Setelah selesai berbicara, Martis kemudian menyuruh sistemnya untuk langsung mengaktifkan kekuatan penuhnya. Martis langsung berhasil menumbangkan kedua orang yang sejak tadi memeganginya dengan cara menarik tubuh mereka berdua lalu dia benturkan satu sama lain. Kejadian ini sangat cepat sehingga kedua orang itu tak sempat melakukan apa-apa dan akhirnya langsung tak sadarkan diri dengan luka di bagian kening yang parah. Si Topeng Merah juga terkejut atas aksi Martis barusan. Dan ia baru sadar kalau Martis sejak awal hanyalah berpura-pura. "Ka-kau...?! Argh...! Sialan kau..., Martis...!" Si Topeng Merah berteriak, ia sangat marah dan tanpa pikir panjang ia langsung menyerang Martis. "Seharusnya aku yang marah padamu!" seru Martis membalas ucapan pria itu seraya menghindari pukulannya ke arah kanan. "Kalau begitu kau seharusnya memang lebih baik aku bunuh sekarang!" Si Topeng Merah tak berhenti menyerang Martis. Ruangan yang tidak seberapa luas itu pun akhirnya hancur karena ta
Si Topi Merah sangat yakin bahwa kali ini ia berhasil menghabisi Martis. Namun keyakinannya itu runtuh setelah ia melihat bahwa yang ia hantam hanyalah lantai, tanpa ada tubuh Martis di sana. "Ke mana dia...?" Si Topeng Merah melihat ke sekelilingnya guna menemukan keberadaan Martis. Akan tetapi si Topi Merah lupa dengan arah di atas kepalanya. Dari atas, Martis meluncur sangat cepat ke bawah dengan mengepalkan tangannya yang bersinar terang. "Punch of Light...!" seru Martis. Tapi sayangnya, pukulan Martis juga sama seperti pukulan si Topeng Merah tadi, hanya menghantam tanah. Rupanya, dengan cepat makhluk aneh tadi melompat menerjang tubuh si Topeng Merah guna menyelamatkannya. "Makhluk ini membuatku repot saja. Baiklah, biar aku urus dia terlebih dahulu." Martis tanpa ragu mengambil keputusannya. Akan tetapi, Martis berhasil terkecoh oleh si Topeng Merah dan makhluk aneh itu. Saat Martis sedang fokus beradu serangan dengan Makhluk itu, dari arah lain pasti ada beberap
Si Topeng Merah yang terkejut karena adanya kamera yang digunakan oleh Martis merasa terancam. Jika rekaman tentang semua yang terjadi di sini menyebar, World Goverment pasti tidak akan membiarkannya hidup. Bukan hanya dirinya, tapi juga semua keluarga dan kerabatnya. Si Topeng Merah sangat tahu, betapa kelam World Goverment yang sebenarnya. Mereka pasti akan melakukan segala cara demi membuat nama baik mereka terjaga bersih, walaupun sebenarnya sudah jelas-jelas nampak kotornya mereka di balik tirai."Golem! Cepat kalahkan dia! Jangaj ragu-ragu, nanti aku akan membangkitkan Kakakmu dengan Kloning."Makhluk yang disebut Golem itu, gerakannya memang sangat lambat. Akan tetapi jangan ditanya kalau soal kekuatan serangan dan kekuatan daya tahan tubuhnya. Martis sudah beberapa kali mencona melancarkan serangannya tadi. Tapi hasilnya, tubuh Golem ini tak tergores sedikitpun. Yang ada, justru salah satu tangan Martis yang kesakitan akibat terluka.Martis kemudian berpikir, 'Sekuat apapun ma
