Share

Part 76. Dunia Memang Sempit

"Ya Allah Arsy, ternyata kamu nak." sang gadis berusia sepuluh tahun itu memelukku erat. Tangisnya semakin pecah.

"Apa yang sudah terjadi Pak kenapa Arsy menangis?" tanyaku heran. Ku elus-elus punggung Arsy memberikan ketenangan.

"Ibunya Arsy baru saja meninggalkan Rin." ucap Pak Benny.

"Innalillahi Wainnailaihi Raji'un. Arsy, Ibu turut berduka cita ya Nak. Ku peluk lebih erat sang gadis yang terkenal periang itu. Aku tahu bagaimana hancurnya hati Arsy, aku juga pernah merasakan kehilangan seperti Arsy, setahun yang lalu kepergian Ibu.

Setahu ku Ustadzah Renty terakhir bertemu hari Sabtu kemarin sehat-sehat saja. Sekarang malah aku mendengar kabar duka atas kepergiannya.

"Aku turut berduka cita, Pak. Kalau boleh tahu apa ya hubungan Bapak dengan Ustadzah Renti dan Arsy?" tanyaku lagi.

"Renty" istri saya, jawabnya rintih. Matanya merah. Raut mukanya kusut dan lesu.

"Ooohh istri Bapak, saya tidak tahu Pak. Soalnya saya juga baru di pesantren." jawabku. Aku memang baru enam bulan mengab
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status