Martis mengernyitkan alisnya saat membaca pembetitahuan sistem. Sistem lagi-lagi mengatakan tidak dapat mendeteksi kelemahan Garos. Karena di tubuh Garos terdapat sebuah alat yang dapat mengacaukan frekuensi. 'Sebenarnya benda apa yang dimilikinya? Tadi ada yang punya topeng kuno, sekarang ada benda lain lagi yang membuat sistem tak berfungsi dengan baik. World Goverment ternyata tidak bisa aku remehkan.' Sepertinya hari ini Martis akan brrtarung tanpa bantuan sistem. Selama ini Martis memang ketergantungan pada sistem miliknya. Ya wajar saja, karena dia adalah Pengendali Sistem Terkuat. Martis berjuang keras guna mencari celah yang ditinggalkan oleh Garos. Sudah puluhan kali sejak Garos menggunakan gerbang ketiganya, namun kali ini pertahanan Garos tak memiliki celah sedikitpun. Kemudian Martis berpikir, 'Tunggu dulu. Sejak tadi aku belum mendapat serangan kuat satupun dari Garos ini. Tapi, aku juga tidak berhasil melukainya. Padahal semua seranganku banyak yang mengenainya.'
Setelah dihajar sampai babak belur oleh Martis, akhirnya tubuh besar Garos yang perkasa itu tergeletak di sudut arena. Karena tidak bergerak dalam beberapa waktu, sang Wasit mendekatinya dan memeriksa keadaan Garos. Kemudian Wasit itu memberikan isyarat dengan menyilangkan kedua tangannya. Melihat hal itu, para penonton berteriak dan menjadi gaduh. Mereka semua tercengang dengan hasil pertarungan yang dimenangkan oleh Martis. Setelah dinyatakan menang, Martis pun duduk di dalam arena sambil menghela nafas lega. "Huft..., akhirnya berhasil juga aku mengalahkannya. Energi dan staminaku sudah kritis." Sedangkan Aoi yang tadi menemani Lancelot di ruang perawatan keluar setelah mendengar pengumuman dari juri bahwa Martis menang. "Martis...!" teriak Aoi, ia berlari mendekati Martis yang ada di arena. "Apakah kau baik-baik saja?" Martis mendongaklan kepalanya. "Yah..., tidak terlalu baik." Martia tersenyum. "Aku hanya kelelehan. Jujur saja, kedua kakiku terasa lemas." "Mari aku bant
Tak terasa kompetisi yang diadakan sudah berlangsung sepuluh hari. Dan pada hari kesepuluh ini jumlah penonton melonjak pesat. Mereka semua menantikan pertarungan antara Lancelot melawan pria misterius yang mengenakan topeng berwarna merah yang kemarin bertarung dengan hasil imbang melawan pria bertopeng hitam. Ternyata kompetisi ini sudah akan berakhir. Karena hanya tersisa empat orang saja, yaitu Martis, Lancelot, dan kedua pria misterius bertopeng. Sebelum mulai bertarung, Martis memberikan banyak masukan kepada Lancelot. Dan Martis juga memberitahu Lancelot bahwa lawannya kali ini adalah seorang Sachibaki. Jadi ia harus sangat berhati-hati. Martis juga menceritakan bagaimana ia menyaksikan pertarungan epic kemarin antara si Topeng Merah dan si Topeng Hitam. Dan akhirnya pertarungan segera dimulai. Sebelum Lancelot dan pria bertopeng berwarna merah itu saling serang, pria bertopeng merah itu berkata pada Lancelot, "Bersiaplah, kau akan aku kalahkan. Nanti, kau akan aku kirim s
Lancelot kali ini menghindari serangan si Topi Merah lalu langsung berbalik badan. Ia telah mengumpulkan tenaganya dan bertaruh untuk menahan bayangan naga api itu. Tapi sayangnya, ia tak menyangka kalau si Topi Merah yang ia punggungi sekali lagi melancarkan serangannya. Ia menyerang Lancelot dari dua sisi. Alhasil, Lancelot sekali lagi harus menahan rasa sakit yang luar biasa. Lancelot yang terpental nampak berguling di lantai kesakitan. Rasa panas yang ia rasakan kali ini jauh lebih panas dibandingkan dengan serangan yang pertama mengenainya. Sorakan penonton kembali bergemuruh hebat. Pertarungan kedua orang hebat ini membuat semangat mereka melonjak. Namun tidak dengan Martis. Ia tidak merasa senang sedikitpun. "Ini tidak bisa dibiarkan! Ternyata benar sesuai dugaanku! Tubuh Lancelot belum pulih sepenuhnya. Terkena serangan sedahsyat itu, ia tidak akan mampu bertahan!" Martis berjalan mendekati arena. Sepertinya ia akan mengambil langkah nekat. Jika si Topeng Merah itu ingin
