neng Silvi, mau nanya dong? Itu suaminya si Naya kemana sih? Kok dia numpang mulu sama Neng Silvi?" tanya Ibu-ibu tersebut membuat Silvi langsung memutar mata malas. "Pentingnya apa sih Bu, ngurusin hidupnya orang? Lagian Naya gak bikin kalian bangkrut kan kalo dia gak berkabar," tanya Silvi dengan nada tidak suka. *Bukan ngurusin Neng, cari tahu aja soalnya itu si Naya di kosan kamu mul.u, kan takut bikin aib," timpal Ibu-ibu yang di sebekah Bu Ida. "Haduh … ya udah deh Bu, saya mau ke kosan dulu buka puasa, lagi puasa soalnya gak boleh gibah tar gak ada yang sah," bohong Silvi lalu ia kembali berjalan menuju kosannya. "Sombong amat, puasa gitu aja di bilang-bilang," ujar para Ibu-ibu yang tidak di hiraukan oleh Silvi. Tok! Tok! Tok! "Nay," panggil Silvi membuat Naya yang sedang menyetrika langsung beranjak dari duduknya untuk membu
"Udah ikhlasin, ayo masuk," ajak Silvi yang dibalas anggukan oleh Naya lalu mereka berangkat menuju kontrakan yang tidak begitu jauh dari tempat mereka sekarang.Sekitar 5 menit, akhirnya mereka sampai di kontrakan yang sudah mereka booking tadi malam. "Wah … ini kontrakannya, Vi?" tanya Naya yang dibalas anggukan oleh Silvi. "Bagus," puji Naya membuat Silvi terkekeh. "Bayarannya juga lumayan sih hehe," jawab Silvi cengengesan membuat Naya terkekeh. "Ya udah yuk susun barang, aku mau kerja hari ini hari pertama," ucap Naya lalu ia mulai menurunkan barang-barangnya. "Gak usah kerja dulu sih, aku juga gak kerja nih," ajak Silvi membuat Naya langsung melotot. "Gila kali kamu ya, baru kemaren diterima udah ngelunjak, gak … gak, aku tetap kerja," tegas Naya lalu ia mulai memasukkan barang-barang mereka ke dalam kontrakan sedangkan Silvi masih ngobrol dengan Mika di depan. Hari menunjukkan pukul 7.30 Naya dan Silvi sudah selesai beres-beres, Naya langsung mengganti pakaiannya lal
"Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng
Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante
Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y
[Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d
"Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran
Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse
Setelah Dokter pulang Reza belum kunjung sadar membuat rasa takut dan panik masih menghantui Naya dan yang lainnya. Tidak beberapa lama kemudian terdengar suara mobil terparkir di halaman. "Siapa yang datang Rey?" tanya Naya, Rey langsung melihat ke arah jendela. "Bang Alex, Kak." jawab Rey membuat Naya mangut-mangut. "Assalamualaikum, waduh rame banget ini, ada apa?" ucap Alex yang sudah berdiri diambang pintu kamar membuat yang lain menoleh. "Walaikumsalam." "Eh … kenapa ini? Reza kenapa?" tanya Alex bingung. "Pingsan Kak." "Hah? Kok bisa?" tanya Alex lagi. "Gak tau tadi lagi berdua doang disini sama Zahra, tiba-tiba aku datang Kak Reza udah gak sadarkan diri di tambah Zahra duduk di dadanya." terang Naya membuat Alex kaget sekaligus lucu mendengarnya. "Zahra mana?" "Tuh." tunjuk Naya, Zahra yang sedang asik dengan bonekanya tidak menyadari Alex sudah di dekatnya. "Zahra …" "Ha …" sahut Zahra sambil mendongak membuat Alex gemas lalu mencubit pipi gembul itu.
Keesokan harinya Naya bangun terlebih dahulu, ia melihat Reza masih tidur pulas. Tanpa membuang waktu ia langsung mengerjakan tugasnya sebagaimana ia seorang istri. Pukul 5.30 Naya mendekati Reza pelan-pelan ia mulai membangunkan suaminya itu. "Kak ..." panggil Naya sambil menggoyang-goyangkan tangan Reza membuat sang empu mulai terusik kemudian membuka matanya. "Hem." dehem Reza lalu ia bangkit dari ranjang menunaikan ibadah sholat subuh. Sedangkan Naya yang melihat itu hanya bisa menghela nafas panjang lalu ia memilih keluar dari kamar. 15 menit kemudian Reza sudah selesai melakukan sholat, ia bangkit lalu melihat ke arah ranjang Zahra. Dan benar saja anak kecil itu sudah duduk disana membuat bibir Reza tersenyum lalu ia menggendong Zahra. "Anak kecil udah bangun?" ucap Reza membuat Naya mengusap-usap wajahnya. "Ayo kita cuci muka dulu biar gak ngantuk lagi." lanjut Reza lalu ia membawa Zahra ke kamar mandi mengusap air ke wajah Zahra. Hal itu membuat Zahra sedikit kaget kar
Tiba-tiba saja air mata Naya semakin deras memastikan yang didepannya itu adalah RezaBegitu Reza sangat dekat Naya bahu Naya kembali bergetar hebat seolah-olah memberitahu jika dirinya tidak sedang baik-baik saja."Hiks ... Kakak ..." pinta Naya selirih mungkin membuat laki-laki itu membuka kacamatanya lalu menatap Naya bingung."Kakak baik-baik aja kah?""Kamu siapa ya?"Jleb!Naya langsung luruh ke lantai ia tidak bisa lah menopang tubuhnya."Eh ... Kenapa kamu malah duduk? Apa kamu mengenal saya?" tanya Reza membuat Naya tidak bisa menjawab apa-apa lagi."Eh Bu ... Kenapa ini?" tiba-tiba security menghampiri Naya yang duduk di lantai."Mbak kenapa ayo saya bantu berdiri saya antarkan pulang ya Mbak." ucap satpam tersebut karena ia sudah benar-benar kasihan sama Naya.Naya hanya diam dibantu security tersebut untuk berdiri matanya terus menatap Reza tapi lidahnya sudah kaku dan kelu."Ayo Mbak jangan begini terus setiap hari kasian keluarga Mbak." nasehat security tersebut."Saya b