Teriakan semakin menggema, menciptakan suasana kemenangan yang memenuhi udara. Suara sorak sorai dan kegembiraan memenuhi medan pertempuran, menandai kemenangan suku Rebelion atas Sachibaki Aligator. Dalam momen kemenangan ini, Martis juga menyuarakan pesan penting, "Rebelion say no to Genosida!" Menegaskan sikap suku Rebelion untuk menolak segala bentuk genosida dan kekerasan yang melanggar hak asasi manusia. Kemenangan ini menjadi simbol perlawanan dan keadilan yang dijunjung tinggi oleh suku Rebelion, di bawah kepemimpinan Martis. Setelah kemenangan suku Rebelion atas Aligator dan penyampaian pesan penting tentang menolak genosida, Martis melanjutkan perannya sebagai pemimpin yang bijaksana dan penuh perhatian. Martis kemudian mengumumkan bahwa ia akan mengadakan acara perayaan untuk merayakan kemenangan suku Rebelion. Acara ini berupa pesta kemenangan dan ritual keagamaan untuk bersyukur atas kemenangan dan keselamatan seluruh suku. Setelah mengetahui bahwa Aligator, salah sa
Dengan semangat yang berkobar, Kaziru dan D'flaminggi mulai merencanakan strategi mereka untuk menghadapi Martis. Mereka menyadari bahwa untuk berhasil mengalahkan musuh yang kuat, mereka harus bekerja sama dan saling melengkapi kekuatan masing-masing. Kaziru, dengan keberaniannya yang legendaris, menunjukkan kekuatan fisiknya yang luar biasa sambil menyusun rencana taktis. Sementara itu, D'flaminggi, yang dikenal dengan kecerdasan dan keahliannya dalam strategi perang, memberikan kontribusi berharga dengan merancang tipu daya yang cerdik. Dalam perjalanan menuju pertempuran akbar melawan Martis, persahabatan dan kepercayaan antara Kaziru dan D'flaminggi semakin menguat. Mereka tidak hanya sekadar sekutu, tetapi telah menjadi sahabat sejati yang siap berjuang bersama melawan segala rintangan yang menghadang. Sedangkan Martis, setelah ia berhasil mengalahkan Aligator, ia ingin mencari tahu kebenaran yang lebih banyak lagi tentang kerajaan Albif, karena dirasa banyak sekali kejangg
Setelah Martis mendengar dan melihat keadaan pasukannya yang kurang baik, ia bergegas menuju gerbang depan wilayah kekuasaannya. Wilayah kekuasan Martis ini memang terbilang tidak terlalu luas, dan wilayah itu kini disebut Rebelco. Penamaan Rebelco sendiri terbentuk karena desas-desus yang beredar dan menyebar luas. Padahal Martis belum pernah menetapkan nama asli untuk wilayahnya. Namun, karena sudah terlanjur dikenal oleh banyak kalangan dengan sebutan Rebelco, maka Martis juga mengikuti mereka dengan menyebut wilayah kekuasaannya dengan sebutan Rebelco. Di dalam wilayah kekuasan Rebelco milik Martis, mereka memiliki peraturan tersendiri yang harus dipatuhi jika ingin masuk ke dalam wilayah itu. Kemudian, saat Martis tiba di gerbang depan wilayahnya, ia melihat ada seorang pria yang penampilannya terbilang aneh bagi Martis. "Eh...? Pink...? Kau...? Pria..., atau wanita? Mengapa busanamu serba pink? Itu sangat mencolok!" seru Martis. Pria yang bertemu dengan Martis tak lain ad
Mendengar teriakan Mona, awalnya benar saja apa yang Mona perkirakan, mereka tidak langsung mendengarkan seruan Mona untuk melawan D'flaminggi. "Ada apa dengan kalian?! Apakah kalian semua akan diam saja melihat Pemimpin kita diperlakukan seperti ini?!" Mona menatap mereka dengan tajam, namun mereka semua menundukkan kepala. Saat Mona mencoba meyakinkan Rebelion, dia mendengar suara teriakan. Itu adalah suara teriakan Belmont. Ternyata Belmont tidak menyerah begitu saja. Ia terus bangkit, dan bangkit lagi walaupun ia tahu, kekuatannya tidak mampu mengalahkan D'flaminggi. "Hentikan, Belmont! Kau bisa mati jika terus memaksakan diri seperti ini!" teriak Mona, ia mendekati Belmont. Namun saat sedikit lagi Mona berhasil mendekati Belmont yang tadi terpental beberapa puluh meter, tubuhnya terasa aneh. Ia merasakan sakit pada bagian dada bagian belakangnya. "Argh...!" teriak Mona. Ternyata D'flaminggi tidak pandang bulu, mau itu wanita atau pria, ia akan menyerang tanpa perduli.
