Beranda / Rumah Tangga / Pengkhianatan Istriku / Bab 50. Bukan Wanita Biasa

Share

Bab 50. Bukan Wanita Biasa

Penulis: Kariani Sukadi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-10 22:10:23

Bab 50. Bukan Wanita Biasa

Siang itu, aku mengantarkan Naina dan ibunya pergi ke rumah sakit. Nyai Rosmah akan menjalankan terapi. Sebelumnya, Rani sudah mengizinkan. Dia ingin ikut menemani pergi, tetapi ibunya meminta untuk datang ke rumah. Katanya ada urusan penting masalah tanah warisan.

Sepanjang jalan kami hanya diam tak saling berbicara. Hanya sesekali saja aku melirik ke arah Naina. Beberapa hari tinggal di rumah, wajahnya terlihat segar. Mungkin juga karena pengaruh pikiran. Bahkan, Naina tampak lebih sehat dari sebelumnya. Kini, senyumnya yang dulu manis bisa dilihat kembali.

"Maaf, Kang. Neng terus merepotkan. Meminta Kang Danu untuk mengantarkan ke rumah sakit."

"Gapapa, Neng. Akang ikhlas kok membantu."

"Terima kasih atas bantuan Kang Danu selama ini. Neng banyak berhutang budi."

"Anggap aja ibadah, Neng."

Hening. Naina hanya membalas senyum. Terlebih Nyai Rosmah yang terlihat pucat. Hidupnya hanya bergantung dengan obat. Mungkin tidak akan bertahan lama. Kemoterapi cuma
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pengkhianatan Istriku   Bab 51. Melahirkan

    Bab 51. Melahirkan Sesuai dengan titah kakek hari itu, aku membawa Naina dan ibunya pindah dari rumah. Sengaja mengontrak rumah di area, yang tidak jauh dari rumah sakit. Agar Naina bisa segera pergi ke sana walau aku tidak bisa mengantarnya. Kuminta pada Naina untuk berpamitan. Sebelum pergi ke kontrakan yang baru. Rani membantu Naina bersiap-siap pindahan. Kuantarkan Naina menemui kakek di ruangan kerjanya. To tok tok! Mengetuk pintu pelan. Sebelum masuk ke ruangan kakek. Satu menit menunggu di luar, akhirnya Kakek meminta kami untuk masuk. "Masuk!" Ceklek! Kutarik gagang pintu perlahan. Agar tidak menimbulkan derit suara. Melihat kakek masih duduk di kursi kebesarannya. Dia sedang membaca buku salah satu author ternama. "Kakek," sapaku lembut dengan suara pelan. Namun, jelas terdengar. "Duduklah!" Kutarik kursi untuk Naina. Kemudian, kami sama-sama menjatuhkan bobot tubuh masing-masing. Menatap wajah kakek yang masih terlihat tampan. "Naina ingin berpamitan, Kek." "Apa ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-10
  • Pengkhianatan Istriku   Bab 52. Azam

    Bab 52. Azam"Selamat, Tuan. Bayi Anda sudah lahir ke dunia. Berat badannya tiga kilogram dengan panjang 50 cm," ucap dokter yang menangani persalinan Naina.Naina sudah melahirkan anaknya ke dunia dengan selamat dan sehat. Rasa bahagia menyelimuti perasaanku. Walau bayi yang dilihatikan bukan darah dagingku, tetapi aku ikut bahagia merasakannya."Terima kasih, Dokter.""Sama-sama.""Apa boleh saya menemuinya sekarang?""Silahkan! Oh, ya. Bayinya laki-laki. Saya kira Anda harus mengadzaninya juga ""Iya, baiklah."Dokter langsung pergi. Setelah itu, aku masuk untuk melihat keadaan Naina. Dia masih terbaring terkulai lemas di atas ranjang rumah sakit."Bagaimana keadaanmu, Neng?""Kang Danu?!" Seru Naina. Dia berusaha bangun dari posisi tidur."Tidak usah bangun, Neng. Kamu harus banyak istirahat.""Maaf, Neng sudah merepotkanmu lagi, Kang." Air mata Naina kembali jatuh membasahi pipinya."Ssset!" Kuhapus jejak air mata yang mengajak sungai di pipi Naina. "Tidak usah menangis, Neng. Ak

