Martis semakin menggila memukuli D'flaminggi hingga benar-benar membuatnya babak belur. Akan tetapi, sepertinya D'flaminggi memang manusia yang berhati iblis. Sudah dalam kondisi seperti ini pun, dia masih menyeringai bangga atas perbuatannya yang tega membunuh Mamet. "A-aku..., huek...!" D'flaminggi mencoba untuk berbicara pada Martis. "A-aku..., berhasil, hahaha...!" Martis mengernyitkan kedua alisnya dengan tatapan sini ia menanggapi ucapan D'flaminggi. "Berhasil? Apa yang kau maksud berhasil...?" tanya Martis, ia merasa ada sesuatu rencana lain di balik serangan D'flaminggi ini. Kemudian D'flaminggi yang posisinya telah terkapar kembali tertawa. "Kau sudah termakan jebakan si Edmiral serakah itu. Mau kau menang atau kalah dariku, kau tetap menjadi orang yang dirugikan." Martis kembali menarik kerah baju D'flaminggi, ia penasaran apa yang dikatakan olehnya barusan. "Katakan padaku, apa yang direncakan oleh The World Government?" Tentu saja D'flaminggi tidak akan mau member
Martis memandangi selembar kertas yang diberikan oleh Aoi padanya. Ternyata, dalam kertas itu ada gambar foto wajahnya. "Martis, kau akan menjadi orang yang diincar banyak orang. Terutama pemburu hadiah." Aoi menjelaskan pada Martis. "Itu adalah poster buronan untukmu. Dan lihat angka itu. Untuk angka sebesar itu, pasti sangat membuatmu semakin diburu oleh mereka." "Aku menjadi buronan? Sungguh tidak masuk akal! Cih!" Tentu saja Martis sangat kesal. "Kami yang diserang, kami yang dirugikan, tapi kenapa justru mereka lah yang merasa menjadi sebagai korbannya?!" Aoi menghembuskan nafas panjangnya. "Huft..., Martis, kau tidak tahu kebusukan The World Government. Yah..., beginilah kenyatannya. Mereka selalu berlindung dibalik kata KEADILAN! Mereka semua munafik!" "Lalu, untuk apa semboyan yang mereka gemborkan itu?! Mengayomi masyarakat...? Cih!" Martis merobek kertas buronan miliknya. "Ini tidak bisa dibiarkan! Aku berjanji, aku akan mengungkapkan kebusukan mereka! Aoi, bisakah ka
Martis terkejut, ia menatap wajah Aoi dengan lekat. "Aoi, apakah kau bermaksud ingin pergi bersamaku membasmi para Sachibaki?" Martis melihat tatapan serius di raut wajah Aoi. Dengan wajah penuh ketegasan, Aoi pun mengangguk dan menjawab, "Benar, Martis. Ijinkan aku pergi bersamamu. Aku memiliki dendam tersendiri pada The World Government. Terlebih lagi, apakah kau tahu, jika Sachibaki yang kau kalahkan kemarin adalah salah satu kepercayaan Edmiral, namnya Kaziru." Dari tatapannya, sepertinya Aoi sangat marah. "Aoi, ini sangat berbahaya. Apakah kau tidak takut mati?" tanya Martis dengan wajah serius. "Mati? Martis, semua orang pasti akan mati. Jadi, kenapa aku harus merasa takut dengan kematian? Kita tidak tahu kapan waktunya kita akan mati. Tapi setidaknya, aku ingin menjadikan kematianku nantinya tidaklah sia-sia. Jika memang aku harus mati, maka aku ingin mati dalam pertempuran yang terhormat demi membela hak orang banyak!" Martis merasakan benar-benar tidak ada keraguan sed
