Share

Part 73. Pertengkaran

last update Last Updated: 2023-06-08 00:19:28

Dia berteriak sekencang-kencangnya. Kini kedua matanya sudah tertutup perban. Aku miris melihat kondisi Ayah.

Ku sisir mata melihat sekeliling, semua mata tertuju padaku ataupun Ayah. Entah apa yang mereka pikirkan ketika melihat teriakan histeris Ayah.

Aku berdiri lebih mendekat ke ranjang Ayah, "Sabar, Yah" bisikku.

Kemudian datang seorang perawat menghampiri kami, volume suaranya tinggi, "Pak, mohon untuk tenang. Di sini juga banyak pasien lain." ucapnya dengan nada yang agak kesal.

"Mba, tolong peringatin Bapaknya ya." pintanya padaku dengan muka kusut dan jutek.

Aku hanya membalas dengan anggukan kecil. Paham dengan sikapnya, mungkin karena di sini banyak pasien yang membutuhkan ketenangan.

"Yah, yang sabar. Ayah harus tenang." ucapku lagi menenangkan Ayah.

Aku mengerti pasti Ayah kaget dan belum siap atas apa yang menimpanya. Aku tahu Ayah pasti rapuh.

Tangannya meraba-raba, sepertinya ingin meraih tanganku.

Ku sambut tangannya, ku perhatikan dengan seksama di tangan Ayah banya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Part 74. Kondisi Kepepet

    "Iya, tidak mungkin Akang ninggalin kamu, Rin. Itu tadi kenapa di dalam Rin. Kok terdengar ada yang ribut-ribut." tanya Kang Eros heran, dahinya mengernyit."Itu tadi Ayah sama Bu Ratna bertengkar di dalam Kang. Keluarga pasien yang lain pada marah. Aku juga heran sama Ayah dan Bu Ratna, dalam kondisi begitu masih juga tidak berubah."Oh iya, Rin. Akang tidak tahu mau bilang apa." jawabnya sambil garuk-garuk kepala. Ya mana mungkin Kang Eros ngerti."Yasudah, Kang. Aku mau ke loket administrasi dulu. Akang kalau mau pulang, duluan aja. Nanti aku pakai ojek saja pulangnya.""Tidak apa-apa, Rin. Akang tungguin kamu saja di sini.""Tidak usah, Kang. Aku takut nanti jadi fitnah kan kita bukan muhrim." jawabku lagi. Memang sih Kang Eros belum punya keluarga, tapi aku juga tidak mau warga salah paham.Kalau tidak kondisi kepepet tadi aku juga tidak akan meminta tolong dengan Kang Eros. Nggak mungkin aku balik ke rumah ngambil mobil, sedangkan pikiranku sangat panik mendengar Ayah korban kec

    Last Updated : 2023-06-08
  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Part 75. Lelaki Itu ...

    "Assalamualaikum" ucapku memberi salam ketika langkah kaki terhenti di teras rumah."Walaikumsalam." jawab mereka serempak. "Maaf Bu, dengan Ibu Rinjani?" tanya salah satu Pak Pol."Iya, saya Rinjani Pak. Kalau boleh tahu ada perlu apa ya Bapak semua datang ke sini?""Kami bermaksud untuk menahan Ayah dari Ibu Rinjani karena yang bersangkutan sudah lama menjadi buronan kami. Ini surat penangkapannya." jelasnya sambil menyodorkan amplop surat berwarna coklat."Maaf sebelumnya, Pak. Ini sudah memasuki waktu Sholat Magrib. Kalau besok saja kita ketemu di rumah sakit bagaimana? Sekalian Bapak bisa lihat kondisi Ayah saya." tawarku pada Bapak Polisi."Baik, Bu. Mohon maaf sebelumnya. Besok saya akan ke rumah sakit dengan team. Kami permisi. Selamat malam. Assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Mereka bertiga berlalu suara mobil menderu hilang dari pendengaranku."Mbak Eca maaf agak menunggu lama. Berapa ongkosnya Mbak?" tanyaku."Dua puluh lima ribu saja, Rin." jawabku."Ini, Mbak." Ku sodork

