Martis mengerutkan alisnya. Dia benar-benar tidak mengerti arah pembicaraan Aoi. "Aoi...? Apa ada yang salah denganku? Kenapa tiba-tiba kau terus menunduk saat berbicara denganku?" "Bukan apa, Martis. Sudahlah, ayo kembali ke penginapan." Aoi akhirnya memilih berjalan terlebih dahulu menuju penginapan. Karena hari ini sudah sore, Martis segera menyiapkan beberapa perlengkapannya yang akan dibawa nanti malam ke ruangan yang telah disediakan panitia penyelenggara kompetisi bela diri. Karena besok adalah hari terakhir beristirahat, jadi malam ini kedua petarung diharuskan sudah kembali berada di tempat yang telah disediakan. Akan tetapi, saat baru saja Martis menempelkan pantatnya ke bangku kecil yang ada di ruangan miliknya, ia kembali berdiri. "Gila...?! Apa-apaan ini...?!" Martis tercengang saat melihat selembar poster buronan miliknya yang kini kembali berubah. "Martis..., bagaimana jadinya nanti jika kau berhasil memenangkan kompetisi ini?" tanya Aoi, "Baru juga beberapa
Martis yang berpura-pura tidur mengingat semua yang terjadi. Dia ingat ke mana dia dibawa dan bersama siapa ia pergi. Pihak musuh yang menyerang Martis secara diam-diam itu tentu saja tidak menyadari apa yang sebenarnya Martis lakukan. Di tengah perjalanan, Martis yang menajamkan indera pendengarannya mendapat informasi tambahan dari bisikan beberapa orang yang ditugaskan menculiknya itu. Dari hasil pendengarannya ini, Martis pun akhirnya mengerti siapa dalang dari aksi penculikan ini. Penculikan ini adalah rencana dari si Topi Merah. Dia ingin mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri dengan berencana menangkap Martis secara diam-diam yang lalu ia akan membawanya ke penjara bawah tanah untuk mendapatkan hadiah buronan kepala Martis. Pikir si Topi Merah itu, ia ingin membuat berita hoax nantinya yang mengatakan bahwa Martis tidak berani menghadapinya secara langsung dalam pertarungan. Si Topi Merah berniat menyebarkan berita palsu bahwa Martis adalah seorang pengecut. Dikatakan Ma
Setelah selesai berbicara, Martis kemudian menyuruh sistemnya untuk langsung mengaktifkan kekuatan penuhnya. Martis langsung berhasil menumbangkan kedua orang yang sejak tadi memeganginya dengan cara menarik tubuh mereka berdua lalu dia benturkan satu sama lain. Kejadian ini sangat cepat sehingga kedua orang itu tak sempat melakukan apa-apa dan akhirnya langsung tak sadarkan diri dengan luka di bagian kening yang parah. Si Topeng Merah juga terkejut atas aksi Martis barusan. Dan ia baru sadar kalau Martis sejak awal hanyalah berpura-pura. "Ka-kau...?! Argh...! Sialan kau..., Martis...!" Si Topeng Merah berteriak, ia sangat marah dan tanpa pikir panjang ia langsung menyerang Martis. "Seharusnya aku yang marah padamu!" seru Martis membalas ucapan pria itu seraya menghindari pukulannya ke arah kanan. "Kalau begitu kau seharusnya memang lebih baik aku bunuh sekarang!" Si Topeng Merah tak berhenti menyerang Martis. Ruangan yang tidak seberapa luas itu pun akhirnya hancur karena ta
Si Topi Merah sangat yakin bahwa kali ini ia berhasil menghabisi Martis. Namun keyakinannya itu runtuh setelah ia melihat bahwa yang ia hantam hanyalah lantai, tanpa ada tubuh Martis di sana. "Ke mana dia...?" Si Topeng Merah melihat ke sekelilingnya guna menemukan keberadaan Martis. Akan tetapi si Topi Merah lupa dengan arah di atas kepalanya. Dari atas, Martis meluncur sangat cepat ke bawah dengan mengepalkan tangannya yang bersinar terang. "Punch of Light...!" seru Martis. Tapi sayangnya, pukulan Martis juga sama seperti pukulan si Topeng Merah tadi, hanya menghantam tanah. Rupanya, dengan cepat makhluk aneh tadi melompat menerjang tubuh si Topeng Merah guna menyelamatkannya. "Makhluk ini membuatku repot saja. Baiklah, biar aku urus dia terlebih dahulu." Martis tanpa ragu mengambil keputusannya. Akan tetapi, Martis berhasil terkecoh oleh si Topeng Merah dan makhluk aneh itu. Saat Martis sedang fokus beradu serangan dengan Makhluk itu, dari arah lain pasti ada beberap