Karena melihat Aoi yang sangat mahir dalam berpedang, Martis memutuskan akan mengajari teknik berpedang padanya. "Aoi, aku ada sesuatu untukmu. Lihatlah ini, coba kau pelajari secara perlahan." Rupanya Martis membeli sebuah kitab berpedang dari sistem yang kemudian ia berikan pada Aoi. "Martis, kitab apa ini?" tanya Aoi seraya menerima kitab yang Martis berikan. "Sesuai judulnya, itu adalah kitab Seni Berpedang. Aku rasa, kau akan cocok jika mempelajari kitab ini." "Em..., baiklah. Aku akan mempelajarinya. Tapi, apakah kitab ini boleh kau berikan padaku secara cuma-cuma seperti ini?" tanya Aoi yang sedikit sungkan. "Jika kau memang ingin memilikinya, maka ambilah. Tapi jika memang nanti ingin kau kembalikan, kau boleh mengembalikannya nanti, setelah kau menguasai semua teknik yang ada di dalam kitab ini." "Terima kasih, Martis. Sejujurnya, aku memang mencintai seni berpedang. Kau sangat mengerti apa yang aku butuhkan." Hari ini, Martis dan Aoi lanjut berlatih. Dan latihan
Akhirnya Martis dan Aoi mendapatkan kamar yang bersebelahan. Walaupun harganya terbilang cukup mahal tapi tidak masalah bagi Martis dan Aoi karena mereka suka atas pelayanan dan tempat yang tersedia sesuai dengan harganya. "Hey, kamu..., siapa namamu?" tanya Martis seraya mengeluarkan satu koin perunggu dari kantung koinnya dan ia berikan pada pemuda yang mengantarnya tadi. "Jefry, Tuan. Nama saya Jefry. Terimakasih Tuan...," jawab pemuda itu seraya menundukkan kepala dan menerima uang tips yang diberi kan oleh Martis. "Oh, Jefry ya? Oke, akan ku ingat namamu." Martis dan Aoi lalu memesan kamar untuk menginap sementara di kota Kalendra. Martis juga sengaja memesan kamar yang bersebelahan dengan Aoi. Dengan cara ini Martis bisa meminimalisir respon jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada Aoi. Martis sadar, pasti sudah ada orang yang mengincarnya, karena poster wajah dirinya sepertinya sudah tersebar cukup banyak. Dan benar saja, baru beberapa jam dia istirahat di kamar
Wanita itu tertawa saat sudah berhadapan dengan Martis. "Memangnya kenapa jika kau sudah memiliki anak dan istri?" "Tidak, hanya sekedar pemberitahuan saja. Karena aku mengira kau akan meminta untuk aku nikahi. Jadi..., ya..., kuberi tahu pada kalian semua, bahwa aku sudah memiliki anak dan istri." Jawaban Martis, justru semakin membuat wanita itu semakin jatuh cinta karena dia tahu betapa kuatnya rasa setia Martis pada mereka. Kemudian wanita itu kembali berbicara, "Jujur, aku sangat benci ketika tahu bahwa kau telah memiliki anak dan istri. Tapi sungguh, aku ingin menjadi milikmu." Semua orang benar-benar tercengang dibuatnya. Kata-kata itu adalah kata-kata yang diharapkan jutaan pria di dunia ini. "Lalu, setelah kau tahu aku telah memiliki anak dan istri, apa yang akan kau lakukan?" tanya Martis, suasana di sana hening, tidak ada yang berani berbicara sembarangan. Salah sedikit saja dalam berbicara, bisa nyawa melayang. Begitulah kekejian Klan Wanita yang cukup terkenal
Martis baru sadar, kalau dirinya tengah berada di suatu ruangan yang ternyata sangat ramai. Yang membuat Martis cukup tercengang adalah pemandangan yang takjub. Para wanita ini, entah bagaimana caranya, wajah mereka semua terlihat sama. Bahkan pakaian yang dikenakan pun sama. Sulit bagi Martis membedakan antara mereka. Hal ini membuat pikiran Martis semakin pusing memikirkannya. 'Apa-apaan ini? Kenapa bisa mereka memiliki wajah yang sama semuanya? Apakah ini sebuah trik? Teknik apa yang digunakan dalam jurus seperti ini? Rasanya seperti nyata. Sangat nyata!' Martis melanjutkan langkahnya untuk berkeliling wilayah Klan Wanita tanpa sadar. Dia memperhatikan bahwa tempat ini begitu indah. Ada rasa nyaman saat menghirup udara untuk bernafas. Rasanya sangat segar, benar-benar terasa masih alami. Semakin Martis memperhatikan tempat ini, semakin Martis merasa nyaman. "Apakah aku boleh tinggal di sini?" tanya Martis. "Tentu saja boleh. Jika kau menjadi suamiku," jawab Mia yang mendampi
