Hari sudah sore ketika kami tiba di rumah. Saat itu, aku melihat kakek sudah duduk di ruang keluarga. Pandangannya tertuju padaku dan juga Rani."Danu," panggil kakek."Iya,""Duduklah!"Aku duduk tepat di hadapan kakek. Mata elangnya menatapku tajam. Dalam hati bertanya-tanya. Ada apakah Kakek memanggilku. Tidak biasanya, dia mengajak ngobrol bersama Rani.Suasana terasa canggung. Jantungku berpacu bagai kuda yang berlari kencang. Menebak-nebak apa yang akan Kakek sampaikan."Kakek ingin berbicara dengan kalian berdua," ucapnya dengan tenang. Seraya melipat satu kakinya ke atas."Masalah apa, Kek?""Ayahmu.""Ayahku?""Iya.""Maksudnya?""Selama ini, Kakek selalu menyembunyikan ayahmu. Dia masih hidup, Danu."Apa?Netraku menatap kakek tidak percaya. Mencari kebenaran pada pria sepuh di depanku. Memandangnya dengan penuh tanda tanya.Ibu pernah berkata, 'ayahmu telah pergi, Danu.' hanya itu yang dia ceritakan saat itu. Namun, ibu tak pernah mengatakan keberadaannya hingga ajal menjem
Bab 57. Pemakaman AyahLebih dari dua puluh tahun aku menunggu. Akan tetapi, ayah tak pernah pulang ke rumah. Selama ini, kami hanya hidup berdua saja dengan ibu.Kutekan dada yang terasa sesak. Menahan beban di hati yang terus menerus dilanda kebencian. Ayah terus saja meminta maaf, tetapi aku enggan untuk memaafkan.Satu hari, satu Minggu, satu bulan, bahkan lebih dari satu tahun aku menunggu kedatangannya. Namun, ayah tak pernah kembali menjemput kami. Sampai pada suatu hari, aku lelah menari. Pada akhirnya, aku mengerti. Ayah lebih memilih istri mudanya daripada ibu. Wanita yang sudah rela meninggalkan rumah, orang tua, dan juga harta."Ibu, aku tidak akan pernah menunggu Ayah lagi. Dia telah pergi bersama dengan perempuan itu," ucapku kala itu. Kucoret foto yang tergantung di atas dinding. Membakarnya hingga menjadi abu."Danu, suatu hari nanti ayahmu pasti akan kembali.""Danu tidak mau Ayah lagi, Ibu. Ayah jahat!""Biar bagaimanapun dia adalah ayahmu, Nak.""Iya, Ibu. Danu janj
Bab 58. Karma Untuk SakiraHujan masih terus mengguyur bumi dengan deras. Usahaku untuk melepaskan Rani dari jepitan kursi terasa sulit. Posisi saat itu terasa sulit. Pak Arki meninggal di tempat karena kecelakaan. Kesedihan tak bisa kuhindari.Baru saja mengantarkan pemakaman ayah. Mendadak mobil yang kami tumpangi mengalami tabrakan. Awalnya, hanya menghindari pohon yang ambruk. Namun, naas. Mobil yang dikemudikan Pak Akri menabrak tugu pembatas. Hingga bagian depan ringsek parah."Rani, bertahanlah! Aku akan membawamu ke rumah sakit," ucapku lirih.Menggenggam tangan Rani yang berubah menjadi dingin. Pun dengan kondisi Rafa yang tidak jauh berbeda. Mengalami luka parah pada bagian kaki yang terjepit.Hanya aku yang masih bisa bertahan. Walau luka tidak terlalu parah, tetapi sekujur tubuhku rasanya mau remuk. Tulang-tulangku juga rasanya ingin patah. Berkali-kali aku melirik Rani, dan Rafa bergantian. Takut keduanya akan menutup mata selamanya. Aku tidak bisa melihat saat-saat terak
