"Kau tidak ingin mengambil pedang dan menyentuh dadaku?! Aku kekasihmu!" Sosok di depan Bintang berucap. Dan saat itu Bintang benar-benar melihat sosok utuh serta wajah cantik Ruhcantik tegak, tersenyum di hadapannya dalam keadaan dada membusung putih dan polos. Selagi Bintang terpana tak bergerak seperti itu tiba-tiba di udara melesat cahaya biru dan “Wuttt!" Jin Santet Laknat pergunakan kelengahan lawan untuk menyerang. Api lblis Penjaring Roh Kembali melesat, menebar menjirat ke arah Ksatria Pengembara.
"Kau tak akan bisa lolos! Kali ini kau tak akan bisa menyelamatkan diri! Masuk ke dalam jaring! Masuk ke dalam jaring!" Suara Jin Santet Laknat mengiang aneh di telinga Bintang. Ternyata nenek jahat ini telah pergunakan ilmu kesaktiannya yang disebut Menyadap Suara Batin. Ucapannya itu masuk ke telinga Bintang, menyerap ke dalam otak dan hatinya. Antara sadar dan tidak Ksatria Pengembara kini bukan cuma berdiri diam, tapi malah melangkah maju seolah menyambut kedatang
"Aku tidak percaya pada pendengaranku! Bagaimana mungkin kau berbuat dan berucap seperti itu padaku?!" Bintang menyeringai."Sekarang aku yakin kau Ruhtinti betulan ""Aku tak mengerti. Memangnya ada apa ?" tanya si gadis."Kalau kau Ruhtinti jejadiannya Jin Santet Laknat, waktu aku katakan hendak meraba dadamu tadi pasti kau sudah membuka pakaianmu dan angsurkan diri!" Merahlah paras Ruhtinti.Nanti aku ceritakan bagaimana nenek keparat itu hendak mengelabuiku. Sekarang terangkah apa yang terjadi dengan dirimu." Bintang lalu menolong Ruhtinti bangkit dan duduk. Maka Ruhtinti lantas menuturkan."Malam tadi sewaktu kita berada dalam goa. Tiba tiba Jin Santet Laknat muncul. Dia menginjak ulu hatiku dengan kakinya hingga aku tidak sadar. Ketika tadi aku siuman kudapati diriku dicampakan si nenek di satu tempat tak jauh dari sini. Tubuhku terbungkus pakaianku sendiri yang dulu pernah sirna terkena sentuhan matahari. Selain pakaian ini, seperti kau liha
"Hemm. ... Dia berani menipuku, sekarang malah asyik bercinta dengan gadis bernama Ruhcinta itu! Kurang ajar! Kau bakal menerima pembalasanku Bintang! Aku setengah mati menelan tujuh puluh tujuh kibul ayam jantan! Penyakit kentutku ternyata tidak sembuh!""Butt..l prett!""Nek jangan salahkan sahabat kami! Jika mendengar kentutmu kurasa kau sudah hampir sembuh ""Hampir sembuh bagaimana! Apa kau tuli tidak mendengar aku masih kentut-kentut?!" bentak si nenek kepada Arya."Tunggu Nek," Bayu menyahuti."Kau memang masih kentut-kentut. Tapi apa kau tidak menghitung? Sekarang kentutmu jauh berkurang. Tidak terus-terusan seperti dulu. Lagi pula kalau dulu kentutmu panjang buuttt... buuuutttt. .. buuttt! Sekarang kau cuma kentut pendek-pendek saja. Butt! Dan sekali-sekali. Lalu ada tambahan Prett! Apa itu tidak berarti kau sudah hampir sembuh malah kentutmu terdengar indah lucu?!""lndah lucu bapak moyangmu! Aku tetap harus mencari pemuda itu! Kal
"Memangnya kenapa kau tanyakan kupingmu itu?!" bertanya Ruhkentut."Sesuai perjanjian, kuping itu untuk jadi jaminan bahwa kau bisa disembuhkan. Sekarang kau sudah bisa dikatakan sembuh. Lagi pula bukankah kita ini sekarang sudah bersahabat?" Arya berkata sambil tersenyum dan kedip-kedipkan matanya.Si nenek muka kuning tertawa masam. Dia meraba-raba pakaian kuningnya, mencari-cari disetiap sudut sosok tubuhnya. Meraba sampai di bawah perut si nenek berhenti. Matanya yang kuning menatap pada Arya lalu dikedipkan. Si nenek kemudian balikkan badannya sambil mengangkat pakaian kuningnya ke atas. Sesaat kemudian ketika dia kembali membalik, potongan kuping kanan Arya sudah berada di tangan kirinya."lni, kau ambillah kembali! Aku memang tidak butuh lagi kupingmu ini!" Arya menerima potongan kupingnya. Benda itu terasa hangat, basah dan bau pesing."Nek, kau letakkan di mana kupingku ini tadi ... ?" tanya Arya."Dasar tolol! Coba kau cium sendiri! Kau p
"Nenek muka burung gagak ini pasti telah mencuri Pedang sakti itu dari tangan Bintang! Mungkin juga Bintang telah dicelakainya!""Persetan dengan kalian semua! Menyingkirlah! Jangan berani menghadang! Apa lagi meminta Pedang Ini!Jin Selaksa Kentut alias Selaksa Angin batuk- batuk beberapa kali lalu butt... pret! Dia keluarkan angin dari bagian bawah tubuhnya.“Jahanam muka kuning! Dari tadi kau bertingkah kurang ajar! Beraninya kau kentut di hadapanku!” Bentak Jin Santet Laknat.“Memangnya ada aturan aku harus kentut dimana, Kapan dan dihadapan siapa?!" tukas Jin Selaksa Kentut dan tertawa cekikikan. Lalu kembali dia songgengkan pantatnya tapi sekali ini kentutnya tak bisa keluar!“Sialan!” maki si nenek muka kuning sambil tepuk-tepuk pantatnya sendiri tapi dengan senyum- senyum! Bayu kemudian menimpali.Masih mending nenek sahabatku ini cuma membuang kentut! Untung tadi dia tidak membuang kotoran di mukamu!" k
