Share

Part 73. Pertengkaran

Dia berteriak sekencang-kencangnya. Kini kedua matanya sudah tertutup perban. Aku miris melihat kondisi Ayah.

Ku sisir mata melihat sekeliling, semua mata tertuju padaku ataupun Ayah. Entah apa yang mereka pikirkan ketika melihat teriakan histeris Ayah.

Aku berdiri lebih mendekat ke ranjang Ayah, "Sabar, Yah" bisikku.

Kemudian datang seorang perawat menghampiri kami, volume suaranya tinggi, "Pak, mohon untuk tenang. Di sini juga banyak pasien lain." ucapnya dengan nada yang agak kesal.

"Mba, tolong peringatin Bapaknya ya." pintanya padaku dengan muka kusut dan jutek.

Aku hanya membalas dengan anggukan kecil. Paham dengan sikapnya, mungkin karena di sini banyak pasien yang membutuhkan ketenangan.

"Yah, yang sabar. Ayah harus tenang." ucapku lagi menenangkan Ayah.

Aku mengerti pasti Ayah kaget dan belum siap atas apa yang menimpanya. Aku tahu Ayah pasti rapuh.

Tangannya meraba-raba, sepertinya ingin meraih tanganku.

Ku sambut tangannya, ku perhatikan dengan seksama di tangan Ayah banya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status