Di tempatnya berada, si Topi Merah merasa geram atas kepergian Martis. Ia sangat kesal karena Martis juga berhasil kabur membawa Aoi. Padahal, ia sudah merencanakan hal kotor pada Aoi karena memang wajah dan tubuh Aoi sangatlah menggoda. Namun, beberapa puluh menit kemudian, di tengah amukan dan ocehannya, si Topi Merah kembali merasakan hawa keberadaan Martis. "Apakah dia kembali? Bagus! Ia akan mati konyol akibat rasa percaya dirinya itu!" Si Topi Merah mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Martis. Namun saat si Topi Merah menoleh ke belakang, wajahnya dihantam dengan sangat kuat oleh Martis. "Punch of Light...!" Dengan lantangnya Martis yang baru saja muncul berteriak. Duar...! Pukulan Martis berhasil menghantam wajah si Topeng Merah. Walaupun tidak telak, karena si Topeng Merah sempat menggeser dikit wajahnya, tapi pukulan Martis barusan berhasil melukai wajahnya. Nampak pada mata bagian kanan si Topi Merah lebam membiru. Ia pun memeganginya guna menahan rasa s
Beberapa hari kemudian, setelah kejadian yang menimpa Martis kemarin, ia tidak mendapat gangguan lagi dari si Topeng Merah hingga waktu pertarungan final kompetisi bela diri tiba.Saat ini, Martis dan si Topeng Merah sudah berada di dalam arena. Teriakan dan sorakan para penonton memuncak karena hari ini adalah hari yang paling ditunggu."Martis, kali ini aku tidak akan membiarkanmu lolos!" seru si Topeng Merah dengan nada penuh kebencian."Seharusnya aku yang berkatq seperti itu padamu. Oh iya, tunggu sebentar." Martis merogoh saku di dalam bajunya untuk mengeluarkan sesuatu. "Coba lihat apa yang ada di tanganku." Martis menggoyangkan sebuah gulungan, ia nampak mengolok si Topi Merah."Itu...?! Argh...! Sial!" Si Topi Merah mengepalkan kedua tangannya. "Kembalikan benda itu padaku!" bentak si Topi Merah."Oh ya? Boleh saja. Asalkan kau setuju dengan tawaranku," ujar Martis.Si Topi Merah berpikir sejenak, hal licik apa yang akan Martis lakukan?"Hey, bagaimana? Apa kau mendengarku? A
Pertarungan Martis melawan si Topeng Merah semakin lama semakin intens. Dan sejauh ini Martis lah yang nampak sedikit unggul. Walaupun sedikit unggul, Martis tidak mau meremehkan lawannya. Dia justru lebih memperketat lagi pertahanannya. "Hey Martis! Mana jurus andalan sinar lasermu itu? Kenapa kau tidak menggunakannya? Bukankah kau ingin mengalahkanku dengan cepat?" Mendengar ucapan provokasi dari si Topi Merah, tentu saja Martis langsung curiga. Dalam hatinya, Martis berkata, 'Apa yang direncanakan orang ini? Dia mencoba memancingku untuk menggunakan sinar laser. Apakah dia sudah tau kelemahan dari teknik itu?' "Hey! Kenapa kau hanya diam? Ayo tunjukan lagi kekuatan dan kehebatanmu lebih dari ini!" Karena tidak ada respon dari Martis, si Topeng Merah terus mengucapkan kata-kata provokasinya. Namun sepertinya si Topi Merah memprovokasi orang yang salah. Martis tidak akan memakan umpan yang diberikan. Kalau soal provokasi, justru Martis lebih mahir dari siapapun. Dan benar saja
Martis berhasil memukul wajah si Topeng Merah. "Sekeras apa topengmu itu?! Sial...!" Martis mengibaskan tangan yang tadi ia gunakan untuk memukul wajah si Topeng Merah. Tangan Martis terasa keram saat menghantam benda yang sangat keras. "Kau pikir, topeng ini hanya mainan?" Si Topi Merah merasa congkak karena melihat Martis yang seharusnya melukainya namun justru sebaliknya. "Menarik! Aku jadi menginginkannya," ujar Martis, kini ia telah kembali siap untuk melanjutkan pertarungannya. "Kau telah menipuku dengan gulungan itu! Dan sekarang, kau juga berharap lebih? Sungguh, kau manusia yang serakah, Martis!" Si Topeng Merah bergerak perlahan, ia sangat berhati-hati. Karena ia yakin, satu kesalahan saja, serangan Martis sangat mematikan. "Serakah katamu? Hahaha...! Aku hanya menginginkan beberapa saja sudah kau bilang serakah. Lantas, kau akan bilang apa kepada Atasanmu yang serakah haus akan pujian? Kalian menggunakan kata keadilan. Tapi, apakah kenyataannya sudah adil? Hem?" Ka
