Wanita itu tertawa saat sudah berhadapan dengan Martis. "Memangnya kenapa jika kau sudah memiliki anak dan istri?" "Tidak, hanya sekedar pemberitahuan saja. Karena aku mengira kau akan meminta untuk aku nikahi. Jadi..., ya..., kuberi tahu pada kalian semua, bahwa aku sudah memiliki anak dan istri." Jawaban Martis, justru semakin membuat wanita itu semakin jatuh cinta karena dia tahu betapa kuatnya rasa setia Martis pada mereka. Kemudian wanita itu kembali berbicara, "Jujur, aku sangat benci ketika tahu bahwa kau telah memiliki anak dan istri. Tapi sungguh, aku ingin menjadi milikmu." Semua orang benar-benar tercengang dibuatnya. Kata-kata itu adalah kata-kata yang diharapkan jutaan pria di dunia ini. "Lalu, setelah kau tahu aku telah memiliki anak dan istri, apa yang akan kau lakukan?" tanya Martis, suasana di sana hening, tidak ada yang berani berbicara sembarangan. Salah sedikit saja dalam berbicara, bisa nyawa melayang. Begitulah kekejian Klan Wanita yang cukup terkenal
Martis baru sadar, kalau dirinya tengah berada di suatu ruangan yang ternyata sangat ramai. Yang membuat Martis cukup tercengang adalah pemandangan yang takjub. Para wanita ini, entah bagaimana caranya, wajah mereka semua terlihat sama. Bahkan pakaian yang dikenakan pun sama. Sulit bagi Martis membedakan antara mereka. Hal ini membuat pikiran Martis semakin pusing memikirkannya. 'Apa-apaan ini? Kenapa bisa mereka memiliki wajah yang sama semuanya? Apakah ini sebuah trik? Teknik apa yang digunakan dalam jurus seperti ini? Rasanya seperti nyata. Sangat nyata!' Martis melanjutkan langkahnya untuk berkeliling wilayah Klan Wanita tanpa sadar. Dia memperhatikan bahwa tempat ini begitu indah. Ada rasa nyaman saat menghirup udara untuk bernafas. Rasanya sangat segar, benar-benar terasa masih alami. Semakin Martis memperhatikan tempat ini, semakin Martis merasa nyaman. "Apakah aku boleh tinggal di sini?" tanya Martis. "Tentu saja boleh. Jika kau menjadi suamiku," jawab Mia yang mendampi
Hari ini adalah hari di mana hati dan pikiran Martis dipenuhi tanda tanya. Namun, untuk saat ini Martis tidak mau terlalu pusing dengan keadaan dan situasi saat ini. Pikirnya, yang terpenting setidaknya ia dapat menghilangkan rasa rindunya pada keluarga kecil yang amat dicintainya. Setelah mereka semua selesai bercerita, malam ini juga akhirnya Martis dan Mia yang ada di Planet lain ini sepakat dan langsung melangsungkan hari pernikahan mereka berdua. Tapi sepertinya, saat mereka akan saling mengucap janji setia, ada sedikit insiden. Insiden itu terjadi akibat adanya beberapa provokator dari anggota Klan Wanita yang menolak keras pernikahan ini. "Tunggu dulu! Kami tidak akan membiarkan acara pernikahan ini terjadi!" Terdengar teriakan seorang wanita. Dia adalah Juwita. Bukan hanya Juwita, ada Agnes dan yang lainnya turut berdiri dan menentang pernikahan Martis dan Mia tersebut. "Benar, kami juga tidak setuju dengan pernikahan ini! Kami adalah Klan Wanita, dan kami semua sudah
