Mendengar teriakan Mona, awalnya benar saja apa yang Mona perkirakan, mereka tidak langsung mendengarkan seruan Mona untuk melawan D'flaminggi. "Ada apa dengan kalian?! Apakah kalian semua akan diam saja melihat Pemimpin kita diperlakukan seperti ini?!" Mona menatap mereka dengan tajam, namun mereka semua menundukkan kepala. Saat Mona mencoba meyakinkan Rebelion, dia mendengar suara teriakan. Itu adalah suara teriakan Belmont. Ternyata Belmont tidak menyerah begitu saja. Ia terus bangkit, dan bangkit lagi walaupun ia tahu, kekuatannya tidak mampu mengalahkan D'flaminggi. "Hentikan, Belmont! Kau bisa mati jika terus memaksakan diri seperti ini!" teriak Mona, ia mendekati Belmont. Namun saat sedikit lagi Mona berhasil mendekati Belmont yang tadi terpental beberapa puluh meter, tubuhnya terasa aneh. Ia merasakan sakit pada bagian dada bagian belakangnya. "Argh...!" teriak Mona. Ternyata D'flaminggi tidak pandang bulu, mau itu wanita atau pria, ia akan menyerang tanpa perduli.
Ketika berniat menolong Martis, Mona dan Belmont merasa terkejut. "Ada apa ini? Apa yang terjadi? Kenapa kacau sekali?" tanya Martis, ia tiba-tiba kembali bangkit sambil memegangi kepalanya yang masih terasa pusing akibat serangan tiba-tiba D'flaminggi tadi. "Ma-martis...?!" ucap Mona, ia terkejut. "Eh, Mona? Ternyata kau ada di sini. Ada apa ini?" jawab Martis. Mona lalu menunjuk ke udara, agar Martis melihat posisi D'flaminggi. Lalu Mona juga menyuruh Martis melihat barier yang terus bergerak perlahan. Walaupun barier itu bergerak layaknya siput, namun pergerakannya pasti akan membuat ukurannya makin lama makin menyempit. "Oh iya Mona, aku ingat. Tadi aku terkena serangan orang itu. Jujur saja, serangannya sangat cepat dan kuat. Aku sampai kaget tadi," ujar Martis. "Kami sangat khawatir denganmu tadi, Martis. Kami pikir, kau sudah mati." Mona menatap Martis dengan penuh sukur. "Mati? Jangan bercanda, aku tidak akan mati hanya dengan serangan seperti itu. Tapi Mona, sepe
Satu jam, dua jam, sampai beberapa jam berlalu, keadaan semakin mencekam. Saat ini Martis masih berusaha mengalahkan D'flaminggi, namun rasanya sangat sulit bagi Martis untuk melakukannya. Hingga akhirnya, amarah Martis pun melonjak saat ia mendengar bahwa Mona sedang terluka parah akibat usahanya untuk menahan barier yang terus bergerak mengecil. "Apa yang harus aku lakukan lagi?! Argh...!" seru Martis, ia menghindari serangan musuhnya sambil menggerutu. Nampaknya konsentrasi Martis terganggu akibat terus-menerus mendengar kabar satu-persatu teman-temannya yang terluka parah. D'flaminggi yang melihat wajah frustasi Martis pun mengambil kesempatan itu untuk mengejek dan menyiksanya dengan serangan-serangan yang brutal. Kini, tubuh Martis telah penuh dengan luka. Ketika ia ingin mengaktifkan sistem pemilihan otomatis pada sistemnya, jatah harian untuk hari ini sudah terpakai semuanya. 'Aku tidak boleh terus mengandalkan sistem. Aku harus mencari cara sendiri,' gumam Martis.
