Dengan teriakan pasukannya yang membara, Martis menunggu kedatangan Aligator. Dan akhirnya, setelah menunggu beberapa lama, akhirnya Aligator yang ditunggu telah tiba. Ketika pertama kali Martis bertemu dengan Aligator, ia merasakan kekuatan yang luar biasa. Saat Martis dan Aligator saling menatap satu sama lain, keadaan di area sekitar mereka langsung terasa ada aura menakutkan yang saling beradu. "Apakah kau yang bernama Martis?" tanya Aligator, dengan gaya sombong seperti biasanya. "Iya, aku adalah Martis. Ada apa?" jawab Martis dengan santai. Mereka berdua terlihat sama-sama tenang. Namun, di balik ketenangan itu terdapat luapan aura kekuatan yang sangat menekan, dan itu tak dapat dibendung sehingga akhirnya para pasukan dari kedua belah pihak yang tidak dapat menahan tekanan itu langsung pingsan. Mereka tak sadarkan diri secara tiba-tiba. "Ternyata kau sudah menguasai tingkatan itu ya? Wajar saja jika kau besar kepala. Tapi Martis, aku beritahu kepadamu terlebih dahulu.
Martis tadi sangat yakin bahwa dia berhasil memukul wajah Aligator. Tapi ternyata, Martis gagal melancarkan serangannya. Tadi, yang Martis pukul dengan sekuat tenaga rupanya hanyalah sebongkah pasir yang parasnya berbentuk seperti Aligator. "Sial! Ini hanyalah kloning! Tapi, kenapa kau mampu membuat kloning dengan pasir?" tanya Martis. Aligator menjawab sambil tertawa, dan tubuhnya saat ini tak kasat mata. "Pintar sekali kau dapat mengetahui bahwa itu adalah kloning ku. Hahahaha...! Hey, Martis..., tunjukkan kekuatanmu yang sebenarnya. Aku yakin, kau tidak selemah ini. Iya kan? Hem?" Martis nampak memejamkan kedua matanya. Lalu, setelah Martis membuka kedua matanya itu, kedua mata Martis berubah warna menjadi kuning keemasan. "Bagaimana kalau dengan ini?" tanya Martis. "Nah, ini baru benar. Jiahahahaha...!" Aligator nampak bersemangat untuk menghadapi Martis. Akan tetapi, semangat yang ada dalam jiwa dan raga Aligator itu hanyalah semangat sesaat. Tiba-tiba saja, wajah Al
Boom...! Terdengar suara ledakan yang sangat hebat. Padahal tadi, wajah Aligator terlihat sangat bersemangat. Namun, setelah ia melihat Martis menggunakan kekuatan sejatinya, tapi siapa sangka? Ternyata kekuatan sejati Martis adalah kekuatan Peri Cahaya Kecil. Kekuatan inilah yang ingin Martis gunakan untuk melawan Aligator. Ini pertama kalinya bagi Martis menggunakan kekuatan Peri Cahaya Kecil. Cahaya dari Peri Cahaya Kecil membutakan orang ada di sana karena memang sangat menyilaukan mata. Kekuatan Peri Cahaya Kecil itu keluar dari dalam tubuh Martis secara otomatis berkat pertahanan sistem yang dimiliknya. Hal itulah yang membuat wajah Aligator tadi berubah menjadi pucat pasi karena ia tahu betapa hebatnya kekuatan Peri Cahaya. Sedangkan Martis? Peri Cahaya Kecil bahkan melindunginya secara otomatis tanpa perintah apapun. Sebenarnya, seberapa hebatkah Martis ini? Itulah yang sempat ada dalam benak pikir Aligator. Sebenarnya, Peri Cahaya Kecil dapat muncul karena sistem yang Ma
Teriakan semakin menggema, menciptakan suasana kemenangan yang memenuhi udara. Suara sorak sorai dan kegembiraan memenuhi medan pertempuran, menandai kemenangan suku Rebelion atas Sachibaki Aligator. Dalam momen kemenangan ini, Martis juga menyuarakan pesan penting, "Rebelion say no to Genosida!" Menegaskan sikap suku Rebelion untuk menolak segala bentuk genosida dan kekerasan yang melanggar hak asasi manusia. Kemenangan ini menjadi simbol perlawanan dan keadilan yang dijunjung tinggi oleh suku Rebelion, di bawah kepemimpinan Martis. Setelah kemenangan suku Rebelion atas Aligator dan penyampaian pesan penting tentang menolak genosida, Martis melanjutkan perannya sebagai pemimpin yang bijaksana dan penuh perhatian. Martis kemudian mengumumkan bahwa ia akan mengadakan acara perayaan untuk merayakan kemenangan suku Rebelion. Acara ini berupa pesta kemenangan dan ritual keagamaan untuk bersyukur atas kemenangan dan keselamatan seluruh suku. Setelah mengetahui bahwa Aligator, salah sa