Lagi-lagi para penonton dibuat sangat terhibur melihat kedua petarung di arena yang saling gempur. Martis juga nampak tak segan sama sekali. Ia mengerahkan langsung semua kemampuannya, dari teknik pukulan andalan, sampai teknik tendangan andalan miliknya. Dan begitu juga dengan si Topi Hitam. Ia bahkan bertarung lebih serius dibandingkan saat ia melawan si Topeng Merah kemarin. Si Topi Hitam itu padahal niat awalnya ingin bermain-main sejenak dengan Martis. Tapi nyatanya ia tak memiliki kesempatan untuk bersantai. Yang ada, ia saat ini nampak tertekan oleh Martis. Ia bahkan tidak diberi kesempatan sama sekali untuk menyerang balik. Dari awal pertarungan dimulai, sampai sudah satu jam lamanya, ia hanya terus menahan atau menghindari serangan yang Martis lakukan padanya. "Kau...?! Kenapa kau melampiaskan amarahmu padaku?! Bukankah kau kedal dengan Sachibaki sialan itu?!" "Kau harusnya beruntung, bisa menjadi pelampiasanku," jawab Martis, wajahnya masih sama, ia sangat serius. "Ci
Tak terasa, pertarungan Martis melawan si Topi Hitam berlangsung sampai larut malam. Walaupun berlangsung cukup lama, tidak membuat para penonton pergi, mereka justru semakin penasaran dan akan menunggu sampai benar-benar berakhir. Dan akhirnya, tepat pada tengah malam, barulah Martis berhasil memukul dada si Topi Hitam dengan telak. Pukulan Martis ini ia lakukan dengan sekuat tenaga. Ia tidak ragu walaupun sistem telah memberikan pemberitahuan peringatan bahwa energi dan staminanya hanya tersisa lima belas persen. Ia bertarung di ujung sisa kekuatannya yang ada. Dan itu membuahkan hasil. Usahanya tidaklah sia-sia. Pukulannya barusan tidak berhenti sebatas itu saja. Martis tahu bahwa inilah kesempatannya untuk menang. Ia pun mengerahkan sisa lima belas persen energi dan staminanya itu untuk serangan terakhir. "Nampaknya hasilnya sudah ketahuan, bahwa cahaya lah yang akan mengalahkan kegelapan." Martis lalu menyiapkan satu serangan lagi. "Tidak! Ini belum berakhir!" Si Topi Hita
Martis dengan segenap tenaga yang tersisa berusaha berjalan mendekati tubuh si Topeng Hitam yang sudah tak lagi bergerak. Setelah itu ia mengambil topeng yang dikenakan oleh pria itu. Martis mengangkat topeng itu ke atas, dan sontak semua penonton langsung berteriak dengan kompak menyerukan nama Martis. Gema suara penonton yang jumlahnya ribuan itu dapat membuat tubuh bergetar. "Martis...! Martis...! Martis...!" Kemudian, Martis berpura-pura seolah-olah ia menyimpan topeng hitam itu ke dalam saku yang ada di dalam bajunya. Padahal ia memasukkannya ke dalam tas penyimpanan sistem miliknya. Ternyata Martis masih berniat untuk memberikan topeng itu pada Lancelot. Namun sayangnya, keadaan tidak sesuai dengan apa yang Martis harapkan. Dia tidak akan tenang sebelum Lancelot kembali bersamanya. Selanjutnya, pertarungan kompetisi ini akan menjadi hari yang sangat dinantikan oleh banyak orang dari semua kalangan. Baik itu rakyat jelata, para Bangsawan yang wanita dan wanita, entah itu tua
Martis mengerutkan alisnya. Dia benar-benar tidak mengerti arah pembicaraan Aoi. "Aoi...? Apa ada yang salah denganku? Kenapa tiba-tiba kau terus menunduk saat berbicara denganku?" "Bukan apa, Martis. Sudahlah, ayo kembali ke penginapan." Aoi akhirnya memilih berjalan terlebih dahulu menuju penginapan. Karena hari ini sudah sore, Martis segera menyiapkan beberapa perlengkapannya yang akan dibawa nanti malam ke ruangan yang telah disediakan panitia penyelenggara kompetisi bela diri. Karena besok adalah hari terakhir beristirahat, jadi malam ini kedua petarung diharuskan sudah kembali berada di tempat yang telah disediakan. Akan tetapi, saat baru saja Martis menempelkan pantatnya ke bangku kecil yang ada di ruangan miliknya, ia kembali berdiri. "Gila...?! Apa-apaan ini...?!" Martis tercengang saat melihat selembar poster buronan miliknya yang kini kembali berubah. "Martis..., bagaimana jadinya nanti jika kau berhasil memenangkan kompetisi ini?" tanya Aoi, "Baru juga beberapa