Bab 57. Pemakaman AyahLebih dari dua puluh tahun aku menunggu. Akan tetapi, ayah tak pernah pulang ke rumah. Selama ini, kami hanya hidup berdua saja dengan ibu.Kutekan dada yang terasa sesak. Menahan beban di hati yang terus menerus dilanda kebencian. Ayah terus saja meminta maaf, tetapi aku enggan untuk memaafkan.Satu hari, satu Minggu, satu bulan, bahkan lebih dari satu tahun aku menunggu kedatangannya. Namun, ayah tak pernah kembali menjemput kami. Sampai pada suatu hari, aku lelah menari. Pada akhirnya, aku mengerti. Ayah lebih memilih istri mudanya daripada ibu. Wanita yang sudah rela meninggalkan rumah, orang tua, dan juga harta."Ibu, aku tidak akan pernah menunggu Ayah lagi. Dia telah pergi bersama dengan perempuan itu," ucapku kala itu. Kucoret foto yang tergantung di atas dinding. Membakarnya hingga menjadi abu."Danu, suatu hari nanti ayahmu pasti akan kembali.""Danu tidak mau Ayah lagi, Ibu. Ayah jahat!""Biar bagaimanapun dia adalah ayahmu, Nak.""Iya, Ibu. Danu janj
Bab 58. Karma Untuk SakiraHujan masih terus mengguyur bumi dengan deras. Usahaku untuk melepaskan Rani dari jepitan kursi terasa sulit. Posisi saat itu terasa sulit. Pak Arki meninggal di tempat karena kecelakaan. Kesedihan tak bisa kuhindari.Baru saja mengantarkan pemakaman ayah. Mendadak mobil yang kami tumpangi mengalami tabrakan. Awalnya, hanya menghindari pohon yang ambruk. Namun, naas. Mobil yang dikemudikan Pak Akri menabrak tugu pembatas. Hingga bagian depan ringsek parah."Rani, bertahanlah! Aku akan membawamu ke rumah sakit," ucapku lirih.Menggenggam tangan Rani yang berubah menjadi dingin. Pun dengan kondisi Rafa yang tidak jauh berbeda. Mengalami luka parah pada bagian kaki yang terjepit.Hanya aku yang masih bisa bertahan. Walau luka tidak terlalu parah, tetapi sekujur tubuhku rasanya mau remuk. Tulang-tulangku juga rasanya ingin patah. Berkali-kali aku melirik Rani, dan Rafa bergantian. Takut keduanya akan menutup mata selamanya. Aku tidak bisa melihat saat-saat terak
Bab 59. Derita Istri PengkhianatRani dan Rafa sudah diizinkan pulang oleh dokter. Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit. Wajahnya yang murung terlihat semakin pucat.Matanya yang sayu menatapku redup dan berkata, "Bang Danu, aku ikhlas jika memang Abang mah menikah lagi. Bagaimanapun juga kondisiku sekarang sudah tidak lagi sempurna."Menghela napas menatapnya kasihan. Sebagai lelaki normal tentu aku tidak akan pernah menolak. Keinginan Rani untuk mengizinkan berpoligami. Namun, sebagai suami aku tidak boleh egois. Bagaimanapun juga semua bukan kesalahannya. Rani mengalami kecelakaan dan kehilangan calon bayi, karena aku juga."Kamu tidak perlu khawatir. Ada atau tidak adanya anak Abang tetap akan mencintaimu.""Sangat egois rasanya bila aku terus mempertahankan Abang. Aku wanita yang tak sempurna. Bagaimanapun juga Abang pasti menginginkan keturunan untuk meneruskan semua perusahaan Kakek."Rani terisak. Bahunya berguncang menahan tangis. Kubiarkan dia menangis. Mungkin denga
Bab 60. Antara Aku, Dia dan Kamu"Danu, Kakek dengar Rani ingin kamu menikah lagi. Apa benar berita itu?""Iya, Kek.""Sejujurnya, Kakek tidak bisa membenarkan apa yang menjadi keinginan Rani. Tapi … semua keputusan ada pada kalian. Kakek tidak ingin mencampuri urusan rumah tangga kalian berdua."Aku dan Rani mendengarkan nasihat kakek. Pria yang terlihat sudah sepuh itu, hanya menarik napas panjang. Berulang-ulang kali terdengar mendesah. Seolah ada beban yang sedang menghimpitnya.Memang, tidak mudah melepas kepergian orang yang sangat dicintai. Apalagi, harus membagi hati dan cinta untuk orang lain. Meskipun Rani ikhlas dimadu, tetapi bisa kurasakan hatinya terluka. Mana ada wanita yang rela berbagi suami dengan perempuan lain.Saat itu, posisiku juga sama. Melepas kepergian Sakira, dan juga Naina. Memilih untuk menikah dengan yang lain. Perasaan begitu berat mencengkram raga dan jiwa. Laksana dihempas ke dalam jurang yang dalam. Ketika kedua istriku meminta talak."Kakek, Rani ikh