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-10
  • Pengkhianatan Istriku   Bab 53. Pesan Terakhir

    Bab 53. Pesan Terakhir"Kang Danu, Ibu harus dirawat di rumah sakit. Kondisi sekarang ngedrop. Kata dokter Ibu menderita gagal ginjal." Naina berkata terisak. Kedua matanya merah, dan sembab karena baru saja menangis."Kapan Ibu dibawa ke rumah sakit?""Tadi siang.""Semoga tidak terjadi apa-apa pada Ibu."Aku hanya duduk memandang Nyai Rosmah, yang kini terbaring lemah di atas bangsal. Wajahnya yang keriput terlihat memutih seperti kapas. Sementara, Haji Rusman hanya menunduk lesu. Menatap wanita yang sudah lebih dari dua puluh tahun, mendampingi hidupnya.Tak ada air mata ataupun kesedihan, yang biasa dihadapi pasangan suami. Hanya menatap kosong. Dimana sang istri sedang bertarung nyawa melawan sel kanker."Kamu lebih baik istirahat saja, Neng. Biar Akang yang akan bantu jaga malam ini.""Neng khawatir sama Ibu. Bagaimana bisa istirahat dengan tenang. Kalau keadaan Ibu masih belum sadarkan diri."Jujur, aku tidak tega melihat Naina yang terus bersedih. Baru beberapa hari yang lalu

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-10
  • Pengkhianatan Istriku   Bab 54. Mantan

    Bab 54. MantanWajah Naina terlihat sendu. Ketika menyampaikan berita duka. Jelas, mata bening itu terlihat berkaca-kaca. Seolah sebentar lagi akan ada badai yang akan segera menghantam. Kehilangan ibu adalah duka yang mendalam.Aku langsung kembali menuju ke ruang ICU, yang baru saja tadi ditinggalkan. Di dalam ruang pasien terihat dokter, dan perawat sedang melepas alat-alat medis dari tubuh Nyai Rosmah. Sementara, bapak mertua hanya menunduk lesu, di samping jenazah istri tercintanya. Aku berusaha menghibur Haji Rusman dengan memberi semangat."Yang sabar, Pak. Semoga Ibu diterima disisi Gusti Allah. Dan keluarga ihklas menerima kepergian beliau," ucapku memberi semangat."Iya, Nak Danu. Bapak sudah mengikhlaskan kepergian Ibu menghadap Gusti Allah. Biar bagaimanapun manusia yang hidup pasti akan kembali ke pada Sang Pencipta," ucap bapak lirih. Sudut matanya berembun. Bahu yang terlihat kekar, kini terguncang. Dia begitu rapuh, saat pendamping hidupnya pergi lebih dulu.Dokter dan

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-11
  • Pengkhianatan Istriku   Bab 55. Buaya Darat

    Bab 55. Buaya Darat "Farhan?!" Lelaki yang kusebut namanya langsung menoleh. Ya, dia adalah Farhan. Pria yang menikahi Naina beberapa bulan yang lalu. Kini, kami dipertemukan kembali dalam situasi yang berbeda. Aku sangat marah pada Farhan, yang sudah membuang Naina layaknya seperti sampah. Seorang pria kaya, punya kedudukan tinggi tidak punya etika. Telah mencampakkan istri yang soleha, dan sebaik Naina. "Wau, Danu! Senang sekali bisa bertemu denganmu di sini. Apa kabar gembel? Apakah kau masih seperti dulu?" Farhan mencibir. Senyum tipis yang disunggingkan seolah mengejek. Aku hanya bisa diam mendengarkan dia berkata semau hatinya. "Oh, ya aku lupa. Kau sudah berubah. Aku dengar kakekmu orang kaya nomor dua di kota ini. Apa benar begitu?" ucap Farhan mencebik. Dia tersenyum sinis padaku. "Tidak usah basa-basi, Farhan. Kau pria bajingan!" Buk! Seketika tanganku mengepalkan tinju, lalu malayangkan ke wajah Farhan. Dia tidak sempat menghindar. Terjadilah baku hantam yang tak sei

