"Percayakan padaku Hai Sang Junjungan. Aku berpikir, ada baiknya aku berangkat sekarang saja. tidak perlu menunggu sampai siang nanti. "
Saat itu tiba-tiba terdengar suara genta yang entah dari mana asalnya. Semua orang yang ada di mangan itu sama memalingkan kepala ke arah pintu di dinding merah dari mana terdengar langkah-langkah mendatangi.
Tak lama kemudian muncullah seseorang memanggul sosok yang mengenakan pakaian hitam lekat licin seolah menempel ke tubuhnya. Masih dengan memanggul sosok hitam licin itu, orang yang datang menjura memberi hormat pada Jin Muka Seribu yang saat itu tegak tak bergerak. Hanya sepasang matanya membeliak besar dan empat wajahnya yang tadi berupa wajah lelaki gagah separuh baya, kini membayangkan berubah menjadi empat wajah tua seorang kakek pucat pasi, pertanda Sang Junjungan berada dalam kaget besar.
"Pasedana!" seru Jin Muka Seribu menyebut nama lelaki yang memanggul sosok licin hitam. "Kau adalah salah seorang anggota rombong
"Terima kasih Hai Sang Junjungan," kata Pasedana jadi lega dan gembira seraya menjura hormat. Jin Muka Seribu melangkah mendekati mayat Jin Lintah Hitam masih dengan tertawa-tawa. Dia mengusap mulut raksasanya di sebelah depan lalu berkata. "Sendok Pemasung Nasib yang asli pasti ada dalam perutnya! Jin Lintah Hitam pasti telah menyelamatkan sendok emas sakti itu dengan jalan menelannya!"Habis berkata begitu Jin Muka Seribu gerakkan tangan kanannya."Sreettt!" terdengar suara berkeresetan lima kali berbarengan. Bersamaan dengan itu lima jari tangan Jin Muka Seribu berubah menjadi sangat besar dan diujung kelima jari itu mencuat kuku-kuku berwarna hitam, berbenfuk pisau runcing dan tajam!Sebelum semua orang yang ada di tempat itu bisa menduga apa yang hendak dilakukan Jin Muka Seribu, penguasa Istana Surga Dunia ini tiba-tiba membungkuk. Tangan kanannya bergerak laksana kilat."Breettt!"Semua orang yang ada di tempat itu melengak dingin tengkuk ma
"Aku pernah mendengar nama Keduanya. Aku bahkan tahu dimana harus mencari nenek keparat itu! Sang Junjungan, izinkan aku mencari Kedua orang itu untuk menuntut balas!"Jin Muka Seribu menyeringai. "Kau anak baik! Yang tahu bagaimana membalas budi orang tua! Tapi kau tak usah bersusah diri menghabiskan waktu dan tenaga mencari kedua orang itu. Tenagamu diperlukan di sini untuk menghadapi hari lima belas bulan dua belas. Kedua orang itu kelak akan muncul memenuhi undanganku. Pada saat itulah kita akan menghajar dan mengirimnya ke alam roh! Aku akan memastikan kematian mereka lebih mengerikan dari nasib yang menimpa diri ayahmu!"Mendengar ucapan Jin Muka Seribu itu Pakembangan tak bisa berbuat apa-apa walau niatnya membalas dendam saat itu seperti hendak membakar dirinya. Pemuda ini tundukkan kepala, kepalkan dua tinjunya lalu saking geramnya dia hantamkan tangan kanannya ke dada sendiri seraya berteriak keras seolah berusaha melepas bendungan amarah!Jin Muka Ser
Malam itu hujan turun cukup lebat. Di atas bukit batu, Istana Surga Dunia baik di dalam maupun di sebelah luar terbungkus oleh hitamnya kegelapan. Sesekali jika kilat menyambar baru kelihatan istana itu dalam bentuknya yang putih angker. Udara dingin di luaran menembus masuk sampai ke dalam istana.Di satu sudut gelap halaman belakang Istana Surga Dunia seseorang berpakaian hijau pekat berjalan cepat melewati sebuah gapura kecil. Dengan gerakan enteng dia melompati tembok setinggi dada lalu menyelinap ke balik sebuah patung batu berbentuk seekor singa berkepala dua.Di balik patung singa ini rupanya telah menunggu seorang berpakaian hitam. Dari wajah serta lekuk tubuhnya jelas dia adalah seorang gadis. Di Negeri Jin gadis ini dikenal dengan nama Ruhtinti. Dulunya dia merupakan seorang pembantu yang dijadikan mata-mata oleh Jin Muka Seribu. Dalam Episode yang lalu diceritakan bagaimana Dewi Awan Putih mendapat Perintah untuk membenam dengan lahar panas dari Gunung Patin
