Lancelot kali ini menghindari serangan si Topi Merah lalu langsung berbalik badan. Ia telah mengumpulkan tenaganya dan bertaruh untuk menahan bayangan naga api itu. Tapi sayangnya, ia tak menyangka kalau si Topi Merah yang ia punggungi sekali lagi melancarkan serangannya. Ia menyerang Lancelot dari dua sisi. Alhasil, Lancelot sekali lagi harus menahan rasa sakit yang luar biasa. Lancelot yang terpental nampak berguling di lantai kesakitan. Rasa panas yang ia rasakan kali ini jauh lebih panas dibandingkan dengan serangan yang pertama mengenainya. Sorakan penonton kembali bergemuruh hebat. Pertarungan kedua orang hebat ini membuat semangat mereka melonjak. Namun tidak dengan Martis. Ia tidak merasa senang sedikitpun. "Ini tidak bisa dibiarkan! Ternyata benar sesuai dugaanku! Tubuh Lancelot belum pulih sepenuhnya. Terkena serangan sedahsyat itu, ia tidak akan mampu bertahan!" Martis berjalan mendekati arena. Sepertinya ia akan mengambil langkah nekat. Jika si Topeng Merah itu ingin
Lagi-lagi para penonton dibuat sangat terhibur melihat kedua petarung di arena yang saling gempur. Martis juga nampak tak segan sama sekali. Ia mengerahkan langsung semua kemampuannya, dari teknik pukulan andalan, sampai teknik tendangan andalan miliknya. Dan begitu juga dengan si Topi Hitam. Ia bahkan bertarung lebih serius dibandingkan saat ia melawan si Topeng Merah kemarin. Si Topi Hitam itu padahal niat awalnya ingin bermain-main sejenak dengan Martis. Tapi nyatanya ia tak memiliki kesempatan untuk bersantai. Yang ada, ia saat ini nampak tertekan oleh Martis. Ia bahkan tidak diberi kesempatan sama sekali untuk menyerang balik. Dari awal pertarungan dimulai, sampai sudah satu jam lamanya, ia hanya terus menahan atau menghindari serangan yang Martis lakukan padanya. "Kau...?! Kenapa kau melampiaskan amarahmu padaku?! Bukankah kau kedal dengan Sachibaki sialan itu?!" "Kau harusnya beruntung, bisa menjadi pelampiasanku," jawab Martis, wajahnya masih sama, ia sangat serius. "Ci
Tak terasa, pertarungan Martis melawan si Topi Hitam berlangsung sampai larut malam. Walaupun berlangsung cukup lama, tidak membuat para penonton pergi, mereka justru semakin penasaran dan akan menunggu sampai benar-benar berakhir. Dan akhirnya, tepat pada tengah malam, barulah Martis berhasil memukul dada si Topi Hitam dengan telak. Pukulan Martis ini ia lakukan dengan sekuat tenaga. Ia tidak ragu walaupun sistem telah memberikan pemberitahuan peringatan bahwa energi dan staminanya hanya tersisa lima belas persen. Ia bertarung di ujung sisa kekuatannya yang ada. Dan itu membuahkan hasil. Usahanya tidaklah sia-sia. Pukulannya barusan tidak berhenti sebatas itu saja. Martis tahu bahwa inilah kesempatannya untuk menang. Ia pun mengerahkan sisa lima belas persen energi dan staminanya itu untuk serangan terakhir. "Nampaknya hasilnya sudah ketahuan, bahwa cahaya lah yang akan mengalahkan kegelapan." Martis lalu menyiapkan satu serangan lagi. "Tidak! Ini belum berakhir!" Si Topi Hita
Martis dengan segenap tenaga yang tersisa berusaha berjalan mendekati tubuh si Topeng Hitam yang sudah tak lagi bergerak. Setelah itu ia mengambil topeng yang dikenakan oleh pria itu. Martis mengangkat topeng itu ke atas, dan sontak semua penonton langsung berteriak dengan kompak menyerukan nama Martis. Gema suara penonton yang jumlahnya ribuan itu dapat membuat tubuh bergetar. "Martis...! Martis...! Martis...!" Kemudian, Martis berpura-pura seolah-olah ia menyimpan topeng hitam itu ke dalam saku yang ada di dalam bajunya. Padahal ia memasukkannya ke dalam tas penyimpanan sistem miliknya. Ternyata Martis masih berniat untuk memberikan topeng itu pada Lancelot. Namun sayangnya, keadaan tidak sesuai dengan apa yang Martis harapkan. Dia tidak akan tenang sebelum Lancelot kembali bersamanya. Selanjutnya, pertarungan kompetisi ini akan menjadi hari yang sangat dinantikan oleh banyak orang dari semua kalangan. Baik itu rakyat jelata, para Bangsawan yang wanita dan wanita, entah itu tua
Martis mengerutkan alisnya. Dia benar-benar tidak mengerti arah pembicaraan Aoi. "Aoi...? Apa ada yang salah denganku? Kenapa tiba-tiba kau terus menunduk saat berbicara denganku?" "Bukan apa, Martis. Sudahlah, ayo kembali ke penginapan." Aoi akhirnya memilih berjalan terlebih dahulu menuju penginapan. Karena hari ini sudah sore, Martis segera menyiapkan beberapa perlengkapannya yang akan dibawa nanti malam ke ruangan yang telah disediakan panitia penyelenggara kompetisi bela diri. Karena besok adalah hari terakhir beristirahat, jadi malam ini kedua petarung diharuskan sudah kembali berada di tempat yang telah disediakan. Akan tetapi, saat baru saja Martis menempelkan pantatnya ke bangku kecil yang ada di ruangan miliknya, ia kembali berdiri. "Gila...?! Apa-apaan ini...?!" Martis tercengang saat melihat selembar poster buronan miliknya yang kini kembali berubah. "Martis..., bagaimana jadinya nanti jika kau berhasil memenangkan kompetisi ini?" tanya Aoi, "Baru juga beberapa
Martis yang berpura-pura tidur mengingat semua yang terjadi. Dia ingat ke mana dia dibawa dan bersama siapa ia pergi. Pihak musuh yang menyerang Martis secara diam-diam itu tentu saja tidak menyadari apa yang sebenarnya Martis lakukan. Di tengah perjalanan, Martis yang menajamkan indera pendengarannya mendapat informasi tambahan dari bisikan beberapa orang yang ditugaskan menculiknya itu. Dari hasil pendengarannya ini, Martis pun akhirnya mengerti siapa dalang dari aksi penculikan ini. Penculikan ini adalah rencana dari si Topi Merah. Dia ingin mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri dengan berencana menangkap Martis secara diam-diam yang lalu ia akan membawanya ke penjara bawah tanah untuk mendapatkan hadiah buronan kepala Martis. Pikir si Topi Merah itu, ia ingin membuat berita hoax nantinya yang mengatakan bahwa Martis tidak berani menghadapinya secara langsung dalam pertarungan. Si Topi Merah berniat menyebarkan berita palsu bahwa Martis adalah seorang pengecut. Dikatakan Ma
Setelah selesai berbicara, Martis kemudian menyuruh sistemnya untuk langsung mengaktifkan kekuatan penuhnya. Martis langsung berhasil menumbangkan kedua orang yang sejak tadi memeganginya dengan cara menarik tubuh mereka berdua lalu dia benturkan satu sama lain. Kejadian ini sangat cepat sehingga kedua orang itu tak sempat melakukan apa-apa dan akhirnya langsung tak sadarkan diri dengan luka di bagian kening yang parah. Si Topeng Merah juga terkejut atas aksi Martis barusan. Dan ia baru sadar kalau Martis sejak awal hanyalah berpura-pura. "Ka-kau...?! Argh...! Sialan kau..., Martis...!" Si Topeng Merah berteriak, ia sangat marah dan tanpa pikir panjang ia langsung menyerang Martis. "Seharusnya aku yang marah padamu!" seru Martis membalas ucapan pria itu seraya menghindari pukulannya ke arah kanan. "Kalau begitu kau seharusnya memang lebih baik aku bunuh sekarang!" Si Topeng Merah tak berhenti menyerang Martis. Ruangan yang tidak seberapa luas itu pun akhirnya hancur karena ta
Si Topi Merah sangat yakin bahwa kali ini ia berhasil menghabisi Martis. Namun keyakinannya itu runtuh setelah ia melihat bahwa yang ia hantam hanyalah lantai, tanpa ada tubuh Martis di sana. "Ke mana dia...?" Si Topeng Merah melihat ke sekelilingnya guna menemukan keberadaan Martis. Akan tetapi si Topi Merah lupa dengan arah di atas kepalanya. Dari atas, Martis meluncur sangat cepat ke bawah dengan mengepalkan tangannya yang bersinar terang. "Punch of Light...!" seru Martis. Tapi sayangnya, pukulan Martis juga sama seperti pukulan si Topeng Merah tadi, hanya menghantam tanah. Rupanya, dengan cepat makhluk aneh tadi melompat menerjang tubuh si Topeng Merah guna menyelamatkannya. "Makhluk ini membuatku repot saja. Baiklah, biar aku urus dia terlebih dahulu." Martis tanpa ragu mengambil keputusannya. Akan tetapi, Martis berhasil terkecoh oleh si Topeng Merah dan makhluk aneh itu. Saat Martis sedang fokus beradu serangan dengan Makhluk itu, dari arah lain pasti ada beberap