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-11
  • Pengkhianatan Istriku   Bab 56. Misteri

    Hari sudah sore ketika kami tiba di rumah. Saat itu, aku melihat kakek sudah duduk di ruang keluarga. Pandangannya tertuju padaku dan juga Rani."Danu," panggil kakek."Iya,""Duduklah!"Aku duduk tepat di hadapan kakek. Mata elangnya menatapku tajam. Dalam hati bertanya-tanya. Ada apakah Kakek memanggilku. Tidak biasanya, dia mengajak ngobrol bersama Rani.Suasana terasa canggung. Jantungku berpacu bagai kuda yang berlari kencang. Menebak-nebak apa yang akan Kakek sampaikan."Kakek ingin berbicara dengan kalian berdua," ucapnya dengan tenang. Seraya melipat satu kakinya ke atas."Masalah apa, Kek?""Ayahmu.""Ayahku?""Iya.""Maksudnya?""Selama ini, Kakek selalu menyembunyikan ayahmu. Dia masih hidup, Danu."Apa?Netraku menatap kakek tidak percaya. Mencari kebenaran pada pria sepuh di depanku. Memandangnya dengan penuh tanda tanya.Ibu pernah berkata, 'ayahmu telah pergi, Danu.' hanya itu yang dia ceritakan saat itu. Namun, ibu tak pernah mengatakan keberadaannya hingga ajal menjem

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-11
  • Pengkhianatan Istriku   Bab 57. Pemakaman Ayah

    Bab 57. Pemakaman AyahLebih dari dua puluh tahun aku menunggu. Akan tetapi, ayah tak pernah pulang ke rumah. Selama ini, kami hanya hidup berdua saja dengan ibu.Kutekan dada yang terasa sesak. Menahan beban di hati yang terus menerus dilanda kebencian. Ayah terus saja meminta maaf, tetapi aku enggan untuk memaafkan.Satu hari, satu Minggu, satu bulan, bahkan lebih dari satu tahun aku menunggu kedatangannya. Namun, ayah tak pernah kembali menjemput kami. Sampai pada suatu hari, aku lelah menari. Pada akhirnya, aku mengerti. Ayah lebih memilih istri mudanya daripada ibu. Wanita yang sudah rela meninggalkan rumah, orang tua, dan juga harta."Ibu, aku tidak akan pernah menunggu Ayah lagi. Dia telah pergi bersama dengan perempuan itu," ucapku kala itu. Kucoret foto yang tergantung di atas dinding. Membakarnya hingga menjadi abu."Danu, suatu hari nanti ayahmu pasti akan kembali.""Danu tidak mau Ayah lagi, Ibu. Ayah jahat!""Biar bagaimanapun dia adalah ayahmu, Nak.""Iya, Ibu. Danu janj

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-14
  • Pengkhianatan Istriku   Bab 58. Karma Untuk Sakira

    Bab 58. Karma Untuk SakiraHujan masih terus mengguyur bumi dengan deras. Usahaku untuk melepaskan Rani dari jepitan kursi terasa sulit. Posisi saat itu terasa sulit. Pak Arki meninggal di tempat karena kecelakaan. Kesedihan tak bisa kuhindari.Baru saja mengantarkan pemakaman ayah. Mendadak mobil yang kami tumpangi mengalami tabrakan. Awalnya, hanya menghindari pohon yang ambruk. Namun, naas. Mobil yang dikemudikan Pak Akri menabrak tugu pembatas. Hingga bagian depan ringsek parah."Rani, bertahanlah! Aku akan membawamu ke rumah sakit," ucapku lirih.Menggenggam tangan Rani yang berubah menjadi dingin. Pun dengan kondisi Rafa yang tidak jauh berbeda. Mengalami luka parah pada bagian kaki yang terjepit.Hanya aku yang masih bisa bertahan. Walau luka tidak terlalu parah, tetapi sekujur tubuhku rasanya mau remuk. Tulang-tulangku juga rasanya ingin patah. Berkali-kali aku melirik Rani, dan Rafa bergantian. Takut keduanya akan menutup mata selamanya. Aku tidak bisa melihat saat-saat terak

