Beberapa hari kemudian, akhirnya Kompetisi yang ditunggu-tunggu oleh Martis tiba waktunya. "Mia, apakah kau yakin tidak ikut dalam Kompetisi ini?" tanya Martis. Mia yang ada di hadapannya menjawab, "Tidak Martis. Karena aku bersama anggota Klan memiliki rencana. Ada hal lain yang harus kami lakukan. Kalian bertiga, berjanjilah padaku untuk kembali dengan keadan utuh seperti saat kalian pergi." Martis, Aoi dan Lancelot dengan kompak menjawab, "Pasti! Kami berjanji." "Kalau begitu baiklah. Kami menantikan kemenangan kalian." Setelah itu Mia pergi bersama orang-orang kepercayaannya. Sedangkan Martis dan yang lainnya segera pergi menuju lokasi kompetisi diadakan. "Ayah, inilah tempatnya. Bagaimana menurutmu?" Lancelot bertanya pada ayahnya saat mereka berada di depan sebuah gerbang besar. "Aku tak menyangka kalau tempatnya semegah ini. Dan aku juga merasakan ada beberapa kekuatan besar di dalam. Ayo, kita masuk." Mereka pun masuk dan segera menyerahkan formulir pendaftaran ya
Martis dan Lancelot akhirnya justru bertaruh. "Nak, ayo kita bertaruh." Lancelot tersenyum. "Baik Ayah. Apa taruhannya?" tanya Lancelot. "Terserah, apapun boleh. Kau yang menentukan." "Kalau begitu baiklah. Jika pilihan Ayah kalah, Ayah harus berjanji padaku." "Berjanji? Apa itu? Selagi aku dapat mengabulkannya, maka boleh saja." Mereka saling berbicara, namun tatapan tetap fokus pada pertandingan yang masih berlangsung. "Tidak sulit, kok. Sangat gampang! Berjanjilah akan memberikanku seorang adik." Lancelot dengan santainya berucap. "Baiklah...," jawab Martis dengan enteng pula. Namun ia baru sadar setelah perkian detik kemudian. "Eh...? Tunggu dulu! Adik...? Apa maksudmu?" Setelah sadar, barulah Martis menoleh ke arah anaknya. Lancelot hanya meringis menatap martis. Lalu Aoi yang mendengar taruhan konyol itu mendengus. "Huft..., dasar para pria." "Tu-tunggu dulu! Lancelot...? A-adik...?" ucap Martis terbata. "Sudahlah, aku anggap kita sudah sepakat. Dan lihatlah,
Kejadian epic pada hari kedua kompetisi membuat gempar. Karena baru kali ini ada seseorang yang berhasil melawan banyak musuh dan berhasil memenangkannya dengan telak. Itu sangat menakjubkan. Sebab, musuh yang dilawan Jack bukanlah para keroco saja. Tubuh Jack juga nampak mendapat beberapa luka. Seperti wajahnya yang tadi sempat terkena sabetan pisau dari salah satu musuhnya sehingga membuat luka itu membekas. Untungnya itu hanya luka gores saja. Melihat penampilan Jack, tentunya Martis langsung tertarik padanya. Dan bukan hanya Martis, ternyata anaknya pun meraskan hal yang sama. "Ayah, aku akan melawan orang itu. Dia sangat kuat." Lancelot berucap sambil terus menatap ke arah Jack yang saat ini masih berada di tengah arena menikmati sorakan para penonton atas kemenangannya hari ini. "Lancelot, apakah kau yakin? Jika kau memang sangat yakin mampu mengalahkannya, maka baiklah. Ayahmu ini akan mengalah," jawab Martis dengan santai. Martis mengalah karena sebenarnya ia sejak awal m
Lancelot terus berusaha menyerang Jack. Tapi tidak ada satupun serangannya yang berhasil melukai Jack. Lancelot mulai berpikir keras. Ia meningkatkan konsentrasinya. 'Orang ini ternyata lebih hebat dari yang aku bayangkan,' gumam Lancelot. Padahal kemarin Lancelot melihat dengan jelas bagaimana gaya bertarung Jack yang berhasil menang telak dari setiap lawannya bertarung. Tapi hari ini rasanya sangat berbeda. Lancelot tidak menyangka kalau kemarin Jack belum bertarung dengan serius. Saat Lancelot berpikir, itu mengakibatkan ia kembali lengah dan ia mendapatkan luka kedua pada bagian pahanya. Paha Lancelot tertusuk satu pisau kecil. Rupanya pisau itu adalah pisau tersembunyi yang Jack siapkan untuk serangan tiba-tiba. "Hey Bocah! Kenapa kau malah melamun saat sedang bertarung? Aku beritahu, jujur saja ya. Aku akui kau cukup hebat bisa berhadapan denganku selama ini. Kau lihat sendiri kemarin, bukan? Aku mengalahkan para keroco itu dengan cepat." "Terima kasih pujiannya. Tapi j
