Bintang pegang lengan Ruhtinti. Sambil memandang berkeliling dia berkata. "Keadaan di tempat ini aneh sekali. Barusan saja aku masih melihat matahari di langit dan cuaca terang benderang. Mengapa tahu-tahu di sini keadaan redup, matahari mendadak lenyap, udara berubah gelap seolah-olah siang telah berganti dengan malam. Atau saat ini hari sebenarnya memang telah malam? Aku menangkap suara jengkerik tiada henti di sekitar sini. Lalu ada suara kodok "
Disentuh lengannya begitu rupa membuat Ruhtinti jadi berdebar. Si gadis balas letakkan jari jari tangannya yang halus di atas tangan Bintang.
"lnilah kawasan yang kukatakan sedikit aman bagi kita Di luar sana sebenarnya hari masih siang. Tapi di sini siang malam sama saja. Suara jengkerik dan kodok tak pernah putus"
"Katamu ada sebuah goa Aku tidak melihat apa-apa," kata Bintang pula. Ruhtinti menunjuk pada tiga pohon besar yang tumbuh berdampingan.
"Di balik pohon besar sebelah kanan ada satu gundukan tanah t
"Katakanlah" jawab Bintang ketika Ruhtinti hentikan ucapannya. "Tapi harap kau duduk di lantai. Kalau kau duduk di pangkuanku rasanya aku tak bisa bernafas!" Ruhtinti tertawa. Dengan manja dia turun dari pangkuan Bintang, lepaskan rangkulannya dan duduk di lantai. Walau keadaan di dalam goa itu redup dan agak gelap namun Bintang masih bisa melihat bahwa saat itu di sebelah atas Ruhtinti tidak mengenakan apa-apa lagi. Dadanya yang polos kencang menantang. Senyumnya tidak berkeputusan dan sepasang matanya menatap tidak lepas-lepas dari wajah Bintang."Kau seperti berubah. Ada apa Ruhtinti?" tanya Bintang."Hai, aku terlalu bergembira, Bintang. Seperti kau katakan tadi aku ingat ada satu cara yang bisa membuat kita mampu keluar dari rimba belantara terkutuk ini!""Kalau begitu lekas kau katakan agar kita secepatnya berusaha melakukan," jawab Bintang. Bau harum yang merebak dari tubuh dan rambut si gadis membuat darah sang pendekar tambah bergejolak. Apalagi j
"Bintang!" Ruhtinti bangkit berdiri, menyambar pakaian daunnya lalu mengejar. Bintang sengaja menyembunyikan diri di tempat gelap, di antara dua batu besar dibalik serumpunan semak belukar. Di sekelilingnya suara jangkrik ditingkah suara kodok terdengar tidak berkeputusan. Sambil duduk Bintang genggam Pedang Pilar Bumi yang diletakkannya di pangkuannya."Ruhtinti, aku menaruh curiga. Jangan-jangan gadis itu menyembunyikan satu niat jahat. Mengapa dia tiba-tiba menunjukkan sikap jalang? Waktu bertemu pertama kali rambut dan tubuhnya tidak wangi. Tapi tadi baunya harum sekali. Dan bau harum itu merangsang darah di tubuhku. Di sengaja memakai minyak pemikat. Gila, hampir saja! Jika dia memang tahu rahasia keluar dari hutan terkutuk ini seharusnya...""Bintang!” Ksatria Pengembara tersentak. Memandang ke depan Ruhtinti tahu-tahu sudah tegak di hadapannya. Gadis ini telah mengenakan pakaian daunnya."Mungkin aku telah melakukan satu kesalahan besar. Aku... Aku
Bintang maklum selain memiliki ilmu hitam jahat si nenek juga menguasai ilmu silat dan kesaktian tinggi serta kelicikan tipu daya tak terduga. Karenanya dia bertekad untuk menghadapi Jin Santet Laknat habis-habisan.Dua gelombang angin menyapu kearahnya. Bintang membentak garang. Sesaat suara tiupan seruling lenyap. Sambil melompat ke atas dan jungkir balik di udara Bintang yang memegang Pedang Pilar Bumi di tangan kiri kembali meniup senjata itu. Kali ini dengan pengerahan hampir tiga perempat tenaga dalamnya! Bintang maklum sudah kelemahan ilmu hitam Jin Santet Laknat dalam menyirap kawasan rimba belantara Alas Diam Salawasan. Yaitu tidak sanggup bertahan dan buyar terhadap kekuatan bunyi yang dahsyat!Mungkin itu sebabnya dia tidak terlalu suka berada di kawasan sekitar goa yang selalu dihantui suara jangkrik dan kodok terus menerus. Walau suara-suara binatang itu tidak sampai membuyarkan ilmu hitamnya namun hatinya selalu tidak tentram jika telinganya mendengar sua