Martis kembali mengambil posisi seperti biasanya, ia menguatkan tapak kakinya ke lantai lalu mulutnya terbuka lebar.Si Topeng Merah tahu apa yang akan dilakukan oleh Martis. "Hey Martis! Bukankah tadi kau sudah lihat sendiri, sinar laser andalanmu itu tidak mempan pada rompi pelindungku." Si Topeng Merah malah berdiri tegap sambil merentangkan tangannya. "Ayo serang! Serang aku kalau kau bisa! Hahaha...!"Beberapa saat kemudian...,Nging...!Suara melengking dari sinar laser yang Martis tembakkan dari mulutnya terdengar menyayat telinga.Si Topeng Merah melotot. Ia tak percaya dengan apa yang dialaminya. "Ti-tidak mungkin...," ucapnya, yang kemudian tubuhnya ambruk.Suasana menjadi hening sesaat. Sangking sunyinya, langkah kaki Martis yang mendekati tubuh si Topeng Merah pun terdengar cukup nyaring."Topeng ini, sekarang milikku," ujar Martis seraya memasukkan topeng ke dalam saku bajunya yang ternyata langsung masuk ke dalam tas penyimpanan sistem miliknya.Kemudian kembali terdenga
Saat Emily melihat kreasi masakan yang Martis siapkan, betapa terkejutnya dia. "Hah...?! Ini semua..., Tuan Martis yang menyiapkannya?" tanyanya dengan wajah takjub. Martis menik turunkan kedua alisnya seraya tersenyum dan menjawab, "Bagaimana? Hem? Menarik, buka?" Ayo, kita nikmati." Martis dan Emily akhirnya makan malam bersama. Saat suaran sendok dan piring beradu, ada pula suara celotehan mereka yang terdengar bahagia. Alam tetapi, rada bahagia mereka itu berubah dalam sekejap saat mereka mendengar ada suara kaca jendela yang pecah di lantai bawah. Martis menatap Emily dengan wajah penuh isyarat. "Emily, jangan ke mana-mana. Aku akan memeriksa suara apa itu tadi," ujar Martis yang kemudian turun ke lantai bawah untuk memeriksa apa yang terjadi.Rupanya, Martis menemukan adanya batu yang terbalutkan kertas. Lalu Martis mengambilnya dan ia membuka kertas itu. Ternyata dalam kertas itu ada rangkaian kata yang bertuliskan kalimat pengancaman."Kalian akan mati...?" ujar Martis mem
Martis awalnya tak percaya jika apa yang dikatakan oleh Emily tentang koin emas miliknya mampu membeli sebuah rumah. Pada keesokan harinya, Martis dan Emily berjanji untuk bertemu di sebuah kedai untuk makan siang. Setelah makan siang bersama, Emily mengatakan bahwa ia telah menemukan tempat yang cocok dan harga yang pas dari koin emas yang Martis miliki. Emily yang dalam hatinya merasa sangat senang, dengan buru-buru mengajak Martis untuk melihat lokasi yang ia maksud. "Jadi, inilah lokasi rumah yang aku katakan tadi, Tuan Martis. Jadi bagaimana? Apakah Tuan Martis suka dengan rumah ini?" tanya Emily, dalam hatinya ia berharap mendapat pujian dari Martis. Martis pun menjawab seraya memperhatikan bangunan rumah yang Emily tunjukkan. "Emily, kalau soal bangunannya aku rasa sudah bagus. Di tambah lagi, ada halaman yang tersisa cukup luas. Aku mau tempat ini." Akhirnya harapan Emily terkabul juga. "Baiklah, kalau begitu aku akan menyelesaikan pembayarannya dan serah terima surat men