    Last Updated : 2023-06-08
  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Part 76. Dunia Memang Sempit

    "Ya Allah Arsy, ternyata kamu nak." sang gadis berusia sepuluh tahun itu memelukku erat. Tangisnya semakin pecah. "Apa yang sudah terjadi Pak kenapa Arsy menangis?" tanyaku heran. Ku elus-elus punggung Arsy memberikan ketenangan."Ibunya Arsy baru saja meninggalkan Rin." ucap Pak Benny."Innalillahi Wainnailaihi Raji'un. Arsy, Ibu turut berduka cita ya Nak. Ku peluk lebih erat sang gadis yang terkenal periang itu. Aku tahu bagaimana hancurnya hati Arsy, aku juga pernah merasakan kehilangan seperti Arsy, setahun yang lalu kepergian Ibu.Setahu ku Ustadzah Renty terakhir bertemu hari Sabtu kemarin sehat-sehat saja. Sekarang malah aku mendengar kabar duka atas kepergiannya."Aku turut berduka cita, Pak. Kalau boleh tahu apa ya hubungan Bapak dengan Ustadzah Renti dan Arsy?" tanyaku lagi."Renty" istri saya, jawabnya rintih. Matanya merah. Raut mukanya kusut dan lesu."Ooohh istri Bapak, saya tidak tahu Pak. Soalnya saya juga baru di pesantren." jawabku. Aku memang baru enam bulan mengab

    Last Updated : 2023-06-08
  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Part 77. Langkah Terhenti

    Sembari berjalan menuju ruang inap Ayah, bathinku selalu bertanya-tanya apa penyebab Ustadzah Renty pergi untuk selama-lamanya. Walaupun baru enam bulan bergabung di Pondok Pesantren Nurul Iman tapi sekalipun tidak pernah terdengar olehku Ustadzah Renty punya sakit yang serius.Apalagi dia aktif dalam kegiatan pondok baik dalam pembelajaran ataupun ekstra kurikuler. Sifat Arsy yang periang itu turunan dari Ustadzah Renty.Ketika langkahku sampai di dekat ruang inap Ayah, terdengar suara agak rame terlihat dari kaca jendela kamar di dalam sudah ada beberapa orang Bapak Polisi."Assalamualaikum." ucapku masuk ke ruangan Ayah, semua mata serempak melihat ke arahku sambil menjawab salam, "Waalaikumsalam.""Rin, bilang sama Bapak-bapak ini. Kalau Ayah tidak mau ikut dengan mereka. Apalagi kondisi Ayah seperti ini. Mana ada orang buta yang ditahan. Belum lagi Ayah masih dalam perawatan."Ku dekati ranjang Ayah, "Ayah tenang dulu." ucapku dengan sedikit berbisik."Maaf, Pak. Tadi saya ada ur

    Last Updated : 2023-06-08
  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Part 78. Bagaimana Penyembuhannya?

    Setelah sepuluh menit menunggu, aku dan Pak Hendro pun masuk ke ruangan Dokter Handoko.Kalau ku tebak kisaran umur sang Dokter berumur 35-40 tahun, masih terbilang muda."Assalamualaikum, Dok" sapaku."Waalaikumsalam." silakan duduk, pintanya."Dok, begini. Perihal Ayah saya pasien yang baru saja kemarin menjadi korban kecelakaan. Itu penyebab kebutaan Ayah saya seperti apa yah, Dok? Soalnya kebetulan Ayah mau dipindahkan ke rumah sakit polisi." jelasku malas. Harusnya dokter tidak perlu tahu jika Ayah adalah tersangka. Tetapi apa boleh buat semuanya harus terbuka secara detail."Begini Bu, soal kondisi Ayah anda, bahwasanya dalam kecelakaan tersebut Ayah anda mengalami benturan yang sangat keras. Akibatnya saraf mata pecah dan didorong salah satunya dari penyakit diabetes yang diderita Ayah anda, sehingga juga menyebabkan kerusakan pada kornea mata. Ini dilihat dari hasil rontsen yang dilakukan tadi malam." jelas Dokter sembari menyerahkan hasil rontsen padaku."Diabetes?" bisik bat