Martis sangat geram melihat Lancelot yang diperlakukan dengan keji di arena. "Aku tidak akan membiarkan Anakku mati!" Martis mengambil ancang-ancang berniat melompat ke dalam arena. Namun Martis menghetikan pergerakannya. Dan ternyata Lancelot kembali bangkit. Padahal kondisinya sudah sangat kacau. "Jangan mendekat, Ayah! Ini adalah pertarunganku!" Lancelot tahu pasti dengan apa yang akan dilakukan oleh ayahnya. Martis kemudian memejamkan kedua matanya. Ia berusaha percaya pada anaknya. Karena melihat Lancelot yang ternyata masih keras kepala, membuat Jack justru senang. Ia senang karena berpikir akan menyiksa Lancelot lebih dari ini. "Wah, wah, wah...? Nyalimu boleh juga ya? Em..., baiklah. Jika memang masih merasa kurang, aku akan menambah siksaan ini." Jack kembali melakukan pukulan bertubi-tubi pada Lancelot. Akan tetapi, kenapa wajah Lancelot justru menyeringai? "Hey, Jack! Ada apa? Kenapa pukulanmu tidak sekuat tadi? Hem?" Meskipun terus dipukuli, Lancelot masih s
Saat Lancelot berada di ruang perawatan, ternyata pertandingan kompetisi hari keempat ditunda karena akan adanya perbaikan arena sementara. Sebab, akibat pertarungan Jack melawan Lancelot kemarin mengakibatkan kerusakan yang cukup parah pada arena. Dan ternyata, ada beberapa anggota intel dari World Goverment yang menyamar menjadi seorang pekerja yang ikut membantu memperbaiki arena kompetisi. Dan dia segera melapor pada atasannya tentang kejadian menghebohkan kemarin. Berkat laporan dari intel itu, World Goverment langsung mengkonfirmasinya lalu merubah status daftar buronan. Dinyatakan bahwa Jack yang memiliki harga buronan tinggi kini telah berubah mejadi rendah. Dan kini, justru harga buronan baru yang muncul menggantikannya, yaitu Lancelot dengan harga buronan satu miliar koin emas. Perihal tentang buronan itu menyebar dengan sangat cepat. Hanya dalam waktu satu hari saja sudah menyebar hampir ke seluruh penjuru di planet Ondinesi. Dan pada hari kelima kompetisi, Martis da
Pada hari kelima pertarungan kompetisi kembali membuat gempar. Pertarungan antara kedua orang bertopeng misterius kali ini dinyatakan imbang. Karena sudah dua puluh empat jam lamanya mereka bertarung masih belum juga ada yang kalah. Karena masih banyak petarung yang menunggu untuk tampil, pertarungan mereka berdua dianggap seri dan nanti akan dulanjutkan. Kemudian di hari ke enam, giliran Martis yang pertama kali bertarung. Martis melawan seseorang yang dikenal sangat kejam. Dia adalah salah satu Algojo dari World Goverment. Namanya adalah Garos. Garos dikenal tak memandang bulu saat sedang berhadapan dengan seseorang. Karena dia sudah didoktrin oleh World Goverment bahwa tujuan hidupnya hanyalah untuk membunuh. Saat pertarungan dimulai, Garos langsung mengayunkan gada besar miliknya. Ia berkata pada Martis, "Kau Martis, kau adalah buronan World Goverment. Aku adalah orang yang diutus untuk membunuhmu!" Satu ayunan gada ditujukan lagi pada Martis. Namun Martis dengan santainya me
Martis mengernyitkan alisnya saat membaca pembetitahuan sistem. Sistem lagi-lagi mengatakan tidak dapat mendeteksi kelemahan Garos. Karena di tubuh Garos terdapat sebuah alat yang dapat mengacaukan frekuensi. 'Sebenarnya benda apa yang dimilikinya? Tadi ada yang punya topeng kuno, sekarang ada benda lain lagi yang membuat sistem tak berfungsi dengan baik. World Goverment ternyata tidak bisa aku remehkan.' Sepertinya hari ini Martis akan brrtarung tanpa bantuan sistem. Selama ini Martis memang ketergantungan pada sistem miliknya. Ya wajar saja, karena dia adalah Pengendali Sistem Terkuat. Martis berjuang keras guna mencari celah yang ditinggalkan oleh Garos. Sudah puluhan kali sejak Garos menggunakan gerbang ketiganya, namun kali ini pertahanan Garos tak memiliki celah sedikitpun. Kemudian Martis berpikir, 'Tunggu dulu. Sejak tadi aku belum mendapat serangan kuat satupun dari Garos ini. Tapi, aku juga tidak berhasil melukainya. Padahal semua seranganku banyak yang mengenainya.'