Bab 61. Masa LaluSiang itu, mendung turun menjelaga di atas langit. Perlahan rintik-rintik hujan jatuh membasahi bumi. Kutatap tubuh Sakira yang terbaring lemah di atas bangsal. Jodi hanya menangis di samping ibunya. Meratap sambil sesekali memeluk Sakira.Sudah dua hari Sakira dirawat di rumah sakit. Kondisinya semakin lemah dan tak berdaya. Mungkin karena kanker paru-paru yang sudah di deritanya. Telah menggerogoti ke seluruh tubuh. Menurut informasi dari dokter; menderita kanker stadium empat. Semua sel-sel bibit penyakit sudah menyebar ke seluruh tubuh."Mama, bangun, Ma! Jodi janji tidak akan nakal lagi. Jodi akan nurut semua ucapan Mama," ucap Jodi memeluk tubuh Sakira. Wanita kurus itu, masih bergeming di tempatnya.Sudah beberapa hari Sakira terus memejamkan mata. Dia masih belum sadarkan diri. Dokter sudah berusaha untuk melakukan pengobatan terbaik. Akan tetapi, Sakira masih belum membuka matanya."Mama, kalau Mama pergi Jodi sama siapa? Papa sudah punya Adik baru. Jodi gak
Bab 62. Musuh Dalam Selimut"Danu, ada masalah dengan pengiriman barang ke pelabuhan. Semua barang dikembalikan karena kualitasnya dianggap jelek. Tidak memenuhi standar SNI," ucap Arga meletakkan berkas di atas meja.Kuraih berkas di atas meja. Memeriksa semua data yang dikirim dua hari yang lalu. Semua barang yang dikemas kualitas standar. Akan tetapi, mereka menganggap apa yang kami kirimkan tidak sesuai. Membuatku harus turun tangan untuk menyelidiki kasus ini."Siapa yang sudah mengirimkan barang itu ke pelabuhan?""Pak Dani.""Dani?""Iya.""Panggilkan dia ke sini. Aku ingin berbicara dengan Pak Dani berdua saja.""Baiklah, akan ku panggilkan Pak Dani ke sini untuk berbicara denganmu."Aku mengangguk tanpa menjawab. Memeriksa berkas yang tadi dikirim oleh bagian gudang. Perusahaan yang berada di distrik Selatan beroperasi memproduksi kain kualitas tinggi. Semua bahan akan dikirim ke Malaysia. Banyaknya permintaan pedagang negeri Jiran, membuat perusahaan harus bekerja keras.Par
Bab 63. Demi KemanusianAku masih menyelidiki kasus Pak Dani kenapa sampai berubah menjadi penghianat. Sudah dua Minggu belum juga menemukan titik terang.Arga juga sudah kuminta untuk mencari info. Namun, belum juga membuahkan hasil. Otakku merasa buntu karena tidak menemukan jawaban."Danu, anak buahku menemukan bukti baru. Kalau semua barang yang dikembalikan konsumen telah digantikan milik Tanaka.""Benarkah?""Iya, ini adalah salah satu konsumen setia yang membeli barang dari Tanaka. Mereka bilang Tanaka memasukkan semua kain untuk dijual ke pedagang Malaysia. Tapi kualitas bahannya kurang baik.""Itu berarti Tanaka ada di balik semua insiden penukaran barang itu.""Mungkin saja. Tapi Pak Dani masih bungkam. Tidak mau berterus terang siapa dalang di balik layar.""Kita harus segera menghentikan Tanaka. Agar kerugian tidak semakin bertambah parah.""Aku sudah memberi diskon pada pelanggan. Untuk meningkatkan kepercayaan mereka.""Bagus kalau begitu. Aku akan segera mencari bukti.
Bab 64. Balasan Langsung TunaiRuang pemeriksaan masih tertutup rapat. Aku dan Sakira sudah menunggu Jodi selama satu jam. Namun, dokter belum juga ada tanda-tanda keluar. Sakira mondar-mandir dengan gelisah di depan ruang IGD.Tubuhnya yang ramping terlihat kurus kering. Aku sudah mengusahakan sebatas kemampuanku. Akan tetapi, dia bukan lagi tanggung jawabku sebagai suami. Dunia kami sudah berbeda."Sakira, duduklah! Tenangkan dirimu jangan terlalu banyak pikiran. Pasti Jodi bisa sembuh. Dokter sudah mengusahakan yang terbaik.""Mas Danu, aku minta maaf," ucap Sakira berlutut."Apa yang kau lakukan, Sakira?""Aku memang pantas untuk dihukum, Mas. Semua ini karena kesalahanku yang menikah dengan Tanaka.""Semua sudah terjadi. Untuk apa disesali.""Sebenarnya aku tahu kalau yang meracuni Rafa adalah Tanaka.""Jadi ….""Iya, Mas. Aku tahu rencana Tanaka yang membayar Elma untuk meracuni Rafa agar tidak bisa ikut lomba. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku memang Ibu yang bodoh dan t