Share

Patung Keramat – 10

Dewi Awan Putih tercekat mendengar kata-kata Bunda Dewi itu. Wajahnya kembali pucat tidak berdarah. “Bunda Dewi...” ucapnya tersendat. “Mungkinkah... Mungkinkah aku bisa melupakan pemuda itu? Kasih sayang, cinta tulusku terhadapnya telah terpendam di lubuk hati, menjadi satu dalam aliran darahku. Berada dalam setiap tarikan nafasku. Ke mana mataku memandang, wajahnya yang terlihat. Hai...”

Bunda Dewi tersenyum. “Dengar baik-baik Hai Dewi Awan Putih. Kita para Dewi tidak mengenal dan tidak boleh mengenal kasih sayang atau cinta tulus terhadap makhluk di bumi. Terhadap manusia di Negeri Jin saja hal itu sudah merupakan satu pantangan besar yang jika dilanggar sangat mengerikan akibatnya. Apalagi pemuda itu konon datang dari negeri manusia. Satu negeri yang tidak kita kenal. Ingat ketika pertama kali dia dan kawan-kawannya muncul di sini? Sosok mereka tidak lebih besar dari jari kaki kita...!”

Dewi Awan Putih, Dewi yang memiliki sepasan

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status