Martis sangat penasaran dengan apa yang ada di dalam peti itu. Dan akhirnya rasa penasarannya itu berakhir setelah melihat apa yang ada di dalam peti itu. "Mia...? Benda apa ini?" tanya martis, ia mengambil benda yang ada di dalam peti. Benda itu ternyata bentuknya segitiga dan ukurannya cukup kecil, tidak sebanding dengan peti untuk menyimpannya. Padahal, awalnya martis mengira yang ada di dalam peti itu sebuah pedang atau benda lainnya yang ukurannya sesuai dengan peti itu. Namun, setelah mengetahui benda di dalam peti itu ukurannya kecil, hanya setelapak tangan saja, Martis merasa itu sangat berlebihan. "Martis, aku tahu apa yang ada di dalam pikiranmu," ujar mia. "Em..., tidak, tidak. Aku penasaran, kenapa benda ini disimpan dengan cara khusus. Itu tandanya, benda ini pasti memiliki keistimewaan." Mia tersenyum, ia sudah menebak kalau Martis akan berkata seperti itu. "Penilaianmu sangat baik. Baiklah, dengarkan aku. Aku akan menjelaskan benda apa ini." Suasana menjadi s
Beberapa hari kemudian, akhirnya Kompetisi yang ditunggu-tunggu oleh Martis tiba waktunya. "Mia, apakah kau yakin tidak ikut dalam Kompetisi ini?" tanya Martis. Mia yang ada di hadapannya menjawab, "Tidak Martis. Karena aku bersama anggota Klan memiliki rencana. Ada hal lain yang harus kami lakukan. Kalian bertiga, berjanjilah padaku untuk kembali dengan keadan utuh seperti saat kalian pergi." Martis, Aoi dan Lancelot dengan kompak menjawab, "Pasti! Kami berjanji." "Kalau begitu baiklah. Kami menantikan kemenangan kalian." Setelah itu Mia pergi bersama orang-orang kepercayaannya. Sedangkan Martis dan yang lainnya segera pergi menuju lokasi kompetisi diadakan. "Ayah, inilah tempatnya. Bagaimana menurutmu?" Lancelot bertanya pada ayahnya saat mereka berada di depan sebuah gerbang besar. "Aku tak menyangka kalau tempatnya semegah ini. Dan aku juga merasakan ada beberapa kekuatan besar di dalam. Ayo, kita masuk." Mereka pun masuk dan segera menyerahkan formulir pendaftaran ya
Martis dan Lancelot akhirnya justru bertaruh. "Nak, ayo kita bertaruh." Lancelot tersenyum. "Baik Ayah. Apa taruhannya?" tanya Lancelot. "Terserah, apapun boleh. Kau yang menentukan." "Kalau begitu baiklah. Jika pilihan Ayah kalah, Ayah harus berjanji padaku." "Berjanji? Apa itu? Selagi aku dapat mengabulkannya, maka boleh saja." Mereka saling berbicara, namun tatapan tetap fokus pada pertandingan yang masih berlangsung. "Tidak sulit, kok. Sangat gampang! Berjanjilah akan memberikanku seorang adik." Lancelot dengan santainya berucap. "Baiklah...," jawab Martis dengan enteng pula. Namun ia baru sadar setelah perkian detik kemudian. "Eh...? Tunggu dulu! Adik...? Apa maksudmu?" Setelah sadar, barulah Martis menoleh ke arah anaknya. Lancelot hanya meringis menatap martis. Lalu Aoi yang mendengar taruhan konyol itu mendengus. "Huft..., dasar para pria." "Tu-tunggu dulu! Lancelot...? A-adik...?" ucap Martis terbata. "Sudahlah, aku anggap kita sudah sepakat. Dan lihatlah,
Kejadian epic pada hari kedua kompetisi membuat gempar. Karena baru kali ini ada seseorang yang berhasil melawan banyak musuh dan berhasil memenangkannya dengan telak. Itu sangat menakjubkan. Sebab, musuh yang dilawan Jack bukanlah para keroco saja. Tubuh Jack juga nampak mendapat beberapa luka. Seperti wajahnya yang tadi sempat terkena sabetan pisau dari salah satu musuhnya sehingga membuat luka itu membekas. Untungnya itu hanya luka gores saja. Melihat penampilan Jack, tentunya Martis langsung tertarik padanya. Dan bukan hanya Martis, ternyata anaknya pun meraskan hal yang sama. "Ayah, aku akan melawan orang itu. Dia sangat kuat." Lancelot berucap sambil terus menatap ke arah Jack yang saat ini masih berada di tengah arena menikmati sorakan para penonton atas kemenangannya hari ini. "Lancelot, apakah kau yakin? Jika kau memang sangat yakin mampu mengalahkannya, maka baiklah. Ayahmu ini akan mengalah," jawab Martis dengan santai. Martis mengalah karena sebenarnya ia sejak awal m