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-14

Bab terbaru

  • Pengkhianatan Istriku   Bab 93. Balasan Untuk Istri Pengkhianat

    Bab 93. Balasan Untuk Istri PengkhianatTak lama kemudian, Arga datang membawa surat kontrak CV Anugerah. Menyerahkan kepada Rani, dan mengalihkan tanda tangan padanya. Arga memberikan pena, lalu memintaku untuk tanda tangan."Ini surat pengalihan kontrak kerja dengan CV Anugerah, Rani. Kau boleh membacanya terlebih dahulu sebelum Danu menyerahkan padamu dan menandatangani surat kuasa," ucap Arga menyerahkan dokumen kepada Rani."Baiklah, Arga. Akan kuperiksa lebih dahulu sebelum ditandatangani Danu.""Kau adalah wanita licik yang menggunakan cara kotor untuk meraih kesuksesan," sarkas Arga."Memangnya kenapa jika aku melakukannya. Bukankah dia juga sama melakukan dengan cara curang?""Kau benar-benar wanita iblis, Rani," cibir Arga."Diam! Aku tidak meminta pendapatmu, Arga!" Bentak Rani. Seraya meletakkan dokumen di hadapanku."Tandatangani dokumen pengalihan ini, Danu!""Kau sudah berjanji akan membebaskan Aisyah bila aku memberikan dokumen pengalihan surat kontrak kerja itu, kan?

  • Pengkhianatan Istriku   Bab 92. Syarat

    Bab 92. Syarat"Sial!" Umpatku kesal. Rani langsung memutus sambungan telepon."Ada apa, Danu?" tanya Arga mengernyitkan dahi."Rani memintaku untuk datang sendirian ke gudang tua. Dia menyekap Aisyah, Arga.""Astaga! Kurasa perempuan itu sudah tidak waras, Danu.""Kita harus bagaimana ini, Arga.""Tenangkan dirimu, Danu. Aku akan berusaha untuk membantumu.""Baiklah.""Kau pergilah temui Rani. Bicarakan baik-baik dengan dia.""Oke, aku pergi dulu.""Jaga dirimu baik-baik, Danu!""Iya, Arga.""Den Danu, Mamang ikut, ya." Mang Dadang menyela, ketika aku akan masuk ke dalam mobil."Tidak usah, Mang. Sebaiknya Mang Dadang pulang saja jaga Kakek. Dan jemput Rafa di sekolah. Aku tidak mau terjadi sesuatu pada Rafa.""Baiklah, Den Danu. Mang Dadang akan jemput Rafa di sekolah. Den Danu hati-hati di jalan, ya!""Iya, Mang. Aku titip Rafa, ya!""Inggih, Den. Mamang akan jaga Rafa dengan taruhan nyawa."Aku mengangguk tanpa menjawab, lalu segera masuk ke dalam mobil. Melaju dengan kecepatan ti

  • Pengkhianatan Istriku   Bab 91. Dalang Penculikkan

    Bab 91. Dalang PenculikkanJantungku terasa berdetak kencang. Ketika mendengar suara teriakan Aisyah, sebelum menutup telepon. Sumpah demi Tuhan. Aku takut terjadi sesuatu pada Aisyah dan bayiku.Bentley hitam melaju dengan kecepatan tinggi. Menyalip beberapa mobil yang lewat. Walau mendapat sumpah serapah pada pengendara yang lain, tetapi Arga tetap tak peduli. Aku masih terus meminta agar pulang ke rumah.Sampai di rumah aku tak melihat siapa pun. Ketika masuk kakek hanya memandangku pongah. Memasuki halaman dengan napas ngos-ngosan."Danu, apa yang telah terjadi padamu? Kenapa kau masuk tanpa permisi ataupun mengucap salam. Seperti habis dikejar setan saja," ujar kakek menatap heran."Kakek, di mana Aisyah?"Aisyah?" kening kakek mengernyit."Iya, Aisyah.""Aisyah sudah pergi ke rumah sakit.""Siapa yang sudah mengantarkan Aisyah?""Si Dadang. Memangnya kenapa?""Kakek yakin Mang Dadang yang sudah mengantarkan Aisyah?""Ya tentu saja. Apa kau pikir Kakek ini sudah pikun? Tidak bisa