    Last Updated : 2023-06-08
  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Part 79. Awal Kebahagiaanku

    "Umm, dasi Abi yang warna abu-abu tua ditarok dimana?" tanya suamiku dari dalam kamar.Aku yang ketika itu sedang menyiapkan sarapan berhenti sejenak, "Bik, tolong tuangin teh panas ini yah, sama ambilkan piring." pintaku pada Bik Iyem-asisten rumah tanggaku yang usianya tidak begitu jauh dariku. Bik Iyem berusia 50 tahun, walaupun sudah separuh baya dia begitu telaten dan semangat mengerjakan tugasnya."Baik, Nyah." jawabnya sigap ditambah dengan anggukan."Ada Bi, itu udah Ummi tarok di atas ranjang." jawabku sembari menghampirinya ke dalam kamar."Ya Allah Abi, masa dasinya nggak kelihatan sih." keluhku pada suami yang sedang mematut diri di depan cermin."Dimana Umm, udah Abi cari-cari daritadi nggak nemu.""Nih, nyelip di bawah bantal dasinya. Abi mah kebiasaan kalau lagi siap-siap gini, selalu berantakan.""Maaf sayang, di rumah boleh berantakan tapi di kantor kan enggak sayang." dia mencubit pipiku dengan manja. "Umm, pasangin dong dasinya." rengeknya manja.Aku hanya menggelen

    Last Updated : 2023-06-08
  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Part 80. Berangkat Kuliah

    "Iya, Umm. Sebentar." sahutnya.Tak lama kemudian dia keluar dari dalam rumah, "Umm, Arsy pergi kuliah dulu ya. Dadada Ummi." dia menyium punggung tanganku dan juga mengelus-elus perutku-calon adiknya yang sebentar lagi lahir ke dunia.Biasanya Arsy berangkat kuliah dengan mengendarai mobil sendiri tetapi berhubung mobilnya sedang di bengkel, jadi dia nebeng dengan Abinya."Assalamualaikum, Ummiiii" ucap mereka serempak sambil melambaikan tangan ke arahku."Waalaikumsalam." jawabku semringah dan melambaikan tangan juga pada mereka yang berlalu meninggalkan rumah."Pak Tatang, nanti anterin aku ke rumah sakit pukul 10.00 ya." pintaku pada Pak Tatang yang sedang menutup pagar rumah."Baik, Nyah. Siap."Aku kembali masuk ke dalam rumah, tampak Bik Iyem sedang membersihkan meja makan."Bik, sarapan dulu." sapaku."Iya, Nyah. Nanggung Nyah. Oh iya Bik, rendang dagingnya udah masak belum?" "Dikit lagi masak Nyah.""Oh baiklah, aku mau ke kamar dulu Bik." ucapku pamit.Nanti sore ibu mertua

    Last Updated : 2023-06-08
  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Part 81. Ustadzah, Tunggu!

    Flashback"Ustadzah, tunggu!" sergah Arsy tiba-tiba ketika satu langkah lagi kakiku sampai di ambang pintu utama rumahnya, aku bisa menebak suaranya tanpa menoleh terlebih dahulu. Memang ketika aku berpamitan dengan Pak Benny tadi tak terlihat Arsy disampingnya dan aku pun enggan untuk meminta tolong pada Pak Benny untuk memanggil Arsy, mungkin saja dia sedang bersama keluarganya yang lain di kamar atau di ruangan lainnya."Iya, Arsy kenapa?" tanyaku ketika membalikkan badan dan menatap netranya penuh rasa campur aduk yang berdiri lesu di antara aku dan Pak Benny. Pak Benny yang sedang berdiri di sudut ruang tamu hanya mematung, tak tahu apa yang ada dibenaknya, tetapi aku tahu Pak Benny pasti rapuh."Ustadzah di sini saja sama Arsy! Arsy kesepian Dzah, Bunda udah nggak ada," kata-kata yang terlontar dari mulutnya terdengar lirih dan bergetar. Tangisnya pecah hingga dia menangis sesegukkan.Lagian anak seusianya yang tidak rapuh ditinggal pergi oleh wanita yang begitu amat mencintain

    Last Updated : 2023-06-08

Latest chapter

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Mau Miskin ataupun Bahagia, Aku Pilih Jalan Sendiri!