Dengan semangat yang berkobar, Kaziru dan D'flaminggi mulai merencanakan strategi mereka untuk menghadapi Martis. Mereka menyadari bahwa untuk berhasil mengalahkan musuh yang kuat, mereka harus bekerja sama dan saling melengkapi kekuatan masing-masing. Kaziru, dengan keberaniannya yang legendaris, menunjukkan kekuatan fisiknya yang luar biasa sambil menyusun rencana taktis. Sementara itu, D'flaminggi, yang dikenal dengan kecerdasan dan keahliannya dalam strategi perang, memberikan kontribusi berharga dengan merancang tipu daya yang cerdik. Dalam perjalanan menuju pertempuran akbar melawan Martis, persahabatan dan kepercayaan antara Kaziru dan D'flaminggi semakin menguat. Mereka tidak hanya sekadar sekutu, tetapi telah menjadi sahabat sejati yang siap berjuang bersama melawan segala rintangan yang menghadang. Sedangkan Martis, setelah ia berhasil mengalahkan Aligator, ia ingin mencari tahu kebenaran yang lebih banyak lagi tentang kerajaan Albif, karena dirasa banyak sekali kejangg
Setelah Martis mendengar dan melihat keadaan pasukannya yang kurang baik, ia bergegas menuju gerbang depan wilayah kekuasaannya. Wilayah kekuasan Martis ini memang terbilang tidak terlalu luas, dan wilayah itu kini disebut Rebelco. Penamaan Rebelco sendiri terbentuk karena desas-desus yang beredar dan menyebar luas. Padahal Martis belum pernah menetapkan nama asli untuk wilayahnya. Namun, karena sudah terlanjur dikenal oleh banyak kalangan dengan sebutan Rebelco, maka Martis juga mengikuti mereka dengan menyebut wilayah kekuasaannya dengan sebutan Rebelco. Di dalam wilayah kekuasan Rebelco milik Martis, mereka memiliki peraturan tersendiri yang harus dipatuhi jika ingin masuk ke dalam wilayah itu. Kemudian, saat Martis tiba di gerbang depan wilayahnya, ia melihat ada seorang pria yang penampilannya terbilang aneh bagi Martis. "Eh...? Pink...? Kau...? Pria..., atau wanita? Mengapa busanamu serba pink? Itu sangat mencolok!" seru Martis. Pria yang bertemu dengan Martis tak lain ad
Mendengar teriakan Mona, awalnya benar saja apa yang Mona perkirakan, mereka tidak langsung mendengarkan seruan Mona untuk melawan D'flaminggi. "Ada apa dengan kalian?! Apakah kalian semua akan diam saja melihat Pemimpin kita diperlakukan seperti ini?!" Mona menatap mereka dengan tajam, namun mereka semua menundukkan kepala. Saat Mona mencoba meyakinkan Rebelion, dia mendengar suara teriakan. Itu adalah suara teriakan Belmont. Ternyata Belmont tidak menyerah begitu saja. Ia terus bangkit, dan bangkit lagi walaupun ia tahu, kekuatannya tidak mampu mengalahkan D'flaminggi. "Hentikan, Belmont! Kau bisa mati jika terus memaksakan diri seperti ini!" teriak Mona, ia mendekati Belmont. Namun saat sedikit lagi Mona berhasil mendekati Belmont yang tadi terpental beberapa puluh meter, tubuhnya terasa aneh. Ia merasakan sakit pada bagian dada bagian belakangnya. "Argh...!" teriak Mona. Ternyata D'flaminggi tidak pandang bulu, mau itu wanita atau pria, ia akan menyerang tanpa perduli.