  • Pengkhianatan Istriku   Bab 90. Mati Kutu

    Bab 90. Mati KutuSetelah kepergian Sakira, Jodi dalam pengasuhan ku. Walau kadang dia terlihat bersedih, lambat lain Jodi kembali ceria. Meski tidak seperti dulu lagi. Kadang, aku memergoki Jodi melamun. Memperhatikan teman-temannya bermain. Juga orang tua yang menggendong anaknya.Untuk menghilangkan rasa kesepiannya, Jodi didaftarkan di sekolah Paud. Mungkin dengan begitu dia sedikit melupakan kesedihan kehilangan ibunya.Tiga bulan kemudian, kasus kebakaran terungkap. Bukti-bukti mengarah kepada Rani. Polisi menemukan satu anting yang jatuh di dekat area halaman. Saat itu, pihak petugas menelpon. Memberi tahu penemuan barang bukti."Selamat siang, Tuan Danu," ucap Briptu Zidan."Selamat siang, Pak.""Kami menemukan barang bukti satu buah anting mutiara di halaman depan. Apakah ini milik korban?""Bukan, Pak. Sepertinya, aku mengenal pemilik anting ini.""Bisa Anda jelaskan siapa pemiliknya?""Anting itu milik mantan istriku. Aku sendiri mengenalnya karena itu hadiah ulang tahunnya

  • Pengkhianatan Istriku   Bab 89. Burung Gagak Hitam

    Bab 89. Burung Gagak HitamWajah Rani membeku seketika saat Tanaka berakhir di penjara. Mungkin dia juga tidak menyangka. Kalau aku adalah pemilik perusahaan Anugerah. Saat itu, usahanya untuk membuatku bangkrut sia-sia. Benar apa pepatah mengatakan, 'apa yang kau tanam itulah yang kau petik.'Tanaka telah memetik buah dari keserakahannya. Dia mendapatkan hukuman tujuh tahun kurungan. Terbukti melakukan tindak pidana. Kini, tinggal Rani yang masih gencar untuk menjatuhkan perusahaanku."Ingat, Danu. Aku pasti akan membalas dendam atas semua perbuatanmu. Kau telah membuat kakakku masuk ke dalam penjara. Rasakan pembalasanku nanti," ucap Rank dengan nada mengancam"Sadarlah, Rani. Balas dendam itu tidak baik. Jadilah dirimu sendiri seperti dulu. Aku suka Rani yang manis dan imut seperti bintang film India.""Cih! Najis!" Cemooh Rani.Aku menarik napas. Memijat dahi yang terasa sakit. Berkali-kali menahan dada yang sesak. Tidak kusangka secepat itu Rani berubah. Seolah beberapa tahun keb

  • Pengkhianatan Istriku   Bab 88. Kalah Telak

    Bab 88. Kalah Telak"Celaka, Danu. Pabrik kita yang meproduksi mei instans terbakar pada bagian Utara," ucap Arga pongah. Seketika datang dengan napas tersengal-sengal."Apa?""Tidak ada satu barang pun yang bisa diselamatkan dari sana. Semua telah ludes terbakar.""Apa yang terjadi di sana, Arga?""Menurut satpam penjaga kebakaran terjadi karena adanya korsleting listrik.""Kalau begitu ayo, kita segera melihat ke sana," ujarku."Ayo!"Arga mengikuti langkahku dari belakang. Kami segera menuju ke pabrik mie instan, yang beroperasi pada jam malam. Pabrik itu, tak pernah sepi karena terbagi menjadi dua sip. Ada karyawan yang masuk jam kerja pagi. Ada juga yang masuk pada jam enam malam hingga jam enam pagi. Semua berjalan normal ketika aktivitas para karyawan dimulai.Bentley hitam menuju ke arah pinggiran kota. Ketika aku dan Arga sudah sampai di tempat itu, seluruh pabrik telah ludes terbakar. Hanya tinggal sisa sedikit saja pada bagian pengemasan."Apa yang telah terjadi?" tanyaku p