Lancelot terus berusaha menyerang Jack. Tapi tidak ada satupun serangannya yang berhasil melukai Jack. Lancelot mulai berpikir keras. Ia meningkatkan konsentrasinya. 'Orang ini ternyata lebih hebat dari yang aku bayangkan,' gumam Lancelot. Padahal kemarin Lancelot melihat dengan jelas bagaimana gaya bertarung Jack yang berhasil menang telak dari setiap lawannya bertarung. Tapi hari ini rasanya sangat berbeda. Lancelot tidak menyangka kalau kemarin Jack belum bertarung dengan serius. Saat Lancelot berpikir, itu mengakibatkan ia kembali lengah dan ia mendapatkan luka kedua pada bagian pahanya. Paha Lancelot tertusuk satu pisau kecil. Rupanya pisau itu adalah pisau tersembunyi yang Jack siapkan untuk serangan tiba-tiba. "Hey Bocah! Kenapa kau malah melamun saat sedang bertarung? Aku beritahu, jujur saja ya. Aku akui kau cukup hebat bisa berhadapan denganku selama ini. Kau lihat sendiri kemarin, bukan? Aku mengalahkan para keroco itu dengan cepat." "Terima kasih pujiannya. Tapi j
Saat Emily dan Phynoglip berbicara, mereka tidak menyadari bahwa Martis sedang melakukan sesuatu yang sangat penting. Martis berjalan ke arah sebuah ruangan yang tersembunyi di balik sebuah pintu rahasia. Di dalam ruangan tersebut, Martis menemukan sebuah perangkat yang sangat canggih. Perangkat tersebut adalah sebuah alat yang dapat mendeteksi keberadaan Raja Kegelapan. Martis telah mencari alat tersebut selama bertahun-tahun, dan akhirnya ia menemukannya. Martis mengaktifkan alat tersebut dan menunggu beberapa saat hingga alat tersebut menunjukkan hasilnya. Saat hasilnya muncul, Martis terkejut. Raja Kegelapan ternyata berada di sebuah tempat yang sangat dekat dengan mereka. Martis tidak menyangka bahwa Raja Kegelapan akan berada di tempat yang begitu dekat. Martis segera mematikan alat tersebut dan berjalan keluar dari ruangan tersebut. Ia harus segera memberitahu Emily dan Phynoglip tentang hasilnya. Saat Martis kembali ke tempat Emily dan Phynoglip, ia melihat bahwa mer
Dalam benaknya, Martis terus berpikir. Dengan konsentrasinya yang sangat baik, Martis mencoba menelaah tentang kejadian hari ini. Dan pada saat ini, Mia sedang berjalan ke arah pintu yang tersembunyi di belakang tirai, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis juga mengikuti mereka, dengan rasa penasaran yang semakin besar. Saat mereka mencapai pintu tersebut, Mia berhenti dan menatap Martis dengan senyumannya yang lembut. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Dan tiba-tiba saja, ada kejadian aneh. Mia menghilang begitu saja di hadapan mereka. Phynoglip serta Emily terkejut dan menatap bayangan tersebut dengan rasa penasaran. "Apa yang terjadi?" tanya Phynoglip heran. "Aku tidak tahu," ucap Emily yang sama herannya. "Tapi aku rasa Mia yang kita lihat sebelumnya bukanlah Mia yang sebenarnya." Dan selang beberapa menit kemudian, Mia muncul kembali. Ternyata..., sosok yang mengaku sebagai Mia ini hanyalah bayang