Ketika berniat menolong Martis, Mona dan Belmont merasa terkejut. "Ada apa ini? Apa yang terjadi? Kenapa kacau sekali?" tanya Martis, ia tiba-tiba kembali bangkit sambil memegangi kepalanya yang masih terasa pusing akibat serangan tiba-tiba D'flaminggi tadi. "Ma-martis...?!" ucap Mona, ia terkejut. "Eh, Mona? Ternyata kau ada di sini. Ada apa ini?" jawab Martis. Mona lalu menunjuk ke udara, agar Martis melihat posisi D'flaminggi. Lalu Mona juga menyuruh Martis melihat barier yang terus bergerak perlahan. Walaupun barier itu bergerak layaknya siput, namun pergerakannya pasti akan membuat ukurannya makin lama makin menyempit. "Oh iya Mona, aku ingat. Tadi aku terkena serangan orang itu. Jujur saja, serangannya sangat cepat dan kuat. Aku sampai kaget tadi," ujar Martis. "Kami sangat khawatir denganmu tadi, Martis. Kami pikir, kau sudah mati." Mona menatap Martis dengan penuh sukur. "Mati? Jangan bercanda, aku tidak akan mati hanya dengan serangan seperti itu. Tapi Mona, sepe
Martis dengan cepat menebas kepala pemimpin hewan liar itu."Memangnya, apa yang aku dapatkan jika aku mengalahkanmu, hah?" tanya Martis seraya menendang kepala iblis yang mirip kepala anjing.Berp...!Akan tetapi, Martis mendengar suara berderap.Ketika Martis berbalik badan, ia melihat semua hewan liar iblis di sana tunduk padanya."Eh...? Kok, kalian...?" Martis menggaruk kepalanya karena bingung dengan adegan ini.Kemudian, munculah sesosok iblis wanita dengan penampilan yang menawan."Hormat, Hamba, pada Bos...!"Martis semakin bingung, tapi ia segera menemukan ide cemerlang."Kalian semua, bangunlah."Setelah Martis memerintahkan mereka bangkit dari sujudnya, barulah mereka berdiri."Namaku adalah Martis! Aku Bos di sini sekarang! Bagi siapa yang menentangku, silahkan temui aku, dan aku siap menghadapinya!"Ternyata, Martis tiba pertama kali di alam iblis berada di sebuah desa yang lumayan besar. Kawanan hewan yang nampak liat tadi ternyata adalah salah satu garis pertahanan des
Setelah menempuh ruang dimensi yang sistem ciptakan, akhirnya Martis Tiba di dunia iblis."Wah..., pemandangannya tidak jauh beda dengan dimensi kami.""Roar...! Hargh...!"Tiba-Tiba Martis di seruduk oleh sekor binatang buas."Wow...! A-apakah semua hewan liar di alam iblis ini semuanya besar seperti ini?" ujar Martis seraya menghindari serangan dari hewan liar tadi."Baru juga sampai, langsung disambut dengan beginian...? Hadeh...!" Martis sedikit mengeluh.Awalnya, Martis berharap saat tiba di alam iblis akan mendapatkan suatu hal menarik yang berbeda dari dunianya. Dan ternyata..., ya memang benar berbeda. Sungguh sangat berbeda sekali dengan keadaan di dunianya.Martis yang diserang hewan liar tentunya tidak akan diam saja. Dia memperhatikan area sekitarnya sesaat, kemudian mengatur siasat untuk pertarungan. "Ternyata benar dugaanku...," ujar Martis, di mana saat ini ia tengah di kelilingi oleh gerombolan hewan liar yang penampilannya sedikit mirip seperti anjing, tapi ada yang