Bab 59. Derita Istri PengkhianatRani dan Rafa sudah diizinkan pulang oleh dokter. Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit. Wajahnya yang murung terlihat semakin pucat.Matanya yang sayu menatapku redup dan berkata, "Bang Danu, aku ikhlas jika memang Abang mah menikah lagi. Bagaimanapun juga kondisiku sekarang sudah tidak lagi sempurna."Menghela napas menatapnya kasihan. Sebagai lelaki normal tentu aku tidak akan pernah menolak. Keinginan Rani untuk mengizinkan berpoligami. Namun, sebagai suami aku tidak boleh egois. Bagaimanapun juga semua bukan kesalahannya. Rani mengalami kecelakaan dan kehilangan calon bayi, karena aku juga."Kamu tidak perlu khawatir. Ada atau tidak adanya anak Abang tetap akan mencintaimu.""Sangat egois rasanya bila aku terus mempertahankan Abang. Aku wanita yang tak sempurna. Bagaimanapun juga Abang pasti menginginkan keturunan untuk meneruskan semua perusahaan Kakek."Rani terisak. Bahunya berguncang menahan tangis. Kubiarkan dia menangis. Mungkin denga
Bab 60. Antara Aku, Dia dan Kamu"Danu, Kakek dengar Rani ingin kamu menikah lagi. Apa benar berita itu?""Iya, Kek.""Sejujurnya, Kakek tidak bisa membenarkan apa yang menjadi keinginan Rani. Tapi … semua keputusan ada pada kalian. Kakek tidak ingin mencampuri urusan rumah tangga kalian berdua."Aku dan Rani mendengarkan nasihat kakek. Pria yang terlihat sudah sepuh itu, hanya menarik napas panjang. Berulang-ulang kali terdengar mendesah. Seolah ada beban yang sedang menghimpitnya.Memang, tidak mudah melepas kepergian orang yang sangat dicintai. Apalagi, harus membagi hati dan cinta untuk orang lain. Meskipun Rani ikhlas dimadu, tetapi bisa kurasakan hatinya terluka. Mana ada wanita yang rela berbagi suami dengan perempuan lain.Saat itu, posisiku juga sama. Melepas kepergian Sakira, dan juga Naina. Memilih untuk menikah dengan yang lain. Perasaan begitu berat mencengkram raga dan jiwa. Laksana dihempas ke dalam jurang yang dalam. Ketika kedua istriku meminta talak."Kakek, Rani ikh
Bab 61. Masa LaluSiang itu, mendung turun menjelaga di atas langit. Perlahan rintik-rintik hujan jatuh membasahi bumi. Kutatap tubuh Sakira yang terbaring lemah di atas bangsal. Jodi hanya menangis di samping ibunya. Meratap sambil sesekali memeluk Sakira.Sudah dua hari Sakira dirawat di rumah sakit. Kondisinya semakin lemah dan tak berdaya. Mungkin karena kanker paru-paru yang sudah di deritanya. Telah menggerogoti ke seluruh tubuh. Menurut informasi dari dokter; menderita kanker stadium empat. Semua sel-sel bibit penyakit sudah menyebar ke seluruh tubuh."Mama, bangun, Ma! Jodi janji tidak akan nakal lagi. Jodi akan nurut semua ucapan Mama," ucap Jodi memeluk tubuh Sakira. Wanita kurus itu, masih bergeming di tempatnya.Sudah beberapa hari Sakira terus memejamkan mata. Dia masih belum sadarkan diri. Dokter sudah berusaha untuk melakukan pengobatan terbaik. Akan tetapi, Sakira masih belum membuka matanya."Mama, kalau Mama pergi Jodi sama siapa? Papa sudah punya Adik baru. Jodi gak
Bab 62. Musuh Dalam Selimut"Danu, ada masalah dengan pengiriman barang ke pelabuhan. Semua barang dikembalikan karena kualitasnya dianggap jelek. Tidak memenuhi standar SNI," ucap Arga meletakkan berkas di atas meja.Kuraih berkas di atas meja. Memeriksa semua data yang dikirim dua hari yang lalu. Semua barang yang dikemas kualitas standar. Akan tetapi, mereka menganggap apa yang kami kirimkan tidak sesuai. Membuatku harus turun tangan untuk menyelidiki kasus ini."Siapa yang sudah mengirimkan barang itu ke pelabuhan?""Pak Dani.""Dani?""Iya.""Panggilkan dia ke sini. Aku ingin berbicara dengan Pak Dani berdua saja.""Baiklah, akan ku panggilkan Pak Dani ke sini untuk berbicara denganmu."Aku mengangguk tanpa menjawab. Memeriksa berkas yang tadi dikirim oleh bagian gudang. Perusahaan yang berada di distrik Selatan beroperasi memproduksi kain kualitas tinggi. Semua bahan akan dikirim ke Malaysia. Banyaknya permintaan pedagang negeri Jiran, membuat perusahaan harus bekerja keras.Par
