EMPAT orang berpakaian hitam itu duduk mengelilingi perapian. Udara malam memang dingin sekali. Apalagi mereka berada di satu pedataran tinggi dan sore tadi hujan turun lebat.
"Terus terang aku tidak suka dengan apa yang kita lakukan sekarang ini. Kita telah menyalahi Perintah Sang Junjungan, Raja Diraja Segala Jin di Negeri Jin ini!" Berucap orang berpakaian hitam yang duduk bersandar ke satu gundukan batu besar, agak jauh dari perapian. Namanya Patuding.
"Kerabatku, apa yang perlu kita cemaskan. Tugas telah kita jalankan dengan baik. Apa yang dicari sudah berada di tangan kita. Mengapa perlu cepat-cepat kembali ke Istana Surga Dunia?" Menjawab salah satu dari tiga orang yang duduk di depan perapian. Dia bertindak selaku pimpinan dalam rombongan itu dan bernama Pajohor.
"Justru begitu Perintah Sang Junjungan, begitu yang harus kita lakukan! Tak ada celah sedikitpun untuk dilanggar!" Orang pertama berkata dengan nada mulai keras.
"Kerabatku Patuding, aku
"Benar-benar kakek nenek gila! Kawan-kawan, lekas singkirkan dua tua bangka ini!" Perintah Pajohor.Dua orang membekal parang yakni Pawulus dan seorang kawannya bernama Pasendu menghunus senjatanya. Tanpa banyak bicara lagi mereka segera menyerang Jin Selaksa Angin dan Jin Terjungkir Langit. Begitu yang dua ini menyerbu, dua lainnya yakni Patuding dan Pajohor segera membuat siasat. keduanya secepat kilat berkelebat, lari dan sengaja berpencar.Dua kaki Jin Terjungkir Langit bergerak.Dua tangan Jin Selaksa Angin tak tinggal diam."Bukkk!""Bukkk!"Pawulus dan Pasendu yang menyerang dengan parang menjerit keras, terpental lalu terbanting ke tanah tak berkutik lagi. Yang satu tewas dengan dada remuk akibat dimakan jotosan Ruhpingitan sedang kawannya menggeletak dengan leher hampir tanggal dijepit dua kaki Jin Terjungkir Langit.Dua orang yang melarikan diri dan sengaja berpencar tersentak kaget hentikan lari masing-masing ketika t
JIN MUKA SERIBU memandang seputar ruangan besar berbentuk segi enam. Masing-masing dinding ruangan dicat dengan warna berlainan sementara atap ruangan yang menyerupai kubah diberi cat berwarna merah muda. Satu-satunya pintu masuk ke ruangan segi enam ini adalah sebuah pintu berbentuk gapura yang terletak di dinding yang berwarna merah. Empat buah hiasan berupa singa berkepala dua terbuat dari perunggu tergantung di langit-langit ruang segi enam yang terletak di lantai Kedua bangunan Istana Surga Dunia itu. Jin Muka Seribu menamakan ruangan segi enam ini Ruang Seribu Kehormatan.Disinilah direncanakan semua tokoh undangan pertemuan besar pada hari lima belas bulan dua belas mendatang akan dipersilahkan duduk.Wajah Jin Muka Seribu depan belakang tampak berseri-seri. Saat itu di sebelah kirinya berdiri Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Sementara di sisi kanan tegak gadis cantik bernama Ruhkinki. Gadis ini adalah salah satu gadis kesayangan Jin Muka Seribu. Boleh dikatakan k
"Percayakan padaku Hai Sang Junjungan. Aku berpikir, ada baiknya aku berangkat sekarang saja. tidak perlu menunggu sampai siang nanti. "Saat itu tiba-tiba terdengar suara genta yang entah dari mana asalnya. Semua orang yang ada di mangan itu sama memalingkan kepala ke arah pintu di dinding merah dari mana terdengar langkah-langkah mendatangi.Tak lama kemudian muncullah seseorang memanggul sosok yang mengenakan pakaian hitam lekat licin seolah menempel ke tubuhnya. Masih dengan memanggul sosok hitam licin itu, orang yang datang menjura memberi hormat pada Jin Muka Seribu yang saat itu tegak tak bergerak. Hanya sepasang matanya membeliak besar dan empat wajahnya yang tadi berupa wajah lelaki gagah separuh baya, kini membayangkan berubah menjadi empat wajah tua seorang kakek pucat pasi, pertanda Sang Junjungan berada dalam kaget besar."Pasedana!" seru Jin Muka Seribu menyebut nama lelaki yang memanggul sosok licin hitam. "Kau adalah salah seorang anggota rombong
"Terima kasih Hai Sang Junjungan," kata Pasedana jadi lega dan gembira seraya menjura hormat. Jin Muka Seribu melangkah mendekati mayat Jin Lintah Hitam masih dengan tertawa-tawa. Dia mengusap mulut raksasanya di sebelah depan lalu berkata. "Sendok Pemasung Nasib yang asli pasti ada dalam perutnya! Jin Lintah Hitam pasti telah menyelamatkan sendok emas sakti itu dengan jalan menelannya!"Habis berkata begitu Jin Muka Seribu gerakkan tangan kanannya."Sreettt!" terdengar suara berkeresetan lima kali berbarengan. Bersamaan dengan itu lima jari tangan Jin Muka Seribu berubah menjadi sangat besar dan diujung kelima jari itu mencuat kuku-kuku berwarna hitam, berbenfuk pisau runcing dan tajam!Sebelum semua orang yang ada di tempat itu bisa menduga apa yang hendak dilakukan Jin Muka Seribu, penguasa Istana Surga Dunia ini tiba-tiba membungkuk. Tangan kanannya bergerak laksana kilat."Breettt!"Semua orang yang ada di tempat itu melengak dingin tengkuk ma