DI LORONG yang menuju pintu ruang penyimpanan barang-barang pusaka hanya ada dua obor yang menyala. Pertama dijalan masuk, Kedua di samping pintu ruangan, seperti biasanya dua belas pengawal tetap ada di sepanjang lorong berjaga-jaga.Para pengawal ini serta merta memutar kepala masing-masing ke arah jalan masuk ketika mereka mendengar ada suara langkah-langkah halus mendatangi disertai munculnya bayang-bayang seseorang di dinding lorong."Ruhkinki!" pengawal di paling ujung yang merupakan pimpinan dari selusin pengawal yang ada di tempat itu menegur. "Ada apa kau datang ke sini. Kau muncul seorang diri. Apa kau lupa aturan bahwa ruangan ini hanya bisa dimasuki jika Sang Junjungan Jin Muka Seribu ikut hadir?! Apa kau lupa ini adalah kawasan terlarang bagi siapapun?!""Aku tahu aturan! Aku juga sadar ini adalah kawasan terlarang! Dengar, Jin Muka Seribu sedang tidak enak badan. Sang Junjungan sendiri yang memberi Perintah padaku untuk mengambil sesuatu dari dalam
Jin Muka Seribu terlonjak kaget dan marah ketika seorang pengawal menemuinya, memberi laporan apa yang terjadi di lorong Ruang Penyimpanan Barang Pusaka. Empat wajah di kepalanya langsung berubah menjadi wajah-wajah raksasa garang beringas. Diikuti beberapa pengawal dia berlari menuju lorong di bagian belakang istana itu.Seperti yang dilaporkan Jin Muka Seribu menemukan dua belas pengawal bergeletakan di lantai lorong. Muka mereka kelihatan merah sedang bibir membiru. Menerima kabar dan melihat sendiri kejadian yang menimpa dua belas pengawal itu sudah merupakan kejutan besar bagi Sang Penguasa Istana Surga Dunia. Rasa terkejutnya jadi berlipat ganda ketika dia melihat keadaan muka dan tubuh pengawal itu."Bubuk Penjungkir Syaraf! Pengawal-pengawal ini menemui ajal akibat bubuk maut itu! Kurang ajar! Bagaimana mungkin ada orang mempergunakan bubuk rahasia itu! Kurang ajar! Siapa yang punya pekerjaan! Siapa berani melakukan perbuatan gila ini di depan mata hidung
HUJAN mulai reda ketika Ruhkinki kembali menemui Runtinti di sudut gelap halaman belakang Istana Surga Dunia. "Aku berhasil!" kata gadis berkulit hitam manis bertubuh kencang itu seraya menyodorkan Sendok Pemasung Nasib di tangan kanannya. Begitu sendok emas berpindah tangan, diterima oleh Ruhtinti, dia berkata. "Lekas tinggalkan tempat ini!"Saat itu Bintang sudah berada di samping Ruhtinti dan bertanya. "Bagaimana dengan kau? Tidak ikut beserta kami sekarang juga?""Seperti yang sudah diatur, aku tetap di Istana Surga Dunia sampai hari lima belas bulan dua belas mendatang.""Terima kasih Ruhkinki. Kami akan beri tahu Jin Terjungkir Langit dan istrinya. Betapa besar jasamu!"Ruhkinki tersenyum. Gadis ini memutar tubuh lalu berlari cepat ke arah Istana Surga Dunia. Pada saat dia hanya tinggal beberapa tombak saja dari pintu gerbang Istana tiba-tiba menggema suara genta. Bersamaan dengan itu bangunan besar istana yang tadi diselimuti kegelapan kini kelihat
Ruhtinti menarik tangan Bintang. Selagi pecahan batu kerikil yang ribuan banyaknya menghalangi pemandangan para pengawal Istana Surga Dunia, kedua orang itu pergunakan kesempatan untuk melarikan diri."Ruhtinti, aku tadi memang menghantam tiga batu besar itu dengan pukulan mengandung tenaga dalam tinggi. Tapi menurutku tiga batu itu tak mungkin bisa hancur demikian rupa. Pasti ada sesuatu.""Itu bukan batu biasa Bintang," menyahuti Ruhtinti sambil berlari cepat. Jin Muka Seribu sengaja membuatnya. Bagian dalam di isi semacam alat rahasia yang bisa dikendalikan dari tempat tersembunyi. Jika batu itu meledak, apa atau siapa saja yang ada di sekitarnya akan kena ditembus. Puluhan bahkan ratusan orang bisa menemui kematian. Kau menyaksikan sendiri tadi bagaimana para pengawal itu mati berkaparan ditembus kerikil pecahan batu.""Jin Muka Seribu benar-benar mahluk jahat luar biasa. Ruhtinti bagaimanapun aku tetap mengkhawatir- kan keselamatan Ruhkinki. Kau menga
RUHTINTI berlari sekencang yang bisa dilakukannya ke arah selatan dimana terdapat sebuah lembah teduh. Di lembah inilah Maithatarun dan Ruhrinjani menunggu bersama Bayu, Arya dan Betina Bercula. Sebenarnya jarak yang hendak dicapai tidak terlalu jauh. Namun di tengah jalan Ruhtinti diam-diam menyadari kalau dirinya ada yang menguntit. Karenanya gadis berotak tajam ini yang pernah menjadi mata-mata Jin Muka Seribu sengaja mengambil jalan berputar. Namun ternyata si penguntit masih tetap berada di belakangnya."Kalau dia bukan seorang berkepandaian tinggi pasti tidak mungkin dia selalu berada di belakangku. Lebih baik aku berhenti menghadapinya! Aku ingin tahu siapa orangnya?"Di satu jalan mendaki Ruhtinti akhirnya hentikan lari dan membalik sambil pasang kuda-kuda, siap Untuk menyerang. Suara orang bergelak tiba-tiba memenuhi tempat itu. Di lain kejap seorang berjubah Ungu muncul di hadapan si gadis."Pawungu!" membatin Ruhtinti begitu dia mengenali siapa adanya