"Kau tidak ingin mengambil pedang dan menyentuh dadaku?! Aku kekasihmu!" Sosok di depan Bintang berucap. Dan saat itu Bintang benar-benar melihat sosok utuh serta wajah cantik Ruhcantik tegak, tersenyum di hadapannya dalam keadaan dada membusung putih dan polos. Selagi Bintang terpana tak bergerak seperti itu tiba-tiba di udara melesat cahaya biru dan “Wuttt!" Jin Santet Laknat pergunakan kelengahan lawan untuk menyerang. Api lblis Penjaring Roh Kembali melesat, menebar menjirat ke arah Ksatria Pengembara."Kau tak akan bisa lolos! Kali ini kau tak akan bisa menyelamatkan diri! Masuk ke dalam jaring! Masuk ke dalam jaring!" Suara Jin Santet Laknat mengiang aneh di telinga Bintang. Ternyata nenek jahat ini telah pergunakan ilmu kesaktiannya yang disebut Menyadap Suara Batin. Ucapannya itu masuk ke telinga Bintang, menyerap ke dalam otak dan hatinya. Antara sadar dan tidak Ksatria Pengembara kini bukan cuma berdiri diam, tapi malah melangkah maju seolah menyambut kedatang
"Aku tidak percaya pada pendengaranku! Bagaimana mungkin kau berbuat dan berucap seperti itu padaku?!" Bintang menyeringai."Sekarang aku yakin kau Ruhtinti betulan ""Aku tak mengerti. Memangnya ada apa ?" tanya si gadis."Kalau kau Ruhtinti jejadiannya Jin Santet Laknat, waktu aku katakan hendak meraba dadamu tadi pasti kau sudah membuka pakaianmu dan angsurkan diri!" Merahlah paras Ruhtinti.Nanti aku ceritakan bagaimana nenek keparat itu hendak mengelabuiku. Sekarang terangkah apa yang terjadi dengan dirimu." Bintang lalu menolong Ruhtinti bangkit dan duduk. Maka Ruhtinti lantas menuturkan."Malam tadi sewaktu kita berada dalam goa. Tiba tiba Jin Santet Laknat muncul. Dia menginjak ulu hatiku dengan kakinya hingga aku tidak sadar. Ketika tadi aku siuman kudapati diriku dicampakan si nenek di satu tempat tak jauh dari sini. Tubuhku terbungkus pakaianku sendiri yang dulu pernah sirna terkena sentuhan matahari. Selain pakaian ini, seperti kau liha
"Hemm. ... Dia berani menipuku, sekarang malah asyik bercinta dengan gadis bernama Ruhcinta itu! Kurang ajar! Kau bakal menerima pembalasanku Bintang! Aku setengah mati menelan tujuh puluh tujuh kibul ayam jantan! Penyakit kentutku ternyata tidak sembuh!""Butt..l prett!""Nek jangan salahkan sahabat kami! Jika mendengar kentutmu kurasa kau sudah hampir sembuh ""Hampir sembuh bagaimana! Apa kau tuli tidak mendengar aku masih kentut-kentut?!" bentak si nenek kepada Arya."Tunggu Nek," Bayu menyahuti."Kau memang masih kentut-kentut. Tapi apa kau tidak menghitung? Sekarang kentutmu jauh berkurang. Tidak terus-terusan seperti dulu. Lagi pula kalau dulu kentutmu panjang buuttt... buuuutttt. .. buuttt! Sekarang kau cuma kentut pendek-pendek saja. Butt! Dan sekali-sekali. Lalu ada tambahan Prett! Apa itu tidak berarti kau sudah hampir sembuh malah kentutmu terdengar indah lucu?!""lndah lucu bapak moyangmu! Aku tetap harus mencari pemuda itu! Kal
"Memangnya kenapa kau tanyakan kupingmu itu?!" bertanya Ruhkentut."Sesuai perjanjian, kuping itu untuk jadi jaminan bahwa kau bisa disembuhkan. Sekarang kau sudah bisa dikatakan sembuh. Lagi pula bukankah kita ini sekarang sudah bersahabat?" Arya berkata sambil tersenyum dan kedip-kedipkan matanya.Si nenek muka kuning tertawa masam. Dia meraba-raba pakaian kuningnya, mencari-cari disetiap sudut sosok tubuhnya. Meraba sampai di bawah perut si nenek berhenti. Matanya yang kuning menatap pada Arya lalu dikedipkan. Si nenek kemudian balikkan badannya sambil mengangkat pakaian kuningnya ke atas. Sesaat kemudian ketika dia kembali membalik, potongan kuping kanan Arya sudah berada di tangan kirinya."lni, kau ambillah kembali! Aku memang tidak butuh lagi kupingmu ini!" Arya menerima potongan kupingnya. Benda itu terasa hangat, basah dan bau pesing."Nek, kau letakkan di mana kupingku ini tadi ... ?" tanya Arya."Dasar tolol! Coba kau cium sendiri! Kau p
"Nenek muka burung gagak ini pasti telah mencuri Pedang sakti itu dari tangan Bintang! Mungkin juga Bintang telah dicelakainya!""Persetan dengan kalian semua! Menyingkirlah! Jangan berani menghadang! Apa lagi meminta Pedang Ini!Jin Selaksa Kentut alias Selaksa Angin batuk- batuk beberapa kali lalu butt... pret! Dia keluarkan angin dari bagian bawah tubuhnya.“Jahanam muka kuning! Dari tadi kau bertingkah kurang ajar! Beraninya kau kentut di hadapanku!” Bentak Jin Santet Laknat.“Memangnya ada aturan aku harus kentut dimana, Kapan dan dihadapan siapa?!" tukas Jin Selaksa Kentut dan tertawa cekikikan. Lalu kembali dia songgengkan pantatnya tapi sekali ini kentutnya tak bisa keluar!“Sialan!” maki si nenek muka kuning sambil tepuk-tepuk pantatnya sendiri tapi dengan senyum- senyum! Bayu kemudian menimpali.Masih mending nenek sahabatku ini cuma membuang kentut! Untung tadi dia tidak membuang kotoran di mukamu!" k