Saat Martis berhasil bangkit, akhirnya ia mendapat satu pemberitahuan dari sistem yang membuatnya kembali bersemangat. Tring! "Apakah Martis yakin, akan menukarkan dua juta saldo untuk mengisi kekuatan kembali pulih?" 'Ya, lakukan saja. Nyawa teman-temanku sedang terancam, hanya sejumlah saldo segitu tidak ada apa-apanya. Sistem, ayo cepatlah! Pulihkan kekuatanku seperti semula.' Martis tanpa ragu setuju. Tring! "Sistem akan memulihkan kekuatan Martis sekarang juga." Martis memejamkan kedua matanya, ia merasakan dari dalam tubuhnya saat ini ada kekuatan yang mengalir. "Akhirnya, kekuatanku pulih. Yah, walaupun tubuhku masih terluka, setidaknya aku memiliki kekuatan untuk kembali bertarung. Aku harus bergegas! Tidak tahu apa yang terjadi pada Mamet sekarang." Tak lama kemudian, Martis akhirnya kembali berhadapan dengan D'flaminggi. Akan tetapi, Martis melihat pemandangan yang menusuk hatinya. "Mamet...!" teriak Martis histeris. Martis melihat bahwasanya baru saja D'fla
Setelah mendapat penjelasan dari sistem, akhirnya Martis mengerti. "Hey, D'flaminggi! Sekarang aku tahu apa rahasia dari trik milikmu ini. Lihat ini, aku berhasil memutuskan beberapa benda seperti benang." D'flaminggi sedikit terkejut saat mendengar ucapan Martis. Namun ia tetap sangat percaya diri akan kehebatannya. "Oh, jadi kau sudah tahu. Lalu, jika kau sudah tahu, apa yang akan kau lakukan? Keadaan akan tetap sama, Martis." D'flaminggi menggerakkan beberapa jarinya untuk mengendalikan benang-benang di sekitarnya. D'flaminggi berusaha menjerat tubuh Martis seperti yang telah ia lakukan beberapa kali tadi. Namun kali ini, kedua matanya menyipit. "Apa yang kau lakukan?!" tanyanya pada Martis. "Cobalah kau cari tahu sendiri. Mencari tahu adalah bagian dari seni pertarungan." Martis membalikkan kata-kata yang diucapkan oleh D'flaminggi beberapa saat tadi. Hal itu membuat D'flaminggi sangat kesal. "Rasakan ini...! Jaring kematian...!" teriak D'flaminggi. Akhirnya, D'flaminggi
Karena melihat barier milik D'flaminggi yang semakin menyempit, akhirnya Martis bersiap melakukan sesuatu. "Baiklah, semoga saja berhasil." Yang Martis lakukan ternyata adalah membuka mulutnya lebar-lebar. Sepertinya Martis mencoba sesuatu yang baru dengan cara melakukan menyerap cahaya. Tidak, lebih tepatnya Martis memakan cahaya. Beberapa saat kemudian, setelah selesai memakan cukup banyak cahaya, tubuh Martis menjadi aneh. Tubuhnya berpendar kan sinar yang berwarna pelangi. "Aku berhasil. Yosh...! Mari kita lihat yang selanjutnya." Martis lalu menancapkan kedua kakinya ke tanah. Kemudian ia menarik nafas dalam-dalam sebelum memejamkan kedua matanya. Akhirnya terdengarlah suara teriakan Martis. "Light of God...!" Martis kembali membuka mulutnya guna menembakkan sinar laser yang sangat dahsyat. Bahkan, saat ia menembakkan sinar laser dari mulutnya itu, rambutnya sampai terangkat dan menjadi keriting. "Apa yang kau lakukan...?!" tanya D'flaminggi mulai panik. Ia panik kar
Martis semakin menggila memukuli D'flaminggi hingga benar-benar membuatnya babak belur. Akan tetapi, sepertinya D'flaminggi memang manusia yang berhati iblis. Sudah dalam kondisi seperti ini pun, dia masih menyeringai bangga atas perbuatannya yang tega membunuh Mamet. "A-aku..., huek...!" D'flaminggi mencoba untuk berbicara pada Martis. "A-aku..., berhasil, hahaha...!" Martis mengernyitkan kedua alisnya dengan tatapan sini ia menanggapi ucapan D'flaminggi. "Berhasil? Apa yang kau maksud berhasil...?" tanya Martis, ia merasa ada sesuatu rencana lain di balik serangan D'flaminggi ini. Kemudian D'flaminggi yang posisinya telah terkapar kembali tertawa. "Kau sudah termakan jebakan si Edmiral serakah itu. Mau kau menang atau kalah dariku, kau tetap menjadi orang yang dirugikan." Martis kembali menarik kerah baju D'flaminggi, ia penasaran apa yang dikatakan olehnya barusan. "Katakan padaku, apa yang direncakan oleh The World Government?" Tentu saja D'flaminggi tidak akan mau member
Martis memandangi selembar kertas yang diberikan oleh Aoi padanya. Ternyata, dalam kertas itu ada gambar foto wajahnya. "Martis, kau akan menjadi orang yang diincar banyak orang. Terutama pemburu hadiah." Aoi menjelaskan pada Martis. "Itu adalah poster buronan untukmu. Dan lihat angka itu. Untuk angka sebesar itu, pasti sangat membuatmu semakin diburu oleh mereka." "Aku menjadi buronan? Sungguh tidak masuk akal! Cih!" Tentu saja Martis sangat kesal. "Kami yang diserang, kami yang dirugikan, tapi kenapa justru mereka lah yang merasa menjadi sebagai korbannya?!" Aoi menghembuskan nafas panjangnya. "Huft..., Martis, kau tidak tahu kebusukan The World Government. Yah..., beginilah kenyatannya. Mereka selalu berlindung dibalik kata KEADILAN! Mereka semua munafik!" "Lalu, untuk apa semboyan yang mereka gemborkan itu?! Mengayomi masyarakat...? Cih!" Martis merobek kertas buronan miliknya. "Ini tidak bisa dibiarkan! Aku berjanji, aku akan mengungkapkan kebusukan mereka! Aoi, bisakah ka