  • Pengkhianatan Istriku   Bab 87. Iri Bilang, Bos

    Bab 87. Iri Bilang, BosAku pulang dengan raut yang gusar. Tidak disangka mereka berdua telah menipuku habis-habisan. Bagaimana Rani bisa setenang itu, pura-pura mencintaiku. Padahal, dia wanita pengkhianat.Sampai di rumah aku segera membuka jas, lalu melemparkannya asal. Aisyah yang melihatku kesal menatap heran."Mas, apa yang terjadi? Kenapa wajahmu seperti habis kalah judi?""Aku sedang tidak bercanda, Ais. Tolong tinggalkan aku sendiri. Aku tidak ingin diganggu.""Katakan kalau kamu punya masalah. Aku akan coba membantumu.""Tidak ada," jawabku ketus. Membuka dasi, lalu mencampakkan asal.Aisyah yang melihatku geram masih bergeming. Menatapku dengan pandangan heran. Mungkin dia sedang berpikir aku lagi punya masalah.Lama kami terdiam tanpa saling berbicara. Namun, Aisyah dengan sabar menungguku. Hingga emosi menjadi reda. Saat itu, dia kembali lagi sambil membawa segelas jus buah naga."Minumlah! Biar mood kamu bagus, Mas," ujarnya. Meletakkan gelas berisi jus buah naga di atas

  • Pengkhianatan Istriku   Bab 86. Rahasia Terungkap

    Bab 86. Rahasia TerungkapHatiku terasa mencelos. Ketika mendengar ucapan Sakira. Ada yang disembunyikan. Namun, Sakira tak ingin mengatakan ada rahasia apa antara Rani dan juga Tanaka. Jujur, aku merasa ketar ketir saat melihat mereka datang ke pesta pernikahan Naina. Bergandengan tangan layaknya pasangan kekasih.Berkali-kali kutarik napas. Untuk menghirup oksigen dalam rongga dada. Barangkali bisa mengurangi rasa sesak yang sedari tadi menghimpit. Mungkin dengan melonggarkan dasi bisa membuatku lebih rilex. Akan tetapi, tetap saja suasana hati terasa kaku. Seolah sedang mati rasa. Duduk salah berdiri pun juga salah."Danu, celaka dua belas!" ujar Arga. Tiba-tiba saja dia masuk ke dalam ruangan tanpa mengetuk pintu. Membuatku mengernyitkan dahi."Ada apa? Kenapa kau seperti melihat hantu, Arga?""Apa kau belum tau kalau perusahaan yang ada di distrik Selatan sudah diambil alih?""Maksudnya?""Para karyawan tadi menelponku kalua PT Adikarya sudah beralih tangan.""Beralih tangan?""I

  • Pengkhianatan Istriku   Bab 85. Talak Tiga

    Bab 85. Talak TigaDadaku terasa sesak. Bagaimana dihimpit batu besar. Ketika mendengar Rani meminta talak. Siang itu, selesai makan kami bertiga kumpul di ruang keluarga. Dengan disaksikan kakek dan Aisyah, aku menjatuhkan talak untuk Rani.Sebuah bukti baru yang kudapat dari nomor tak dikenal, telah mengirimkan foto-foto Rani bersama selingkuhannya. Rasa sesak di dalam dada memenuhi rongga paru-paru. Bagai ditimpa beban berton-ton. Sakitnya hingga ke tulang belulang."Rani, pikirkan baik-baik permintaanmu. Benar kamu ingin meminta talak pada Danu?" tanya kakek menatapnya."Iya, Kek. Keputusanku sudah bulat. Hari ini aku akan angkat kaki dari sini untuk selamanya. Aku langsung meminta talak tiga," jawab Rani tanpa ragu."Sudahlah, Kakek. Untuk apalagi Kakek membujuk wanita seperti dia. Wanita yang tidak pantas menjaga kehormatan dirinya, dia tidak pantas untuk dipertahankan," ucapku menyela."Sabar, Danu. Semua bisa kita selesaikan secara baik-baik. Tidak harus memakai kekerasan fisi

DMCA.com Protection Status