Mia berjalan ke arah Martis, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu ingin lakukan, Mia?" tanya Martis dengan suara yang keras. Mia tetap tersenyum lembut, kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku ingin menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu maksud?!" tanya Martis dengan suara yang keras. Dengan senyum lembutnya, Mia kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita hanya memiliki puisi yang tidak berharga," ucap Mia dengan suara yang masih sama pelannya. Mia kemudian mengambil kertas yang memiliki puisi yang tertulis di dalamnya dari Emily, kemudian memberikannya kepada Martis. Martis menatap kertas tersebut dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang
Mia memimpin mereka ke arah mesin tersebut, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Saat mereka mendekati mesin tersebut, mereka melihat bahwa mesin tersebut memiliki sebuah layar yang besar dan beberapa tombol yang berkilauan. Mia menekan salah satu tombol tersebut, dan layar mesin tersebut langsung menyala. Phynoglip dan Emily terkejut melihat bahwa layar tersebut menampilkan sebuah gambar yang aneh, seperti sebuah peta yang kompleks. "Apa ini?" tanya Phynoglip dengan suara yang penasaran. Mia menjawab, "Ini adalah peta sistem yang kita gunakan untuk mengontrol dunia ini," ucap Mia dengan suara yang pelan. "Dengan peta ini, kita dapat melihat bagaimana sistem tersebut bekerja dan bagaimana kita dapat mengubahnya." Emily kemudian menatap peta tersebut dengan rasa penasaran. "Bagaimana kita dapat mengubahnya?" tanya Emily dengan suara yang pelan. Mia memandang Emily dengan mata yang berbinar. "Kita dapat mengubahnya dengan menggunakan kode yang tepat," ucap Mia
Phynoglip mengangguk, kemudian menatap sekeliling tempat mereka berada. "Tempat ini aneh," ucap Phynoglip dengan suara yang pelan. "Aku merasa seperti berada di dalam komputer atau sesuatu." "Aku juga merasa seperti itu. Sepertinya kita berada di dalam sistem atau dimensi lain." jawab Emily dengan nada yang sama dengan Phynoglip. Keduanya terdiam sejenak, kemudian Phynoglip bertanya lagi. "Kamu pikir apa yang disembunyikan oleh Martis?" Emily memandang Phynoglip dengan serius. "Aku pikir Tuan Martis menyembunyikan sesuatu hal yang sangat penting." Phynoglip mengangguk, kemudian keduanya terdiam lagi. Akan tetapi, kali ini tiba-tiba, Phynoglip berbicara dengan nada yang berbeda. "Emily, aku merasa ada sesuatu yang aneh di sini. Sepertinya kita tidak sendirian." Emily menatap Phynoglip dengan heran, kemudian menoleh ke sekeliling. Tiba-tiba, dia melihat bayangan yang bergerak di kejauhan. "Apa itu?" bisik Emily dengan suara yang pelan. Kemudian Phynoglip berjalan menuju bayangan te
Martis hari ini dipusingkan dengan tingkah laku kedua bayi besarnya, yaitu Emily dan Phyno. Dan tanpa diduga, saat Martis menatap wajah Emily, lagi-lagi ia teringat akan raut wajah istrinya. Sampai tanpa sadar dia berucap, "Mia...?" Martis kemudian tiba-tiba memeluk tubuh Emily. "Maafkan aku, Mia..., aku pasti akan kembali," ucap Martis yang mempererat pelukannya pada Emily. "Aku bersumpah! Akan menemukan cara untuk kembali pada mereka. Tapi kira-kira, apakah mereka masih mengingatku?" Emily yang tidak mengerti apa yang terjadi, menatap wajah Martis dengan heran. la merasa tidak nyaman dengan pelukan Martis yang terlalu erat. Sementara itu, Phyno yang ada di sebelahnya, menatap Martis dengan rasa penasaran. "Martis, apa yang terjadi?" tanya Phyno dengan suara yang pelan. Martis tersadar dari lamunannya dan melepaskan pelukannya pada Emily. la memandang wajah Emily dan tersenyum. "Maaf, Emily," ucap Martis dengan suara yang lembut. "Aku hanya..., teringat pada seseorang yang