Hari ini adalah hari di mana hati dan pikiran Martis dipenuhi tanda tanya. Namun, untuk saat ini Martis tidak mau terlalu pusing dengan keadaan dan situasi saat ini. Pikirnya, yang terpenting setidaknya ia dapat menghilangkan rasa rindunya pada keluarga kecil yang amat dicintainya. Setelah mereka semua selesai bercerita, malam ini juga akhirnya Martis dan Mia yang ada di Planet lain ini sepakat dan langsung melangsungkan hari pernikahan mereka berdua. Tapi sepertinya, saat mereka akan saling mengucap janji setia, ada sedikit insiden. Insiden itu terjadi akibat adanya beberapa provokator dari anggota Klan Wanita yang menolak keras pernikahan ini. "Tunggu dulu! Kami tidak akan membiarkan acara pernikahan ini terjadi!" Terdengar teriakan seorang wanita. Dia adalah Juwita. Bukan hanya Juwita, ada Agnes dan yang lainnya turut berdiri dan menentang pernikahan Martis dan Mia tersebut. "Benar, kami juga tidak setuju dengan pernikahan ini! Kami adalah Klan Wanita, dan kami semua sudah
Saat Emily melihat kreasi masakan yang Martis siapkan, betapa terkejutnya dia. "Hah...?! Ini semua..., Tuan Martis yang menyiapkannya?" tanyanya dengan wajah takjub. Martis menik turunkan kedua alisnya seraya tersenyum dan menjawab, "Bagaimana? Hem? Menarik, buka?" Ayo, kita nikmati." Martis dan Emily akhirnya makan malam bersama. Saat suaran sendok dan piring beradu, ada pula suara celotehan mereka yang terdengar bahagia. Alam tetapi, rada bahagia mereka itu berubah dalam sekejap saat mereka mendengar ada suara kaca jendela yang pecah di lantai bawah. Martis menatap Emily dengan wajah penuh isyarat. "Emily, jangan ke mana-mana. Aku akan memeriksa suara apa itu tadi," ujar Martis yang kemudian turun ke lantai bawah untuk memeriksa apa yang terjadi.Rupanya, Martis menemukan adanya batu yang terbalutkan kertas. Lalu Martis mengambilnya dan ia membuka kertas itu. Ternyata dalam kertas itu ada rangkaian kata yang bertuliskan kalimat pengancaman."Kalian akan mati...?" ujar Martis mem
Martis awalnya tak percaya jika apa yang dikatakan oleh Emily tentang koin emas miliknya mampu membeli sebuah rumah. Pada keesokan harinya, Martis dan Emily berjanji untuk bertemu di sebuah kedai untuk makan siang. Setelah makan siang bersama, Emily mengatakan bahwa ia telah menemukan tempat yang cocok dan harga yang pas dari koin emas yang Martis miliki. Emily yang dalam hatinya merasa sangat senang, dengan buru-buru mengajak Martis untuk melihat lokasi yang ia maksud. "Jadi, inilah lokasi rumah yang aku katakan tadi, Tuan Martis. Jadi bagaimana? Apakah Tuan Martis suka dengan rumah ini?" tanya Emily, dalam hatinya ia berharap mendapat pujian dari Martis. Martis pun menjawab seraya memperhatikan bangunan rumah yang Emily tunjukkan. "Emily, kalau soal bangunannya aku rasa sudah bagus. Di tambah lagi, ada halaman yang tersisa cukup luas. Aku mau tempat ini." Akhirnya harapan Emily terkabul juga. "Baiklah, kalau begitu aku akan menyelesaikan pembayarannya dan serah terima surat men