Si Topeng Merah yang terkejut karena adanya kamera yang digunakan oleh Martis merasa terancam. Jika rekaman tentang semua yang terjadi di sini menyebar, World Goverment pasti tidak akan membiarkannya hidup. Bukan hanya dirinya, tapi juga semua keluarga dan kerabatnya. Si Topeng Merah sangat tahu, betapa kelam World Goverment yang sebenarnya. Mereka pasti akan melakukan segala cara demi membuat nama baik mereka terjaga bersih, walaupun sebenarnya sudah jelas-jelas nampak kotornya mereka di balik tirai."Golem! Cepat kalahkan dia! Jangaj ragu-ragu, nanti aku akan membangkitkan Kakakmu dengan Kloning."Makhluk yang disebut Golem itu, gerakannya memang sangat lambat. Akan tetapi jangan ditanya kalau soal kekuatan serangan dan kekuatan daya tahan tubuhnya. Martis sudah beberapa kali mencona melancarkan serangannya tadi. Tapi hasilnya, tubuh Golem ini tak tergores sedikitpun. Yang ada, justru salah satu tangan Martis yang kesakitan akibat terluka.Martis kemudian berpikir, 'Sekuat apapun ma
Di tempatnya berada, si Topi Merah merasa geram atas kepergian Martis. Ia sangat kesal karena Martis juga berhasil kabur membawa Aoi. Padahal, ia sudah merencanakan hal kotor pada Aoi karena memang wajah dan tubuh Aoi sangatlah menggoda. Namun, beberapa puluh menit kemudian, di tengah amukan dan ocehannya, si Topi Merah kembali merasakan hawa keberadaan Martis. "Apakah dia kembali? Bagus! Ia akan mati konyol akibat rasa percaya dirinya itu!" Si Topi Merah mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Martis. Namun saat si Topi Merah menoleh ke belakang, wajahnya dihantam dengan sangat kuat oleh Martis. "Punch of Light...!" Dengan lantangnya Martis yang baru saja muncul berteriak. Duar...! Pukulan Martis berhasil menghantam wajah si Topeng Merah. Walaupun tidak telak, karena si Topeng Merah sempat menggeser dikit wajahnya, tapi pukulan Martis barusan berhasil melukai wajahnya. Nampak pada mata bagian kanan si Topi Merah lebam membiru. Ia pun memeganginya guna menahan rasa s
Beberapa hari kemudian, setelah kejadian yang menimpa Martis kemarin, ia tidak mendapat gangguan lagi dari si Topeng Merah hingga waktu pertarungan final kompetisi bela diri tiba.Saat ini, Martis dan si Topeng Merah sudah berada di dalam arena. Teriakan dan sorakan para penonton memuncak karena hari ini adalah hari yang paling ditunggu."Martis, kali ini aku tidak akan membiarkanmu lolos!" seru si Topeng Merah dengan nada penuh kebencian."Seharusnya aku yang berkatq seperti itu padamu. Oh iya, tunggu sebentar." Martis merogoh saku di dalam bajunya untuk mengeluarkan sesuatu. "Coba lihat apa yang ada di tanganku." Martis menggoyangkan sebuah gulungan, ia nampak mengolok si Topi Merah."Itu...?! Argh...! Sial!" Si Topi Merah mengepalkan kedua tangannya. "Kembalikan benda itu padaku!" bentak si Topi Merah."Oh ya? Boleh saja. Asalkan kau setuju dengan tawaranku," ujar Martis.Si Topi Merah berpikir sejenak, hal licik apa yang akan Martis lakukan?"Hey, bagaimana? Apa kau mendengarku? A
Pertarungan Martis melawan si Topeng Merah semakin lama semakin intens. Dan sejauh ini Martis lah yang nampak sedikit unggul. Walaupun sedikit unggul, Martis tidak mau meremehkan lawannya. Dia justru lebih memperketat lagi pertahanannya. "Hey Martis! Mana jurus andalan sinar lasermu itu? Kenapa kau tidak menggunakannya? Bukankah kau ingin mengalahkanku dengan cepat?" Mendengar ucapan provokasi dari si Topi Merah, tentu saja Martis langsung curiga. Dalam hatinya, Martis berkata, 'Apa yang direncanakan orang ini? Dia mencoba memancingku untuk menggunakan sinar laser. Apakah dia sudah tau kelemahan dari teknik itu?' "Hey! Kenapa kau hanya diam? Ayo tunjukan lagi kekuatan dan kehebatanmu lebih dari ini!" Karena tidak ada respon dari Martis, si Topeng Merah terus mengucapkan kata-kata provokasinya. Namun sepertinya si Topi Merah memprovokasi orang yang salah. Martis tidak akan memakan umpan yang diberikan. Kalau soal provokasi, justru Martis lebih mahir dari siapapun. Dan benar saja