"Aku pernah mendengar nama Keduanya. Aku bahkan tahu dimana harus mencari nenek keparat itu! Sang Junjungan, izinkan aku mencari Kedua orang itu untuk menuntut balas!"Jin Muka Seribu menyeringai. "Kau anak baik! Yang tahu bagaimana membalas budi orang tua! Tapi kau tak usah bersusah diri menghabiskan waktu dan tenaga mencari kedua orang itu. Tenagamu diperlukan di sini untuk menghadapi hari lima belas bulan dua belas. Kedua orang itu kelak akan muncul memenuhi undanganku. Pada saat itulah kita akan menghajar dan mengirimnya ke alam roh! Aku akan memastikan kematian mereka lebih mengerikan dari nasib yang menimpa diri ayahmu!"Mendengar ucapan Jin Muka Seribu itu Pakembangan tak bisa berbuat apa-apa walau niatnya membalas dendam saat itu seperti hendak membakar dirinya. Pemuda ini tundukkan kepala, kepalkan dua tinjunya lalu saking geramnya dia hantamkan tangan kanannya ke dada sendiri seraya berteriak keras seolah berusaha melepas bendungan amarah!Jin Muka Ser
Malam itu hujan turun cukup lebat. Di atas bukit batu, Istana Surga Dunia baik di dalam maupun di sebelah luar terbungkus oleh hitamnya kegelapan. Sesekali jika kilat menyambar baru kelihatan istana itu dalam bentuknya yang putih angker. Udara dingin di luaran menembus masuk sampai ke dalam istana.Di satu sudut gelap halaman belakang Istana Surga Dunia seseorang berpakaian hijau pekat berjalan cepat melewati sebuah gapura kecil. Dengan gerakan enteng dia melompati tembok setinggi dada lalu menyelinap ke balik sebuah patung batu berbentuk seekor singa berkepala dua.Di balik patung singa ini rupanya telah menunggu seorang berpakaian hitam. Dari wajah serta lekuk tubuhnya jelas dia adalah seorang gadis. Di Negeri Jin gadis ini dikenal dengan nama Ruhtinti. Dulunya dia merupakan seorang pembantu yang dijadikan mata-mata oleh Jin Muka Seribu. Dalam Episode yang lalu diceritakan bagaimana Dewi Awan Putih mendapat Perintah untuk membenam dengan lahar panas dari Gunung Patin
DI LORONG yang menuju pintu ruang penyimpanan barang-barang pusaka hanya ada dua obor yang menyala. Pertama dijalan masuk, Kedua di samping pintu ruangan, seperti biasanya dua belas pengawal tetap ada di sepanjang lorong berjaga-jaga.Para pengawal ini serta merta memutar kepala masing-masing ke arah jalan masuk ketika mereka mendengar ada suara langkah-langkah halus mendatangi disertai munculnya bayang-bayang seseorang di dinding lorong."Ruhkinki!" pengawal di paling ujung yang merupakan pimpinan dari selusin pengawal yang ada di tempat itu menegur. "Ada apa kau datang ke sini. Kau muncul seorang diri. Apa kau lupa aturan bahwa ruangan ini hanya bisa dimasuki jika Sang Junjungan Jin Muka Seribu ikut hadir?! Apa kau lupa ini adalah kawasan terlarang bagi siapapun?!""Aku tahu aturan! Aku juga sadar ini adalah kawasan terlarang! Dengar, Jin Muka Seribu sedang tidak enak badan. Sang Junjungan sendiri yang memberi Perintah padaku untuk mengambil sesuatu dari dalam
Jin Muka Seribu terlonjak kaget dan marah ketika seorang pengawal menemuinya, memberi laporan apa yang terjadi di lorong Ruang Penyimpanan Barang Pusaka. Empat wajah di kepalanya langsung berubah menjadi wajah-wajah raksasa garang beringas. Diikuti beberapa pengawal dia berlari menuju lorong di bagian belakang istana itu.Seperti yang dilaporkan Jin Muka Seribu menemukan dua belas pengawal bergeletakan di lantai lorong. Muka mereka kelihatan merah sedang bibir membiru. Menerima kabar dan melihat sendiri kejadian yang menimpa dua belas pengawal itu sudah merupakan kejutan besar bagi Sang Penguasa Istana Surga Dunia. Rasa terkejutnya jadi berlipat ganda ketika dia melihat keadaan muka dan tubuh pengawal itu."Bubuk Penjungkir Syaraf! Pengawal-pengawal ini menemui ajal akibat bubuk maut itu! Kurang ajar! Bagaimana mungkin ada orang mempergunakan bubuk rahasia itu! Kurang ajar! Siapa yang punya pekerjaan! Siapa berani melakukan perbuatan gila ini di depan mata hidung