Emily menyadari bahwa mereka berdua tengah menarik perhatian. Kemudian, Emily menarik tangan Martis dan mengajaknya keluar dari tempat pemandian tempatnya bekerja.Setelah berada di gang yang cukup sepi, barulah Emily berhenti. "Huft..., di sini sepi, kita bisa berbicara sekarang, Tuan Martis." Emily nampak terengah.Martis yang sejak tadi tak mampu berkata-kata akibat tingkah Emily akhirnya bertanya. "Emily, kenapa kau membawaku ke tempat seperti ini?" Martis menoleh ke kanan dan ke kiri, rasanya tempat ini sangat sepi."Maafkan aku, Tuan Martis. Baiklah, aku akan mengatakan padamu," ujar Emily menjelaskan.Emily menjelaskan bahwa Martis sebenarnya cukup terkenal karena cerita tentang prestasinya yang berhasil mengalahkan Raja Kegelapan. Akan tetapi, Emily memberitahu kepada Martis bahwa sebenarnya ada mata-mata di tempatnya bekerja. Mata-mata yang Emily maksud adalah seseorang yang bekerja atas perintah Raja Kegelapan guna menyelidiki dan memantau perkembangan keadaan Martis.Menden
Beberapa hari kemudian, Martis ternyata mendapatkan sebuah rekaman dari sistem miliknya. Rekaman itu berisikan tentang dirinya yang beberapa waktu lalu menjadi orang linglung alias dianggap depresi oleh orang-orang di sekitarnya. Dan di suatu pagi, Martis teringat akan Phynoglip yang dulu pernah menyatu dengan sistem miliknya. Ia mencoba memanggil Phynoglip itu dalam sistem, namun ia tak dapat jawaban. 'Ke mana Phynoglip pergi, ya? Apakah dia menghilang karena sistem reset ulang kemarin? Tapi..., entah kenapa, aku merasa kalau Phynoglip masih ada di dalam sistem. Tapi kenapa dia tidak menanggapi panggilanku? Apakah aku telah melakukan kesalahan padanya?' gumam Martis, ia penasaran dengan apa yang terjadi pada Phynoglip. Kemudian Martis juga ingat. "Oh iya, bukankah waktu itu Phynoglip pernah menunjukkan dirinya dalam wujud manusia? Jangan-jangan...?" Martis tiba-tiba saja memikirkan sesuatu hal yang buruk telah menimpa Phynoglip merah muda itu. Kemudian Martis mengusir pikiran
Black Rose sangat terkejut melihat teknik dan jurus bela diri yang Martis gunakan. Saat melihat teknik yang Martis gunakan, ingatan Black Rose kembali pada kejadian seratus tahun silam."Teknik ini...?! Tidak...! Tidak mungkin...!" teriak Black Rose yang tak dapat menahan serangan Martis.Tubuh Black Rose langsung nampak compang-camping akibat daya ledak dan tekanan dari serangan yang baru saja Martis lancarkan.Martis kemudian menatap kedua tangannya. "Akhirnya..., kekuatanku yang dulu benar-benar pulih." Bibir Martis tersenyum merkah."Kalau begitu baiklah, kebetulan ada target untuk melakukan panasan," ujar Martis, ia kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Black Rose."Hey, kau...! Iya, kau. Ayo serang aku." Martis nampak dalam kondisi hati yang bahagia.Sedangkan Black Rose yang melihat ekspresi yang ia anggap tidak wajar di wajah Martis, ia yang tadi terjatuh memundurkan dirinya. "Jangan mendekat! Tidak...!" Black Rose terlihat sangat ketakutan.Kedua alis Martis pun mengerut
Tubuh Martis yang tadinya terlihat lemah kini bangkit dan nampak sangat gagah. Kejadian ini membuat Black Rose marah. Hingga akhirnya ia langsung keluar menemui Martis. "Kurang ajar...!" teriak Black Rose seraya menyabetkan pecut yang ia pegang ke arah Martis. Martis yang merasakan adanya bahaya mendekat, tentu saja instingnya bekerja dengan cepat. "Aw...! Ampun! Aduh, atit...," ujar Martis mengejek Black Rose. "Sialan kau! Rupanya, kau pura-pura gila dan lemah selama ini hanya untuk mengungkap markas Hawa Vampire?!" Wajah Black Rose nampak sangat jelas bahwa saat ini ia sedang dalam emosi amarah tertinggi yang ia miliki. Padahal, Martis baru saja sadarkan diri. Akan tetapi, ia terus berlanjut mengerjakan tugas dan misi baru yang didapat dari sistem. "Apa kau bilang? Gila dan lemah?" Martis bingung dengan apa yang dikatakan oleh Black Rose. "Cih! Sudahlah, tak usah lagi berpura-pura. Selama ini dikatakan bahwa kau sempat depresi atas kehilangan dua temanmu yang berhas