Martis kemudian menarik nafasnya dalam-dalam, kemudian membuangnya secara perlahan. "Huft...! Baiklah kalau begitu. Yang pasti, Ririn, aku mengucapkan banyak terima kasih padamu. Berkat adanya kehadiran dirimu dalam hidupku, semuanya berubah total. Dan semuanya berubah menjadi jauh lebih baik, dan tidak pernah sekali pun aku merasakan perubahan yang dampaknya buruk dalam hidupku selama ini." Meskipun Martis tahu, bahwasanya Ririn yang tampilannya tidak dapat nyata seutuhnya, tapi Martis tetap menganggap bahwa sistem adalah kunci dari semua keberhasilannya selama ini. Kemudian, Martis memperhatikan Ririn yang nampak akan melakukan sesuatu. "Ririn..., apa yang akan kau lakukan...? Apakah jangan-jangan..., kamu...?" Ririn menjawab dengan senyuman, tidak, saat ini tubuh visual Ririn bentuknya sama persis dengan Mia. Jadi, yang Martis rasakan saat ini adalah melihat senyuman dari seorang Mia, Istri tercintanya Martis seorang. Kemudian Martis merasakan ruangan di sekitarnya berubah
Tiba-tiba, Martis terpikirkan suatu hal di masa lalu. 'Oh, iya, Sistem, eh, tidak! Ririn..., apakah kau ingat dengan nama itu?' Tring! "Sistem tidak akan pernah lupa dengan apapun yang telah dilakukan oleh User setiap detik pun. Benar, aku adalah Ririn." Martis senang mendengar jawaban dari Ririn. "Apakah Martis masih memiliki pertanyaan dan keluh kesah lainnya? Ririn akan siap membantu mencari solusi terbaik untuk Martis. Karena itu adalah tugas dan kewajiban Ririn sebagai Sistem." Entah kenapa, Martis merasa terharu setelah membaca jawaban balasan dari Ririn. Sepertinya Martis merasa bahwa Ririn adalah sahabat terbaik yang pernah ia miliki sepanjang hidupnya. Tanpa Sistem, Martis tidak akan bisa jadi sepertinya orang yang sampai saat ini terbilang kehidupannya sangat didambakan oleh banyak orang. "Em..., Ririn, bisakah kau membuat visualisasi tubuh? Aku akan merasa lebih senang jika kau dapat melakukannya." Permintaan Martis ada-ada saja, ya? Dia sudah dapat berkomuni
Kemudian Martis berpikir sejenak. "Aku...? Aku bisa menggunakan gelar Raja Kegelapan karena telah mengalahkan Raja Kegelapan yang sebelumnya? Jadi..., itu artinya..., em...?" Martis termenung, ia sedang berpikir apa yang akan ia lakukan dengan gelar itu. Ia pun bergumam, 'Apakah berati aku setara dengan Raja Iblis? Tapi..., bukankah Raja Kegelapan jauh lebih tinggi dibanding Raja Iblis? Benar, tidak, sih? Ah..., aku jadi penasaran. Bagaimana jika aku masuk dalam dimensi dunia kegelapan? Apakah di sana aku akan dapat pencerahan? Sebab di masa lalu, aku ingat betul, bahwa aku pernah mengalahkan Lord dan blablabla...,' ungkap Martis dalam hatinya yang saat ini sedang berkecamuk. 'Tapi..., jika dipikir lebih jeli lagi, sebenarnya gelar-gelar itu tidaklah sesuai dengan keadaannya.' Martis memuntahkan secangkir teh hangat dan lanjut bertarung dengan pikirannya. 'Kalau begitu..., inilah arti dari pribahasa tong kosong nyaring bunyinya. Kelurahan Raja Kegelapan, aku kira sangatlah ku