Rupanya, Raja Kegelapan telah mempersiapkan strategi untuk menghadapi Martis. Saat ini ia memutuskan bahwa dia dan anaknya masih harus berada di dalam gunung berapi tempat mereka berada saat ini untuk sementara waktu. Nampaknya Raja Kegelapan kali ini lebih waspada dalam menghadapi Martis. Dia telah kehilangan Black Rose karena kala itu telah meremehkan Martis. Padahal ia berpikir bahwa Black Rose akan dapat mengalahkan Martis dengan mudah. Namun kenyataannya, justru sebaliknya. Kekalahan Black Rose sangat membuatnya rugi besar. Sebab, Black Rose beserta semua pengikutnya telah diberantas habis oleh Martis sampai tak tersisa satupun. Sementara Raja Kegelapan masih bersembunyi di dalam gunung berapi, beberapa Minggu kemudian Martis dan yang lainnya kini telah kembali pulih. Dan ternyata, Martis tengah berusaha memisahkan aura kegelapan yang tersisa dalam tubuh Phynoglip. Namun usahanya belum membuahkan hasil. Memang benar, dalam beberapa hari ini ia telah berhasil membuang sebagian
Raja Kegelapan sangat marah karena merasakan hawa keberadaan Black Rose yang terhubung dengan jiwanya kini telah menghilang."Black Rose...? Ti-tidak...!" Raja Kegelapan berteriak histeris di dalam ruangan persembunyiannya."Tidak akan aku maafkan! Black Rose mati dikalahkan oleh manusia bernama Martis itu! Aku tidak boleh bersantai-santai. Yah..., aku akan membalaskan semua yang telah dilakukan oleh Martis! Terutama atas kematian Black Rose!" Raja Kegelapan kemudian bangkit dari tempatnya. Kali ini amarahnya benar-benar berada di puncaknya. Hal yang membuat ia sangat marah tentu saja atas kematian Black Rose, wanita yang sangat dicintainya.Kemudian Raja Kegelapan pergi ke suatu tempat. Tempat itu adalah gunung berapi yang ada di ujung wilayah barat. Gunung berapi ini adalah tempat di mana Raja Kegelapan pernah berlatih bersama Black Rose.Dan rupanya, di gunung berapi ini juga Black Rose pernah menyimpan benih. Benih itu adalah hasil dari perkawinan mereka berdua. Dan selama ini, be
Dan akhirnya, Martis tumbang juga. Setelah energi dan stamina terkuras habis, waktu kembali normal. Dan mereka tetap berada di tempat terakhir kalinya. Gedebugh...! Tubuh Martis yang terkulai lemas akhirnya terkapar di lantai. Karena mendengar ada suara aneh, Emily yang ada di atas ranjang menoleh ke arah sumber suara. Dan ia melihat di sana ada tubuh Martis yang tergeletak di lantai tak sadarkan diri. "Tu-tuan Martis...?" ucap Emily yang kemudian ia turun dari ranjang dan segera memeriksa keadaan Martis. Ia sudah ingat dengan apa yang terjadi. "Martis...? Wah, iya, aku harus membantunya." Begitu pula dengan Phynoglip yang baru sadar dan ingat semaunya. Ia bergegas membantu Emily untuk mengangkat tubuh Martis ke atas ranjang. "Hey, tubuhku masih terluka, tapi aku bisa kok, menjaga Martis agar tetap stabil. Aku akan berbaring di sampingnya sampai ia kembali pulih. Aku tidak keberatan berbagi energi dengan dirinya. Aku bisa melakukan teknik Transfer Energi melalui genggaman