Emily menyadari bahwa mereka berdua tengah menarik perhatian. Kemudian, Emily menarik tangan Martis dan mengajaknya keluar dari tempat pemandian tempatnya bekerja.Setelah berada di gang yang cukup sepi, barulah Emily berhenti. "Huft..., di sini sepi, kita bisa berbicara sekarang, Tuan Martis." Emily nampak terengah.Martis yang sejak tadi tak mampu berkata-kata akibat tingkah Emily akhirnya bertanya. "Emily, kenapa kau membawaku ke tempat seperti ini?" Martis menoleh ke kanan dan ke kiri, rasanya tempat ini sangat sepi."Maafkan aku, Tuan Martis. Baiklah, aku akan mengatakan padamu," ujar Emily menjelaskan.Emily menjelaskan bahwa Martis sebenarnya cukup terkenal karena cerita tentang prestasinya yang berhasil mengalahkan Raja Kegelapan. Akan tetapi, Emily memberitahu kepada Martis bahwa sebenarnya ada mata-mata di tempatnya bekerja. Mata-mata yang Emily maksud adalah seseorang yang bekerja atas perintah Raja Kegelapan guna menyelidiki dan memantau perkembangan keadaan Martis.Menden
Beberapa hari kemudian, Martis ternyata mendapatkan sebuah rekaman dari sistem miliknya. Rekaman itu berisikan tentang dirinya yang beberapa waktu lalu menjadi orang linglung alias dianggap depresi oleh orang-orang di sekitarnya. Dan di suatu pagi, Martis teringat akan Phynoglip yang dulu pernah menyatu dengan sistem miliknya. Ia mencoba memanggil Phynoglip itu dalam sistem, namun ia tak dapat jawaban. 'Ke mana Phynoglip pergi, ya? Apakah dia menghilang karena sistem reset ulang kemarin? Tapi..., entah kenapa, aku merasa kalau Phynoglip masih ada di dalam sistem. Tapi kenapa dia tidak menanggapi panggilanku? Apakah aku telah melakukan kesalahan padanya?' gumam Martis, ia penasaran dengan apa yang terjadi pada Phynoglip. Kemudian Martis juga ingat. "Oh iya, bukankah waktu itu Phynoglip pernah menunjukkan dirinya dalam wujud manusia? Jangan-jangan...?" Martis tiba-tiba saja memikirkan sesuatu hal yang buruk telah menimpa Phynoglip merah muda itu. Kemudian Martis mengusir pikiran
Black Rose sangat terkejut melihat teknik dan jurus bela diri yang Martis gunakan. Saat melihat teknik yang Martis gunakan, ingatan Black Rose kembali pada kejadian seratus tahun silam."Teknik ini...?! Tidak...! Tidak mungkin...!" teriak Black Rose yang tak dapat menahan serangan Martis.Tubuh Black Rose langsung nampak compang-camping akibat daya ledak dan tekanan dari serangan yang baru saja Martis lancarkan.Martis kemudian menatap kedua tangannya. "Akhirnya..., kekuatanku yang dulu benar-benar pulih." Bibir Martis tersenyum merkah."Kalau begitu baiklah, kebetulan ada target untuk melakukan panasan," ujar Martis, ia kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Black Rose."Hey, kau...! Iya, kau. Ayo serang aku." Martis nampak dalam kondisi hati yang bahagia.Sedangkan Black Rose yang melihat ekspresi yang ia anggap tidak wajar di wajah Martis, ia yang tadi terjatuh memundurkan dirinya. "Jangan mendekat! Tidak...!" Black Rose terlihat sangat ketakutan.Kedua alis Martis pun mengerut
Tubuh Martis yang tadinya terlihat lemah kini bangkit dan nampak sangat gagah. Kejadian ini membuat Black Rose marah. Hingga akhirnya ia langsung keluar menemui Martis. "Kurang ajar...!" teriak Black Rose seraya menyabetkan pecut yang ia pegang ke arah Martis. Martis yang merasakan adanya bahaya mendekat, tentu saja instingnya bekerja dengan cepat. "Aw...! Ampun! Aduh, atit...," ujar Martis mengejek Black Rose. "Sialan kau! Rupanya, kau pura-pura gila dan lemah selama ini hanya untuk mengungkap markas Hawa Vampire?!" Wajah Black Rose nampak sangat jelas bahwa saat ini ia sedang dalam emosi amarah tertinggi yang ia miliki. Padahal, Martis baru saja sadarkan diri. Akan tetapi, ia terus berlanjut mengerjakan tugas dan misi baru yang didapat dari sistem. "Apa kau bilang? Gila dan lemah?" Martis bingung dengan apa yang dikatakan oleh Black Rose. "Cih! Sudahlah, tak usah lagi berpura-pura. Selama ini dikatakan bahwa kau sempat depresi atas kehilangan dua temanmu yang berhas