    Bab 12"Kamu beneran sudah gila ya, Lita! Mama pikir kamu bisa berpikir jernih sedikit, mengalah sedikit, apa kamu beneran nggak takut jadi janda dan hidup melarat?" serang Ririn dengan penuh amarah.Dia memang takut miskin karena mengingat hidupnya yang begitu susah dulunya.Lita mengendikkan bahu dengan angkuhnya."Aku memang sudah gila!""Kan berulang kali aku bilang sama mama, kalau aku nggak peduli. Mau hidup miskin ataupun kaya, terserah kedepannya. Aku capek diatur terus-terusan, aku yang lebih tahu kebahagiaan ku sendiri.""Sebelum Mas Ammar yang ceraikan aku, aku yang lebih dulu ceraikan dia, karena aku akan menikah dengan lelaki pilihanku!" erang Lita hilang kendali."Jangan bertindak bodoh kamu! Pikirkan lagi ucapan kamu itu Lita! Laki-laki itu pasti baru kamu kenal, nggak akan ada laki-laki yang nerima perempuan apalagi janda dengan segampang itu. Kamu nggak mikir efeknya nanti gimana?""Sudahlah, Ma. Aku capek berdebat terus dengan mama. Lagian hutang-hutang mama juga ham

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Diberi Nama Argantara

    Bab 11[Mas ... dimana? Aku lagi bete nih! Bisa keluar nggak]Lita mengirim pesan pada seseorang beberapa saat setelah menenggak habis minumannya. Tak perlu sepertinya Lita menunggu, selang satu menit, pesannya pun terbalaskan.Seperti tak kenal waktu, padahal sudah menunjukkan pukul satu dini hari.[Kan tadi abis jalan. Kok masih bete sih?] Balas seseorang yang diberi nama Argantara.[Tau gini mending aku nggak pulang tadi.] Balas Lita cepat.[Terus gimana? Mau keluar lagi?][Iya.][Oke. Aku otewe]Sembari menunggu jemputan dari lelaki yang baru dikenalnya selama seminggu ini, Lita menunggu lantai dua untuk mengambil tasnya. Dia berjalan mengendap-endap supaya langkah kakinya tak terdengar oleh Ririn sang mama.Dengan pelan dia menekan handle pintu dan membukanya sedikit saja. Tampak Ririn sudah tidur dengan posisi terlentang. Tak ingin ketahuan, Lita buru-buru menyambar tas yang ada di nakas.[Dimana? Aku udah siapa]Pesan yang dikirim Lita cukup lama dibalas, hingga ... terdengar b

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Arumi Dibawa Pergi

    Bab 10"Nggak cuma tanya apa ada yang mau nitip makanan, gue jawab aja langsung enggak.""Ooh ...." Lita sama sekali tak curiga dengan gerak-gerik teman kerjanya itu. Dia kembali berkutat pada ponselnya.[Ta, mama telponin daritadi nggak diangkat-angkat][Mama mau ngasih tau, mertua sama Arumi dan baby sitter kamu keluar dari rumah][Mama sempat nanya, tapi mertua kamu diam aja. Coba deh kamu telpon mertua kamu?]"Mama lebay banget deh ah. Perkara mereka keluar rumah aja pake lapor. Nggak ada apa hal yang lebih penting," ngomel Lita seraya membuka aplikasi lainnya."Masalah lagi?" tanya Dea."Ya biasalah, nyokap gue orang paling lebay. Masa iya, mertua, anak, dan baby sitter keluar rumah pake ngelapor segala ke gue. Kan nggak penting banget ya," jelas Lita dengan suara sedikit tinggi."Yaelah. Gitu aja lu sensi amat. Wajar aja lah emak lu lapor, kan mertua lu bawa anak lu keluar rumah, emangnya lu nggak mikir gimana gitu, khawatir paling tidak," sahut Dea seraya menyunggingkan sedikit