Black Rose pergi ke suatu tempat. Nampaknya ia akan melakukan suatu ritual. "Bangkitlah...! Para pengikut ku...! Bangkit...!" Crash...! Sebilah pisau melukai tangan Black Rose, kemudian dengan adanya tetesan darah itu memancing sesuatu. Dan tak lama kemudian, datanglah puluhan wanita dengan paras cantik dan tubuh yang sexy. "Hahaha...! Bagus! Ini adalah saatnya kita untuk beraksi...!" Kemudian Black Rose mengawaikan tangannya tanda untuk ikut pergi mengikutinya. Dan tak lama kemudian, Black Rose tiba di sebuah bangunan yang ukurannya sangat besar. "Ini adalah Istana kita sekarang. Kemanapun kalian pergi, maka ke sinilah kalian akan kembali pulang. Apakah kalian semua mengerti...?!" ujar Black Rose dengan nada menggertak. "Siap! Mengerti...!" Tapi jawaban mereka benar-benar tetap kompak. "Bagus! Kalau begitu baiklah. Kita akan mengatur rencana dan strategi yang bertujuan untuk melawan manusia yang bernama Martis." Black Rose memberi penjelasan pada bawahannya. "Mart
Ternyata Martis melompat ke dalam bak mandi untuk berendam. Sedangkan yang ada di pikiran Emily bahwa Martis mau melakukan hal mesum padanya. Ternyata pikiran Emily terlalu berlebihan. Emily kemudian tertegun sejenak. 'Eh...? Heh...?' gumam Emily teriak dalam hatinya. Kemudian Emily menutup wajahnya sambil bergumam, 'Emily...! Kenapa kau bisa berpikiran sebodoh itu?!' Kemudian ia menghela nafasnya, 'Huft..., hampir saja. Kalau begitu baiklah, aku akan menyelesaikan pekerjaanku. Iya, benar! Kau harus fokus, Emily! Fokus!' Setelah itu barulah Emily membersihkan tubuh Martis. Kemudian, kondisi Martis yang awalnya nampak kacau kini telah lebih baik. Hanya saja, ia masih terlihat bengong. Namun ada Emily yang terus mengajaknya bicara hingga sampai akhirnya Martis tiba-tiba tersenyum setelah mendengar berbagai cerita lucu dari Emily. 'Eh...? Dia baru saja tersenyum?' gumam Emily. "Mia..., Lancelot...," ucap Martis dengan suara agak serak. "Apa...? Mia dan Lancelot? Ada apa dengan
"Kau memang layak menjadi Istriku, hahaha...!" Terdengar suara Raja Kegelapan tertawa puas.Rupanya, tadi Raja Kegelapan menyerang Isterinya secara tiba-tiba. Dan ternyata, serangan sambutan itu dapat dihindarinya dengan cepat."Masih saja meragukan ku...?!" Wanita itu menatap Raja Kegelapan dengan geram. Namun Raja Kegelapan menanggapinya dengan senyum bahagia yang lalu membuka lebar kedua tangannya.Srek...!Tubuh mungil nan seksi wanita itu pun melesat ke dalam pelukan sang Raja Kegelapan."Suamiku..., aku lindu...," ujar wanita itu dengan manja. Kenapa tiba-tiba ekspresinya berubah dalam sekejap? Apakah wanita ini masih waras? Entahlah, mungkin memang begitu temperatur seseorang saat sedang dalam keadaan jatuh cinta. Saat jatuh cinta, dunia seseorang bisa langsung jungkir balik tak karuan. Ternyata sikap seperti itu berlaku di semua umat."Istriku, aku juga lindu...," Tak disangka! Ternyata Raja Kegelapan yang sosoknya sangat menyeramkan juga bisa menjadi seperti ini ketika dimab