Di lain pihak Jin Selaksa Angin diam-diam merasa kagum melihat kehebatan Pedang Pilar Bumi di tangan lawan, lapi dia tidak mau perlihatkan sikap jerih."But... pret!"Jin Selaksa Angin tertawa mengokoh. "Kau masih belum mau menyerahkan Pedang sakti itu padaku?""Kau hanya mampu menggertak! Tapi tak sanggup merampas Pedang ini dari tanganku!" ejek Jin Santet Laknat lalu meludah ke tanah. "Aku memberi kau kesempatan tiga jurus lagi! Jika dalam waktu tiga jurus kau tidak mampu mengambil senjata ini maka kau harus berlutut tunduk dan selanjutnya menjadi budakku! Atau nanti akan kusumpal pantatmu dengan batu hitam biar tidak bisa kentut lagi seumur-umur!" Jin Santet Laknat tutup ucapannya dengan tawa mengekeh lalu meludah ke tanah.Ucapan yang sangat menghina dari Jin Santet Laknat itu membuat Jin Selaksa Angin marah besar. Rahangnya menggembung. Dari mulutnya kemudian keluar suara menggembor."Orang sombong jadi makanan kepompong! Orang sombong jadi ma
"Nenek muka kuning! Celakalah dirimu dan makhluk-makhluk jejadianmu! Kau menyerang dirimu sendiri!"Begitu ucapannya lenyap mendadak sontak sosok Jin Santet Laknat berubah rupa. Mukanya menjadi kuning. Wajahnya adalah wajah Ruhkentut alias Jin Selaksa Angin. Pakaian dan sosok tubuhnya juga berubah seperti keadaan nenek muka kuning itu!Empat kepompong keluarkan suara aneh tanda terkejut. Yang tiga hentikan gerakan dan tertegak bergoyang-goyang, tidak meneruskan serangan mereka.Lain halnya dengan kepompong yang asli. Kepompong satu ini masih terus menyambar sambil hantamkan dua tangannya."Celakalah dirimu! Nenek muka kuning! Kau hendak membunuh dirimu sendiri!" Jin Santet Laknat yang telah merubah diri menjadi Jin Selaksa Angin kembali berseru. Gerakan kepompong utama sekonyong-konyong tertahan seolah-olah terbendung oleh satu kekuatan yang tak bisa ditembus. Bagaimanapun dia berusaha mendekati lawannya tetap saja tidak berhasil."Dukun jahat jaha
Jin Santet Laknat mengerenyit kaget. Dia tersurut satu langkah. "Aku tidak menduga." Katanya dalam hati. "Dia benar-benar memiliki ilmu kesaktian yang bisa menghancurkan alam gaib dan alam hitam Itu! Hai. Pedang sakti, aku ingin kita bersatu menghadapi lawan!" Si nenek lalu pindahkan Pedang Pilar Bumi ke tangan kanannya. Seluruh tenaga dalamnya dikerahkan hingga Mata Pedang memancarkan cahaya berkilauan. Sepasang matanya mcmberojol keluar pertanda dari mata ini dia bakal mengeluarkan ilmu kesaktian untuk menghadapi lawan. Sementara itu tangan kirinya dipentang tergantung di sisi kiri dengan telapak terkembang, mengarah pada Jin Selaksa Angin."Ruhkentut! Pukulan Salju Putih Patinggimeru memang bisa mengakhiri semua kemelut ini! Tapi jangan serakah! Aku lebih berhak atas nyawa Jin Santet Laknat!" Satu suara lantang disertai berkelebatnya bayangan berwarna ungu membuat terkejut semua orang yang ada di tempat itu. Terutama Ruhkentut alias Jin Selaksa Angin dan Jin Santet Laknat.
"Desss!"Kayu penyumpal ujung bambu terbuka. Dengan copat Pawungu pukulkan bambu itu ke bawah. Saat Itu juga dari dalam bambu meluncurlah sebuah benda bulat panjang berwarna hitam berkilat, jatuh bergelung di tanah.Ruhkentut terpekik. Sambil terkentut-kentut nenek muka kuning ini melompat jauhkan diri. Arya cepat tekap bagian bawah perutnya. Bayu tegak merinding. Tapi si nenek Jin Santet Laknat tetap tenang. Dia baru bergerak ketika mendadak benda yang bergelung di tanah rentangkan tubuhnya lalu meluncur cepat ke arahnya sambil keluarkan suara mendesis keras. Benda ini ternyata adalah seekor ular hitam sangat berbisa sepanjang hampir setengah tombak dan besarnya hampir sebesar pergelangan lengan."Ular hitam ular kiriman! Dulu aku yang membuat kau dari tiada kepada ada! Jangan turuti kehendak orang penerima celaka! Jangan berani menentang kehendak si penimbul bala! Sudah saatnya kau kembali ke alam tiada!"Jin Santet Laknat gerakkan tangan kanannya