Ketika berniat menolong Martis, Mona dan Belmont merasa terkejut. "Ada apa ini? Apa yang terjadi? Kenapa kacau sekali?" tanya Martis, ia tiba-tiba kembali bangkit sambil memegangi kepalanya yang masih terasa pusing akibat serangan tiba-tiba D'flaminggi tadi. "Ma-martis...?!" ucap Mona, ia terkejut. "Eh, Mona? Ternyata kau ada di sini. Ada apa ini?" jawab Martis. Mona lalu menunjuk ke udara, agar Martis melihat posisi D'flaminggi. Lalu Mona juga menyuruh Martis melihat barier yang terus bergerak perlahan. Walaupun barier itu bergerak layaknya siput, namun pergerakannya pasti akan membuat ukurannya makin lama makin menyempit. "Oh iya Mona, aku ingat. Tadi aku terkena serangan orang itu. Jujur saja, serangannya sangat cepat dan kuat. Aku sampai kaget tadi," ujar Martis. "Kami sangat khawatir denganmu tadi, Martis. Kami pikir, kau sudah mati." Mona menatap Martis dengan penuh sukur. "Mati? Jangan bercanda, aku tidak akan mati hanya dengan serangan seperti itu. Tapi Mona, sepe
Satu jam, dua jam, sampai beberapa jam berlalu, keadaan semakin mencekam. Saat ini Martis masih berusaha mengalahkan D'flaminggi, namun rasanya sangat sulit bagi Martis untuk melakukannya. Hingga akhirnya, amarah Martis pun melonjak saat ia mendengar bahwa Mona sedang terluka parah akibat usahanya untuk menahan barier yang terus bergerak mengecil. "Apa yang harus aku lakukan lagi?! Argh...!" seru Martis, ia menghindari serangan musuhnya sambil menggerutu. Nampaknya konsentrasi Martis terganggu akibat terus-menerus mendengar kabar satu-persatu teman-temannya yang terluka parah. D'flaminggi yang melihat wajah frustasi Martis pun mengambil kesempatan itu untuk mengejek dan menyiksanya dengan serangan-serangan yang brutal. Kini, tubuh Martis telah penuh dengan luka. Ketika ia ingin mengaktifkan sistem pemilihan otomatis pada sistemnya, jatah harian untuk hari ini sudah terpakai semuanya. 'Aku tidak boleh terus mengandalkan sistem. Aku harus mencari cara sendiri,' gumam Martis.
Saat Martis berhasil bangkit, akhirnya ia mendapat satu pemberitahuan dari sistem yang membuatnya kembali bersemangat. Tring! "Apakah Martis yakin, akan menukarkan dua juta saldo untuk mengisi kekuatan kembali pulih?" 'Ya, lakukan saja. Nyawa teman-temanku sedang terancam, hanya sejumlah saldo segitu tidak ada apa-apanya. Sistem, ayo cepatlah! Pulihkan kekuatanku seperti semula.' Martis tanpa ragu setuju. Tring! "Sistem akan memulihkan kekuatan Martis sekarang juga." Martis memejamkan kedua matanya, ia merasakan dari dalam tubuhnya saat ini ada kekuatan yang mengalir. "Akhirnya, kekuatanku pulih. Yah, walaupun tubuhku masih terluka, setidaknya aku memiliki kekuatan untuk kembali bertarung. Aku harus bergegas! Tidak tahu apa yang terjadi pada Mamet sekarang." Tak lama kemudian, Martis akhirnya kembali berhadapan dengan D'flaminggi. Akan tetapi, Martis melihat pemandangan yang menusuk hatinya. "Mamet...!" teriak Martis histeris. Martis melihat bahwasanya baru saja D'fla
Setelah mendapat penjelasan dari sistem, akhirnya Martis mengerti. "Hey, D'flaminggi! Sekarang aku tahu apa rahasia dari trik milikmu ini. Lihat ini, aku berhasil memutuskan beberapa benda seperti benang." D'flaminggi sedikit terkejut saat mendengar ucapan Martis. Namun ia tetap sangat percaya diri akan kehebatannya. "Oh, jadi kau sudah tahu. Lalu, jika kau sudah tahu, apa yang akan kau lakukan? Keadaan akan tetap sama, Martis." D'flaminggi menggerakkan beberapa jarinya untuk mengendalikan benang-benang di sekitarnya. D'flaminggi berusaha menjerat tubuh Martis seperti yang telah ia lakukan beberapa kali tadi. Namun kali ini, kedua matanya menyipit. "Apa yang kau lakukan?!" tanyanya pada Martis. "Cobalah kau cari tahu sendiri. Mencari tahu adalah bagian dari seni pertarungan." Martis membalikkan kata-kata yang diucapkan oleh D'flaminggi beberapa saat tadi. Hal itu membuat D'flaminggi sangat kesal. "Rasakan ini...! Jaring kematian...!" teriak D'flaminggi. Akhirnya, D'flaminggi