Nampak ada lingkaran cahaya yang makin lama semakin membesar. Lingkaran cahaya itu sangat bulat, dan ada pancaran kehangatan bagi orang di sekitar yang dapat merasakannya. 'Kehangatan itu terasa sangat nyaman,' Bahkan, Martis sekalipun merasakan kenyamanan saat ia akan melakukan Teknik Legendaris ini. Kemudian, Martis yang tengah mengangkat kedua tangannya seperti menadah ke udara, ia lalu menggerakkan kedua tangannya. Lantas, lingkaran cahaya yang berbentuk bulat dan mengambang di atas kepala Martis tadi itu bergerak, dan gerakannya sesuai dengan apa yang Martis pikirkan. "Hiyat...!" teriak Martis, dengan tubuhnya yang saat ini langsung dibanjiri oleh keringat. "Denki Gama...!" Sekali lagi Martis berteriak dengan keras. Teriakan itu adalah kode, sebagaimana kuatnya usaha Martis dalam melakukan teknik sekuat ini. Lingkaran cahaya bulat yang berwarna kuning keputihan itu kemudian melesat ke arah Raja Kegelapan. "Jurus apa ini?! Selama ratusan tahun ku hidup di dunia ini
Pertarungan Martis melawan Raja Kegelapan masih berlanjut. Tapi kali ini, Martis nampak biasa saja. Karena sekarang sistem miliknya sudah pulih seperti semula. Jadi, semua terasa mudah bagi Martis. "Martis...! Kenapa kekuatanmu jauh berbeda dibanding saat terakhir kali kita bertemu?!" Raja Kegelapan akhirnya sadar, ternyata Martis jauh lebih kuat darinya. "Kenapa? Apakah sekarang kau mulai merasa takut? Hem?" Martis bertingkah santai. Ia sengaja menahan semua serangan dari Raja Kegelapan. "Jangan sembarangan, kau! Aku...? Takut padamu?! Mimpi...!" Raja Kegelapan kali ini benar-benar melupakan seluruh kekuatan dan kemampuan miliknya demi menghadapi Martis. Sudah ratusan tahun Raja Kegelapan hidup, namun baru hari ini ia menghadapi seorang manusia yang seperti Martis. Namun, walaupun ia tahu Martis adalah manusia yang kuat, rasa gengsi yang sangat besar dalam dirinya tak membuatnya takut. Ia berpikir ini mempertaruhkan harga dirinya. Apa kata orang nantinya, jika tahu Raja Kegelapan
Saat Emily dan Phynoglip berbicara, mereka tidak menyadari bahwa Martis sedang melakukan sesuatu yang sangat penting. Martis berjalan ke arah sebuah ruangan yang tersembunyi di balik sebuah pintu rahasia. Di dalam ruangan tersebut, Martis menemukan sebuah perangkat yang sangat canggih. Perangkat tersebut adalah sebuah alat yang dapat mendeteksi keberadaan Raja Kegelapan. Martis telah mencari alat tersebut selama bertahun-tahun, dan akhirnya ia menemukannya. Martis mengaktifkan alat tersebut dan menunggu beberapa saat hingga alat tersebut menunjukkan hasilnya. Saat hasilnya muncul, Martis terkejut. Raja Kegelapan ternyata berada di sebuah tempat yang sangat dekat dengan mereka. Martis tidak menyangka bahwa Raja Kegelapan akan berada di tempat yang begitu dekat. Martis segera mematikan alat tersebut dan berjalan keluar dari ruangan tersebut. Ia harus segera memberitahu Emily dan Phynoglip tentang hasilnya. Saat Martis kembali ke tempat Emily dan Phynoglip, ia melihat bahwa mer
Dalam benaknya, