Martis tadi sangat yakin bahwa dia berhasil memukul wajah Aligator. Tapi ternyata, Martis gagal melancarkan serangannya. Tadi, yang Martis pukul dengan sekuat tenaga rupanya hanyalah sebongkah pasir yang parasnya berbentuk seperti Aligator. "Sial! Ini hanyalah kloning! Tapi, kenapa kau mampu membuat kloning dengan pasir?" tanya Martis. Aligator menjawab sambil tertawa, dan tubuhnya saat ini tak kasat mata. "Pintar sekali kau dapat mengetahui bahwa itu adalah kloning ku. Hahahaha...! Hey, Martis..., tunjukkan kekuatanmu yang sebenarnya. Aku yakin, kau tidak selemah ini. Iya kan? Hem?" Martis nampak memejamkan kedua matanya. Lalu, setelah Martis membuka kedua matanya itu, kedua mata Martis berubah warna menjadi kuning keemasan. "Bagaimana kalau dengan ini?" tanya Martis. "Nah, ini baru benar. Jiahahahaha...!" Aligator nampak bersemangat untuk menghadapi Martis. Akan tetapi, semangat yang ada dalam jiwa dan raga Aligator itu hanyalah semangat sesaat. Tiba-tiba saja, wajah Al
Boom...! Terdengar suara ledakan yang sangat hebat. Padahal tadi, wajah Aligator terlihat sangat bersemangat. Namun, setelah ia melihat Martis menggunakan kekuatan sejatinya, tapi siapa sangka? Ternyata kekuatan sejati Martis adalah kekuatan Peri Cahaya Kecil. Kekuatan inilah yang ingin Martis gunakan untuk melawan Aligator. Ini pertama kalinya bagi Martis menggunakan kekuatan Peri Cahaya Kecil. Cahaya dari Peri Cahaya Kecil membutakan orang ada di sana karena memang sangat menyilaukan mata. Kekuatan Peri Cahaya Kecil itu keluar dari dalam tubuh Martis secara otomatis berkat pertahanan sistem yang dimiliknya. Hal itulah yang membuat wajah Aligator tadi berubah menjadi pucat pasi karena ia tahu betapa hebatnya kekuatan Peri Cahaya. Sedangkan Martis? Peri Cahaya Kecil bahkan melindunginya secara otomatis tanpa perintah apapun. Sebenarnya, seberapa hebatkah Martis ini? Itulah yang sempat ada dalam benak pikir Aligator. Sebenarnya, Peri Cahaya Kecil dapat muncul karena sistem yang Ma
Teriakan semakin menggema, menciptakan suasana kemenangan yang memenuhi udara. Suara sorak sorai dan kegembiraan memenuhi medan pertempuran, menandai kemenangan suku Rebelion atas Sachibaki Aligator. Dalam momen kemenangan ini, Martis juga menyuarakan pesan penting, "Rebelion say no to Genosida!" Menegaskan sikap suku Rebelion untuk menolak segala bentuk genosida dan kekerasan yang melanggar hak asasi manusia. Kemenangan ini menjadi simbol perlawanan dan keadilan yang dijunjung tinggi oleh suku Rebelion, di bawah kepemimpinan Martis. Setelah kemenangan suku Rebelion atas Aligator dan penyampaian pesan penting tentang menolak genosida, Martis melanjutkan perannya sebagai pemimpin yang bijaksana dan penuh perhatian. Martis kemudian mengumumkan bahwa ia akan mengadakan acara perayaan untuk merayakan kemenangan suku Rebelion. Acara ini berupa pesta kemenangan dan ritual keagamaan untuk bersyukur atas kemenangan dan keselamatan seluruh suku. Setelah mengetahui bahwa Aligator, salah sa
Dengan semangat yang berkobar, Kaziru dan D'flaminggi mulai merencanakan strategi mereka untuk menghadapi Martis. Mereka menyadari bahwa untuk berhasil mengalahkan musuh yang kuat, mereka harus bekerja sama dan saling melengkapi kekuatan masing-masing. Kaziru, dengan keberaniannya yang legendaris, menunjukkan kekuatan fisiknya yang luar biasa sambil menyusun rencana taktis. Sementara itu, D'flaminggi, yang dikenal dengan kecerdasan dan keahliannya dalam strategi perang, memberikan kontribusi berharga dengan merancang tipu daya yang cerdik. Dalam perjalanan menuju pertempuran akbar melawan Martis, persahabatan dan kepercayaan antara Kaziru dan D'flaminggi semakin menguat. Mereka tidak hanya sekadar sekutu, tetapi telah menjadi sahabat sejati yang siap berjuang bersama melawan segala rintangan yang menghadang. Sedangkan Martis, setelah ia berhasil mengalahkan Aligator, ia ingin mencari tahu kebenaran yang lebih banyak lagi tentang kerajaan Albif, karena dirasa banyak sekali kejangg
Setelah Martis mendengar dan melihat keadaan pasukannya yang kurang baik, ia bergegas menuju gerbang depan wilayah kekuasaannya. Wilayah kekuasan Martis ini memang terbilang tidak terlalu luas, dan wilayah itu kini disebut Rebelco. Penamaan Rebelco sendiri terbentuk karena desas-desus yang beredar dan menyebar luas. Padahal Martis belum pernah menetapkan nama asli untuk wilayahnya. Namun, karena sudah terlanjur dikenal oleh banyak kalangan dengan sebutan Rebelco, maka Martis juga mengikuti mereka dengan menyebut wilayah kekuasaannya dengan sebutan Rebelco. Di dalam wilayah kekuasan Rebelco milik Martis, mereka memiliki peraturan tersendiri yang harus dipatuhi jika ingin masuk ke dalam wilayah itu. Kemudian, saat Martis tiba di gerbang depan wilayahnya, ia melihat ada seorang pria yang penampilannya terbilang aneh bagi Martis. "Eh...? Pink...? Kau...? Pria..., atau wanita? Mengapa busanamu serba pink? Itu sangat mencolok!" seru Martis. Pria yang bertemu dengan Martis tak lain ad
Mendengar teriakan Mona, awalnya benar saja apa yang Mona perkirakan, mereka tidak langsung mendengarkan seruan Mona untuk melawan D'flaminggi. "Ada apa dengan kalian?! Apakah kalian semua akan diam saja melihat Pemimpin kita diperlakukan seperti ini?!" Mona menatap mereka dengan tajam, namun mereka semua menundukkan kepala. Saat Mona mencoba meyakinkan Rebelion, dia mendengar suara teriakan. Itu adalah suara teriakan Belmont. Ternyata Belmont tidak menyerah begitu saja. Ia terus bangkit, dan bangkit lagi walaupun ia tahu, kekuatannya tidak mampu mengalahkan D'flaminggi. "Hentikan, Belmont! Kau bisa mati jika terus memaksakan diri seperti ini!" teriak Mona, ia mendekati Belmont. Namun saat sedikit lagi Mona berhasil mendekati Belmont yang tadi terpental beberapa puluh meter, tubuhnya terasa aneh. Ia merasakan sakit pada bagian dada bagian belakangnya. "Argh...!" teriak Mona. Ternyata D'flaminggi tidak pandang bulu, mau itu wanita atau pria, ia akan menyerang tanpa perduli.
Ketika berniat menolong Martis, Mona dan Belmont merasa terkejut. "Ada apa ini? Apa yang terjadi? Kenapa kacau sekali?" tanya Martis, ia tiba-tiba kembali bangkit sambil memegangi kepalanya yang masih terasa pusing akibat serangan tiba-tiba D'flaminggi tadi. "Ma-martis...?!" ucap Mona, ia terkejut. "Eh, Mona? Ternyata kau ada di sini. Ada apa ini?" jawab Martis. Mona lalu menunjuk ke udara, agar Martis melihat posisi D'flaminggi. Lalu Mona juga menyuruh Martis melihat barier yang terus bergerak perlahan. Walaupun barier itu bergerak layaknya siput, namun pergerakannya pasti akan membuat ukurannya makin lama makin menyempit. "Oh iya Mona, aku ingat. Tadi aku terkena serangan orang itu. Jujur saja, serangannya sangat cepat dan kuat. Aku sampai kaget tadi," ujar Martis. "Kami sangat khawatir denganmu tadi, Martis. Kami pikir, kau sudah mati." Mona menatap Martis dengan penuh sukur. "Mati? Jangan bercanda, aku tidak akan mati hanya dengan serangan seperti itu. Tapi Mona, sepe
Satu jam, dua jam, sampai beberapa jam berlalu, keadaan semakin mencekam. Saat ini Martis masih berusaha mengalahkan D'flaminggi, namun rasanya sangat sulit bagi Martis untuk melakukannya. Hingga akhirnya, amarah Martis pun melonjak saat ia mendengar bahwa Mona sedang terluka parah akibat usahanya untuk menahan barier yang terus bergerak mengecil. "Apa yang harus aku lakukan lagi?! Argh...!" seru Martis, ia menghindari serangan musuhnya sambil menggerutu. Nampaknya konsentrasi Martis terganggu akibat terus-menerus mendengar kabar satu-persatu teman-temannya yang terluka parah. D'flaminggi yang melihat wajah frustasi Martis pun mengambil kesempatan itu untuk mengejek dan menyiksanya dengan serangan-serangan yang brutal. Kini, tubuh Martis telah penuh dengan luka. Ketika ia ingin mengaktifkan sistem pemilihan otomatis pada sistemnya, jatah harian untuk hari ini sudah terpakai semuanya. 'Aku tidak boleh terus mengandalkan sistem. Aku harus mencari cara sendiri,' gumam Martis.
Saat Emily dan Phynoglip berbicara, mereka tidak menyadari bahwa Martis sedang melakukan sesuatu yang sangat penting. Martis berjalan ke arah sebuah ruangan yang tersembunyi di balik sebuah pintu rahasia. Di dalam ruangan tersebut, Martis menemukan sebuah perangkat yang sangat canggih. Perangkat tersebut adalah sebuah alat yang dapat mendeteksi keberadaan Raja Kegelapan. Martis telah mencari alat tersebut selama bertahun-tahun, dan akhirnya ia menemukannya. Martis mengaktifkan alat tersebut dan menunggu beberapa saat hingga alat tersebut menunjukkan hasilnya. Saat hasilnya muncul, Martis terkejut. Raja Kegelapan ternyata berada di sebuah tempat yang sangat dekat dengan mereka. Martis tidak menyangka bahwa Raja Kegelapan akan berada di tempat yang begitu dekat. Martis segera mematikan alat tersebut dan berjalan keluar dari ruangan tersebut. Ia harus segera memberitahu Emily dan Phynoglip tentang hasilnya. Saat Martis kembali ke tempat Emily dan Phynoglip, ia melihat bahwa mer
Dalam benaknya, Martis terus berpikir. Dengan konsentrasinya yang sangat baik, Martis mencoba menelaah tentang kejadian hari ini. Dan pada saat ini, Mia sedang berjalan ke arah pintu yang tersembunyi di belakang tirai, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis juga mengikuti mereka, dengan rasa penasaran yang semakin besar. Saat mereka mencapai pintu tersebut, Mia berhenti dan menatap Martis dengan senyumannya yang lembut. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Dan tiba-tiba saja, ada kejadian aneh. Mia menghilang begitu saja di hadapan mereka. Phynoglip serta Emily terkejut dan menatap bayangan tersebut dengan rasa penasaran. "Apa yang terjadi?" tanya Phynoglip heran. "Aku tidak tahu," ucap Emily yang sama herannya. "Tapi aku rasa Mia yang kita lihat sebelumnya bukanlah Mia yang sebenarnya." Dan selang beberapa menit kemudian, Mia muncul kembali. Ternyata..., sosok yang mengaku sebagai Mia ini hanyalah bayang
Mia berjalan ke arah Martis, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu ingin lakukan, Mia?" tanya Martis dengan suara yang keras. Mia tetap tersenyum lembut, kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku ingin menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu maksud?!" tanya Martis dengan suara yang keras. Dengan senyum lembutnya, Mia kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita hanya memiliki puisi yang tidak berharga," ucap Mia dengan suara yang masih sama pelannya. Mia kemudian mengambil kertas yang memiliki puisi yang tertulis di dalamnya dari Emily, kemudian memberikannya kepada Martis. Martis menatap kertas tersebut dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang
Mia memimpin mereka ke arah mesin tersebut, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Saat mereka mendekati mesin tersebut, mereka melihat bahwa mesin tersebut memiliki sebuah layar yang besar dan beberapa tombol yang berkilauan. Mia menekan salah satu tombol tersebut, dan layar mesin tersebut langsung menyala. Phynoglip dan Emily terkejut melihat bahwa layar tersebut menampilkan sebuah gambar yang aneh, seperti sebuah peta yang kompleks. "Apa ini?" tanya Phynoglip dengan suara yang penasaran. Mia menjawab, "Ini adalah peta sistem yang kita gunakan untuk mengontrol dunia ini," ucap Mia dengan suara yang pelan. "Dengan peta ini, kita dapat melihat bagaimana sistem tersebut bekerja dan bagaimana kita dapat mengubahnya." Emily kemudian menatap peta tersebut dengan rasa penasaran. "Bagaimana kita dapat mengubahnya?" tanya Emily dengan suara yang pelan. Mia memandang Emily dengan mata yang berbinar. "Kita dapat mengubahnya dengan menggunakan kode yang tepat," ucap Mia
Phynoglip mengangguk, kemudian menatap sekeliling tempat mereka berada. "Tempat ini aneh," ucap Phynoglip dengan suara yang pelan. "Aku merasa seperti berada di dalam komputer atau sesuatu." "Aku juga merasa seperti itu. Sepertinya kita berada di dalam sistem atau dimensi lain." jawab Emily dengan nada yang sama dengan Phynoglip. Keduanya terdiam sejenak, kemudian Phynoglip bertanya lagi. "Kamu pikir apa yang disembunyikan oleh Martis?" Emily memandang Phynoglip dengan serius. "Aku pikir Tuan Martis menyembunyikan sesuatu hal yang sangat penting." Phynoglip mengangguk, kemudian keduanya terdiam lagi. Akan tetapi, kali ini tiba-tiba, Phynoglip berbicara dengan nada yang berbeda. "Emily, aku merasa ada sesuatu yang aneh di sini. Sepertinya kita tidak sendirian." Emily menatap Phynoglip dengan heran, kemudian menoleh ke sekeliling. Tiba-tiba, dia melihat bayangan yang bergerak di kejauhan. "Apa itu?" bisik Emily dengan suara yang pelan. Kemudian Phynoglip berjalan menuju bayangan te