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Sepucuk Amplop Putih

    Bab 9"Lita ... Lita ..., bangun kamu! Heh!" Ririn mengguncang tubuh anaknya yang baru saja terlelap."Dasar kebo ya kamu, ditinggal sebentar ke bawah, langsung molor," sengit Ririn."Apa sih, Ma. Orang ngantuk juga." Lita menyentak tubuhnya. Tangan Ririn terlepas."Ammar mau menceraikan kamu!" ucap Ririn tanpa basa-basi."Hah?" Lita terduduk, dengan wajah masih berpoles make up dan rambut acak-acakan. "Jangan bercanda, Ma!" ucapnya tak percaya."Serius, tadi Ammar bilang, kalau kamu tidak berubah, bisa jadi kalian akan bercerai."Seolah seperti orang baru sadar, Lita mengibas angin tepat di depan wajah Ririn."Halah, paling juga ancaman belaka, Ma. Mana mungkin dia akan menceraikan aku. Lagian nih, pasti auto malu lah, dia kan tahu gimana rasanya punya orang tua nggak lengkap. Aku yakin, dia tidak akan melakukan hal itu, kalau dia sayang Arumi, aku yakin dia tidak akan memberikan Arumi orang tua yang tidak lengkap." Begitu percaya dirinya Lita berucap."Jika benar itu terjadi bagaima

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Apa Hanya Sekedar Ancaman?

    Bab 8"Buka mata kamu, Mmar. Apa iya pantas istrimu bicara seperti itu sama bunda?"Viola tak tinggal diam, terasa dipojokkan oleh Lita."Neng Viola harusnya juga buka mata, jangan karena nila setitik rusak susu sebelanga, jangan karena Lita ingin istirahat sebentar, Neng Viola jadikan itu Boomerang," balas Ririn tegas."Kenapa kamu diam, Mmar?""Lihat istrimu Lita, bersimpuh meminta pengertianmu, dia rela meminta maaf atas apa yang sebenarnya tidak dia lakukan secara sengaja. Andai bundamu bisa mengontrol diri, tak akan runyam seperti ini," tambah Ririn.Ammar menundukkan kepalanya, melihat sekejap istrinya yang masih bersimpuh dan tak hentinya menangis. Isakkan tangis Lita pun terdengar semakin keras."Bund, kita turun saja dulu!" ajak Ammar memecahkan keheningan yang tercipta beberapa detik."Yuk, mending kita istirahat," sahut Viola dia menyunggingkan ujung bibirnya pada Ririn."Mas ... Mas ... Please, jangan begitu. Aku sedikitpun tidak ada niat mengutarakan ucapan seperti tadi s

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Debat-debat Apaan Itu di Lantai 2

    Bab 7"Eh, Bunda. Duduk sini, Bund. Mau ngomong apaan? Serius nih keliatannya," ucap Ammar seraya menurunkan kedua kakinya yang tadinya berada di kursi kosong."Kamu nggak tidur?" tanya Viola memulai pembicaraan, seraya menduduki kursi yang ada di sebelah kanan."Nanti lah, Bund. Bunda kenapa nggak tidur? Udah malam lho, Bund. Apalagi tadi sibuk ngurusin acara Arumi.""Iyaa, bentar lagi bunda tidurnya." Viola menyisir pandangannya, termasuk ke pintu utama yang terbuka dengan lebar."Bunda lagi liatin apa? Katanya tadi mau bicara, bicara apa, Bund?" tanya Ammar mulai penasaran apalagi melihat gelagat bahasa tubuh ibunya yang agak lain."Tadi bunda liat Lita naik ke lantai dua bawa beberapa baju. Emangnya dia mau tidur di atas lagi, Mmar?""Oh itu, iya, Bund. Malam ini dia mau istirahat di kamar lantai atas.""Istirahat gimana? Kalian kan punya kamar? Kenapa pisah kamar lagi kayak kemarin?""Hmm ... cuma malam ini aja kok, Bund. Lita kecapekan kalau tidur di kamar aku, bakalan keganggu

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Suami Sabar tapi Punya Istri Bar-Bar Galau

    Bab 6Malam ini, untuk pertama kali mereka tidur bertiga. Ammar sangat senang, hal kecil yang diimpikannya terwujud, satu kamar dengan istri dan anak."Mas, makasih ya. Atas sikapku kemarin." Lita kembali mengulangi permintaan maafnya pada Ammar saat mereka sama-sama tengah berbaring di atas ranjang sembari memainkan jambang Ammar yang tampak mulai lebat."Tidak apa, Sayang. Mas paham. Tapi, jangan lagi berkata seperti itu. Kasian Arumi," balas Ammar lembut dan mendaratkan sebuah kecupan di kening Lita."Mas, juga minta maaf sama kamu. Mas yang salah atas semuanya yang terjadi," tambah Ammar kemudian.Cahaya remang, dinginnya suhu AC, dan lelapnya Arumi di ranjangnya sendiri, serta tak bisa dibendung rasa rindu Ammar pada istrinya. Tangan Ammar mulai nakal menjamahi tubuh Lita."Mas, kita tidur yuk! Aku capek," bisik Lita seraya menggeser tangan suaminya dari bagian tubuh yang tersentuh."Yaudah, yuk!"Posisi tidur langsung berubah, Lita membelakangi suaminya. Namun, Ammar sepertinya

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Minta Maaf karena Shock

    Bab 5Ammar seketika berdiri, telinganya terasa semakin panas oleh ucapan Lita yang sama sekali tidak ada rasa peduli padanya."Kamu bisa ngertiin posisi aku nggak?""Kamu juga nggak ngertiin aku, Mas. Kamu nggak ngerti gimana perasaan aku!" Lita tak mau kalah, mau adu nasib dengan suaminya yang siang malam berkejar-kejaran dengan waktu. "Aku kurang ngertiin apalagi coba? Aku akan tetap test DNA, tapi sabar dulu.""Terserah lah, Mas. Kamu egois!" Lita meninggalkan Ammar tanpa belas kasihan sedikitpun, seolah cinta dan kasih sayang yang dia berikan dari awal pernikahan sirna begitu saja."Lita ... Lita ... kamu nggak capek apa kita begini terus!" seru Ammar. Namun, Lita sama sekali tidak memperdulikan ucapan suaminya. Dia terus saja menaiki anak tangga Hari-hari yang dijalani Ammar sekarang selalu banyak masalah. Rumah terasa panas, dia pun sulit berkonsentrasi. Bahkan kerjaan yang sedang dia selesaikan sekarang itu, karena klien protes, dan itu karena Ammar tidak fokus.Viola yang m

  • Pengkhianatanmu Awal Kebahagiaanku   Ada Tujuan Lain

    Bab 4"Masa Neng Viola tidak tahu alasan saya berkata demikian? Bukannya Neng Viola sudah melihat bayi yang ada di kamar Ammar dan Lita.""Ya, saya sudah melihatnya. Lantas apa hubungannya dengan ucapan Neng Ririn tadi. Itu kan bayi mereka.""Saya tidak yakin, pasti Ammar sudah menjebak Lita. Bisa jadi itu anak orang lain. Saya rasa ad maksud lain dibalik hadirnya bayi itu.""Astaghfirullah, Neng. Jauh sekali pikiranmu. Sampai menuduh Ammar seperti itu. Saya tahu Ammar seperti apa, dia tidak akan berbuat sekonyol itu.""Udahlah, Neng Viola. Nanti saja kita buktikan. Saya akan tinggal di sini, biar tidak terjadi hal-hal buruk.""Sama lah kalau begitu, saya juga tinggal di sini. Kita buktikan saja siapa yang memfitnah."Lita tersentak, dia menatap ibunya, seolah mengode sesuatu."Lho, nggak bisa gitu dong, Neng. Anakmu laki-laki tidak perlu ditemani, beda dengan anakku, perlu penjagaan ketat.""Dia tidak terancam kok di sini, Neng Ririn. Malah, Lita bisa me time sepanjang waktu. Kan yan

DMCA.com Protection Status