Bab 63. Demi KemanusianAku masih menyelidiki kasus Pak Dani kenapa sampai berubah menjadi penghianat. Sudah dua Minggu belum juga menemukan titik terang.Arga juga sudah kuminta untuk mencari info. Namun, belum juga membuahkan hasil. Otakku merasa buntu karena tidak menemukan jawaban."Danu, anak buahku menemukan bukti baru. Kalau semua barang yang dikembalikan konsumen telah digantikan milik Tanaka.""Benarkah?""Iya, ini adalah salah satu konsumen setia yang membeli barang dari Tanaka. Mereka bilang Tanaka memasukkan semua kain untuk dijual ke pedagang Malaysia. Tapi kualitas bahannya kurang baik.""Itu berarti Tanaka ada di balik semua insiden penukaran barang itu.""Mungkin saja. Tapi Pak Dani masih bungkam. Tidak mau berterus terang siapa dalang di balik layar.""Kita harus segera menghentikan Tanaka. Agar kerugian tidak semakin bertambah parah.""Aku sudah memberi diskon pada pelanggan. Untuk meningkatkan kepercayaan mereka.""Bagus kalau begitu. Aku akan segera mencari bukti.
Bab 93. Balasan Untuk Istri PengkhianatTak lama kemudian, Arga datang membawa surat kontrak CV Anugerah. Menyerahkan kepada Rani, dan mengalihkan tanda tangan padanya. Arga memberikan pena, lalu memintaku untuk tanda tangan."Ini surat pengalihan kontrak kerja dengan CV Anugerah, Rani. Kau boleh membacanya terlebih dahulu sebelum Danu menyerahkan padamu dan menandatangani surat kuasa," ucap Arga menyerahkan dokumen kepada Rani."Baiklah, Arga. Akan kuperiksa lebih dahulu sebelum ditandatangani Danu.""Kau adalah wanita licik yang menggunakan cara kotor untuk meraih kesuksesan," sarkas Arga."Memangnya kenapa jika aku melakukannya. Bukankah dia juga sama melakukan dengan cara curang?""Kau benar-benar wanita iblis, Rani," cibir Arga."Diam! Aku tidak meminta pendapatmu, Arga!" Bentak Rani. Seraya meletakkan dokumen di hadapanku."Tandatangani dokumen pengalihan ini, Danu!""Kau sudah berjanji akan membebaskan Aisyah bila aku memberikan dokumen pengalihan surat kontrak kerja itu, kan?
Bab 92. Syarat"Sial!" Umpatku kesal. Rani langsung memutus sambungan telepon."Ada apa, Danu?" tanya Arga mengernyitkan dahi."Rani memintaku untuk datang sendirian ke gudang tua. Dia menyekap Aisyah, Arga.""Astaga! Kurasa perempuan itu sudah tidak waras, Danu.""Kita harus bagaimana ini, Arga.""Tenangkan dirimu, Danu. Aku akan berusaha untuk membantumu.""Baiklah.""Kau pergilah temui Rani. Bicarakan baik-baik dengan dia.""Oke, aku pergi dulu.""Jaga dirimu baik-baik, Danu!""Iya, Arga.""Den Danu, Mamang ikut, ya." Mang Dadang menyela, ketika aku akan masuk ke dalam mobil."Tidak usah, Mang. Sebaiknya Mang Dadang pulang saja jaga Kakek. Dan jemput Rafa di sekolah. Aku tidak mau terjadi sesuatu pada Rafa.""Baiklah, Den Danu. Mang Dadang akan jemput Rafa di sekolah. Den Danu hati-hati di jalan, ya!""Iya, Mang. Aku titip Rafa, ya!""Inggih, Den. Mamang akan jaga Rafa dengan taruhan nyawa."Aku mengangguk tanpa menjawab, lalu segera masuk ke dalam mobil. Melaju dengan kecepatan ti
Bab 91. Dalang PenculikkanJantungku terasa berdetak kencang. Ketika mendengar suara teriakan Aisyah, sebelum menutup telepon. Sumpah demi Tuhan. Aku takut terjadi sesuatu pada Aisyah dan bayiku.Bentley hitam melaju dengan kecepatan tinggi. Menyalip beberapa mobil yang lewat. Walau mendapat sumpah serapah pada pengendara yang lain, tetapi Arga tetap tak peduli. Aku masih terus meminta agar pulang ke rumah.Sampai di rumah aku tak melihat siapa pun. Ketika masuk kakek hanya memandangku pongah. Memasuki halaman dengan napas ngos-ngosan."Danu, apa yang telah terjadi padamu? Kenapa kau masuk tanpa permisi ataupun mengucap salam. Seperti habis dikejar setan saja," ujar kakek menatap heran."Kakek, di mana Aisyah?"Aisyah?" kening kakek mengernyit."Iya, Aisyah.""Aisyah sudah pergi ke rumah sakit.""Siapa yang sudah mengantarkan Aisyah?""Si Dadang. Memangnya kenapa?""Kakek yakin Mang Dadang yang sudah mengantarkan Aisyah?""Ya tentu saja. Apa kau pikir Kakek ini sudah pikun? Tidak bisa
Bab 90. Mati KutuSetelah kepergian Sakira, Jodi dalam pengasuhan ku. Walau kadang dia terlihat bersedih, lambat lain Jodi kembali ceria. Meski tidak seperti dulu lagi. Kadang, aku memergoki Jodi melamun. Memperhatikan teman-temannya bermain. Juga orang tua yang menggendong anaknya.Untuk menghilangkan rasa kesepiannya, Jodi didaftarkan di sekolah Paud. Mungkin dengan begitu dia sedikit melupakan kesedihan kehilangan ibunya.Tiga bulan kemudian, kasus kebakaran terungkap. Bukti-bukti mengarah kepada Rani. Polisi menemukan satu anting yang jatuh di dekat area halaman. Saat itu, pihak petugas menelpon. Memberi tahu penemuan barang bukti."Selamat siang, Tuan Danu," ucap Briptu Zidan."Selamat siang, Pak.""Kami menemukan barang bukti satu buah anting mutiara di halaman depan. Apakah ini milik korban?""Bukan, Pak. Sepertinya, aku mengenal pemilik anting ini.""Bisa Anda jelaskan siapa pemiliknya?""Anting itu milik mantan istriku. Aku sendiri mengenalnya karena itu hadiah ulang tahunnya
Bab 89. Burung Gagak HitamWajah Rani membeku seketika saat Tanaka berakhir di penjara. Mungkin dia juga tidak menyangka. Kalau aku adalah pemilik perusahaan Anugerah. Saat itu, usahanya untuk membuatku bangkrut sia-sia. Benar apa pepatah mengatakan, 'apa yang kau tanam itulah yang kau petik.'Tanaka telah memetik buah dari keserakahannya. Dia mendapatkan hukuman tujuh tahun kurungan. Terbukti melakukan tindak pidana. Kini, tinggal Rani yang masih gencar untuk menjatuhkan perusahaanku."Ingat, Danu. Aku pasti akan membalas dendam atas semua perbuatanmu. Kau telah membuat kakakku masuk ke dalam penjara. Rasakan pembalasanku nanti," ucap Rank dengan nada mengancam"Sadarlah, Rani. Balas dendam itu tidak baik. Jadilah dirimu sendiri seperti dulu. Aku suka Rani yang manis dan imut seperti bintang film India.""Cih! Najis!" Cemooh Rani.Aku menarik napas. Memijat dahi yang terasa sakit. Berkali-kali menahan dada yang sesak. Tidak kusangka secepat itu Rani berubah. Seolah beberapa tahun keb
Bab 88. Kalah Telak"Celaka, Danu. Pabrik kita yang meproduksi mei instans terbakar pada bagian Utara," ucap Arga pongah. Seketika datang dengan napas tersengal-sengal."Apa?""Tidak ada satu barang pun yang bisa diselamatkan dari sana. Semua telah ludes terbakar.""Apa yang terjadi di sana, Arga?""Menurut satpam penjaga kebakaran terjadi karena adanya korsleting listrik.""Kalau begitu ayo, kita segera melihat ke sana," ujarku."Ayo!"Arga mengikuti langkahku dari belakang. Kami segera menuju ke pabrik mie instan, yang beroperasi pada jam malam. Pabrik itu, tak pernah sepi karena terbagi menjadi dua sip. Ada karyawan yang masuk jam kerja pagi. Ada juga yang masuk pada jam enam malam hingga jam enam pagi. Semua berjalan normal ketika aktivitas para karyawan dimulai.Bentley hitam menuju ke arah pinggiran kota. Ketika aku dan Arga sudah sampai di tempat itu, seluruh pabrik telah ludes terbakar. Hanya tinggal sisa sedikit saja pada bagian pengemasan."Apa yang telah terjadi?" tanyaku p
Bab 87. Iri Bilang, BosAku pulang dengan raut yang gusar. Tidak disangka mereka berdua telah menipuku habis-habisan. Bagaimana Rani bisa setenang itu, pura-pura mencintaiku. Padahal, dia wanita pengkhianat.Sampai di rumah aku segera membuka jas, lalu melemparkannya asal. Aisyah yang melihatku kesal menatap heran."Mas, apa yang terjadi? Kenapa wajahmu seperti habis kalah judi?""Aku sedang tidak bercanda, Ais. Tolong tinggalkan aku sendiri. Aku tidak ingin diganggu.""Katakan kalau kamu punya masalah. Aku akan coba membantumu.""Tidak ada," jawabku ketus. Membuka dasi, lalu mencampakkan asal.Aisyah yang melihatku geram masih bergeming. Menatapku dengan pandangan heran. Mungkin dia sedang berpikir aku lagi punya masalah.Lama kami terdiam tanpa saling berbicara. Namun, Aisyah dengan sabar menungguku. Hingga emosi menjadi reda. Saat itu, dia kembali lagi sambil membawa segelas jus buah naga."Minumlah! Biar mood kamu bagus, Mas," ujarnya. Meletakkan gelas berisi jus buah naga di atas
Bab 86. Rahasia TerungkapHatiku terasa mencelos. Ketika mendengar ucapan Sakira. Ada yang disembunyikan. Namun, Sakira tak ingin mengatakan ada rahasia apa antara Rani dan juga Tanaka. Jujur, aku merasa ketar ketir saat melihat mereka datang ke pesta pernikahan Naina. Bergandengan tangan layaknya pasangan kekasih.Berkali-kali kutarik napas. Untuk menghirup oksigen dalam rongga dada. Barangkali bisa mengurangi rasa sesak yang sedari tadi menghimpit. Mungkin dengan melonggarkan dasi bisa membuatku lebih rilex. Akan tetapi, tetap saja suasana hati terasa kaku. Seolah sedang mati rasa. Duduk salah berdiri pun juga salah."Danu, celaka dua belas!" ujar Arga. Tiba-tiba saja dia masuk ke dalam ruangan tanpa mengetuk pintu. Membuatku mengernyitkan dahi."Ada apa? Kenapa kau seperti melihat hantu, Arga?""Apa kau belum tau kalau perusahaan yang ada di distrik Selatan sudah diambil alih?""Maksudnya?""Para karyawan tadi menelponku kalua PT Adikarya sudah beralih tangan.""Beralih tangan?""I
Bab 85. Talak TigaDadaku terasa sesak. Bagaimana dihimpit batu besar. Ketika mendengar Rani meminta talak. Siang itu, selesai makan kami bertiga kumpul di ruang keluarga. Dengan disaksikan kakek dan Aisyah, aku menjatuhkan talak untuk Rani.Sebuah bukti baru yang kudapat dari nomor tak dikenal, telah mengirimkan foto-foto Rani bersama selingkuhannya. Rasa sesak di dalam dada memenuhi rongga paru-paru. Bagai ditimpa beban berton-ton. Sakitnya hingga ke tulang belulang."Rani, pikirkan baik-baik permintaanmu. Benar kamu ingin meminta talak pada Danu?" tanya kakek menatapnya."Iya, Kek. Keputusanku sudah bulat. Hari ini aku akan angkat kaki dari sini untuk selamanya. Aku langsung meminta talak tiga," jawab Rani tanpa ragu."Sudahlah, Kakek. Untuk apalagi Kakek membujuk wanita seperti dia. Wanita yang tidak pantas menjaga kehormatan dirinya, dia tidak pantas untuk dipertahankan," ucapku menyela."Sabar, Danu. Semua bisa kita selesaikan secara baik-baik. Tidak harus memakai kekerasan fisi