Martis hari ini dipusingkan dengan tingkah laku kedua bayi besarnya, yaitu Emily dan Phyno. Dan tanpa diduga, saat Martis menatap wajah Emily, lagi-lagi ia teringat akan raut wajah istrinya. Sampai tanpa sadar dia berucap, "Mia...?" Martis kemudian tiba-tiba memeluk tubuh Emily. "Maafkan aku, Mia..., aku pasti akan kembali," ucap Martis yang mempererat pelukannya pada Emily. "Aku bersumpah! Akan menemukan cara untuk kembali pada mereka. Tapi kira-kira, apakah mereka masih mengingatku?" Emily yang tidak mengerti apa yang terjadi, menatap wajah Martis dengan heran. la merasa tidak nyaman dengan pelukan Martis yang terlalu erat. Sementara itu, Phyno yang ada di sebelahnya, menatap Martis dengan rasa penasaran. "Martis, apa yang terjadi?" tanya Phyno dengan suara yang pelan. Martis tersadar dari lamunannya dan melepaskan pelukannya pada Emily. la memandang wajah Emily dan tersenyum. "Maaf, Emily," ucap Martis dengan suara yang lembut. "Aku hanya..., teringat pada seseorang yang
Rupanya, Raja Kegelapan telah mempersiapkan strategi untuk menghadapi Martis. Saat ini ia memutuskan bahwa dia dan anaknya masih harus berada di dalam gunung berapi tempat mereka berada saat ini untuk sementara waktu. Nampaknya Raja Kegelapan kali ini lebih waspada dalam menghadapi Martis. Dia telah kehilangan Black Rose karena kala itu telah meremehkan Martis. Padahal ia berpikir bahwa Black Rose akan dapat mengalahkan Martis dengan mudah. Namun kenyataannya, justru sebaliknya. Kekalahan Black Rose sangat membuatnya rugi besar. Sebab, Black Rose beserta semua pengikutnya telah diberantas habis oleh Martis sampai tak tersisa satupun. Sementara Raja Kegelapan masih bersembunyi di dalam gunung berapi, beberapa Minggu kemudian Martis dan yang lainnya kini telah kembali pulih. Dan ternyata, Martis tengah berusaha memisahkan aura kegelapan yang tersisa dalam tubuh Phynoglip. Namun usahanya belum membuahkan hasil. Memang benar, dalam beberapa hari ini ia telah berhasil membuang sebagian
Raja Kegelapan sangat marah karena merasakan hawa keberadaan Black Rose yang terhubung dengan jiwanya kini telah menghilang."Black Rose...? Ti-tidak...!" Raja Kegelapan berteriak histeris di dalam ruangan persembunyiannya."Tidak akan aku maafkan! Black Rose mati dikalahkan oleh manusia bernama Martis itu! Aku tidak boleh bersantai-santai. Yah..., aku akan membalaskan semua yang telah dilakukan oleh Martis! Terutama atas kematian Black Rose!" Raja Kegelapan kemudian bangkit dari tempatnya. Kali ini amarahnya benar-benar berada di puncaknya. Hal yang membuat ia sangat marah tentu saja atas kematian Black Rose, wanita yang sangat dicintainya.Kemudian Raja Kegelapan pergi ke suatu tempat. Tempat itu adalah gunung berapi yang ada di ujung wilayah barat. Gunung berapi ini adalah tempat di mana Raja Kegelapan pernah berlatih bersama Black Rose.Dan rupanya, di gunung berapi ini juga Black Rose pernah menyimpan benih. Benih itu adalah hasil dari perkawinan mereka berdua. Dan selama ini, be
Dan akhirnya, Martis tumbang juga. Setelah energi dan stamina terkuras habis, waktu kembali normal. Dan mereka tetap berada di tempat terakhir kalinya. Gedebugh...! Tubuh Martis yang terkulai lemas akhirnya terkapar di lantai. Karena mendengar ada suara aneh, Emily yang ada di atas ranjang menoleh ke arah sumber suara. Dan ia melihat di sana ada tubuh Martis yang tergeletak di lantai tak sadarkan diri. "Tu-tuan Martis...?" ucap Emily yang kemudian ia turun dari ranjang dan segera memeriksa keadaan Martis. Ia sudah ingat dengan apa yang terjadi. "Martis...? Wah, iya, aku harus membantunya." Begitu pula dengan Phynoglip yang baru sadar dan ingat semaunya. Ia bergegas membantu Emily untuk mengangkat tubuh Martis ke atas ranjang. "Hey, tubuhku masih terluka, tapi aku bisa kok, menjaga Martis agar tetap stabil. Aku akan berbaring di sampingnya sampai ia kembali pulih. Aku tidak keberatan berbagi energi dengan dirinya. Aku bisa melakukan teknik Transfer Energi melalui genggaman