Black Rose pergi ke suatu tempat. Nampaknya ia akan melakukan suatu ritual. "Bangkitlah...! Para pengikut ku...! Bangkit...!" Crash...! Sebilah pisau melukai tangan Black Rose, kemudian dengan adanya tetesan darah itu memancing sesuatu. Dan tak lama kemudian, datanglah puluhan wanita dengan paras cantik dan tubuh yang sexy. "Hahaha...! Bagus! Ini adalah saatnya kita untuk beraksi...!" Kemudian Black Rose mengawaikan tangannya tanda untuk ikut pergi mengikutinya. Dan tak lama kemudian, Black Rose tiba di sebuah bangunan yang ukurannya sangat besar. "Ini adalah Istana kita sekarang. Kemanapun kalian pergi, maka ke sinilah kalian akan kembali pulang. Apakah kalian semua mengerti...?!" ujar Black Rose dengan nada menggertak. "Siap! Mengerti...!" Tapi jawaban mereka benar-benar tetap kompak. "Bagus! Kalau begitu baiklah. Kita akan mengatur rencana dan strategi yang bertujuan untuk melawan manusia yang bernama Martis." Black Rose memberi penjelasan pada bawahannya. "Mart
Ternyata Martis melompat ke dalam bak mandi untuk berendam. Sedangkan yang ada di pikiran Emily bahwa Martis mau melakukan hal mesum padanya. Ternyata pikiran Emily terlalu berlebihan. Emily kemudian tertegun sejenak. 'Eh...? Heh...?' gumam Emily teriak dalam hatinya. Kemudian Emily menutup wajahnya sambil bergumam, 'Emily...! Kenapa kau bisa berpikiran sebodoh itu?!' Kemudian ia menghela nafasnya, 'Huft..., hampir saja. Kalau begitu baiklah, aku akan menyelesaikan pekerjaanku. Iya, benar! Kau harus fokus, Emily! Fokus!' Setelah itu barulah Emily membersihkan tubuh Martis. Kemudian, kondisi Martis yang awalnya nampak kacau kini telah lebih baik. Hanya saja, ia masih terlihat bengong. Namun ada Emily yang terus mengajaknya bicara hingga sampai akhirnya Martis tiba-tiba tersenyum setelah mendengar berbagai cerita lucu dari Emily. 'Eh...? Dia baru saja tersenyum?' gumam Emily. "Mia..., Lancelot...," ucap Martis dengan suara agak serak. "Apa...? Mia dan Lancelot? Ada apa dengan
"Kau memang layak menjadi Istriku, hahaha...!" Terdengar suara Raja Kegelapan tertawa puas.Rupanya, tadi Raja Kegelapan menyerang Isterinya secara tiba-tiba. Dan ternyata, serangan sambutan itu dapat dihindarinya dengan cepat."Masih saja meragukan ku...?!" Wanita itu menatap Raja Kegelapan dengan geram. Namun Raja Kegelapan menanggapinya dengan senyum bahagia yang lalu membuka lebar kedua tangannya.Srek...!Tubuh mungil nan seksi wanita itu pun melesat ke dalam pelukan sang Raja Kegelapan."Suamiku..., aku lindu...," ujar wanita itu dengan manja. Kenapa tiba-tiba ekspresinya berubah dalam sekejap? Apakah wanita ini masih waras? Entahlah, mungkin memang begitu temperatur seseorang saat sedang dalam keadaan jatuh cinta. Saat jatuh cinta, dunia seseorang bisa langsung jungkir balik tak karuan. Ternyata sikap seperti itu berlaku di semua umat."Istriku, aku juga lindu...," Tak disangka! Ternyata Raja Kegelapan yang sosoknya sangat menyeramkan juga bisa menjadi seperti ini ketika dimab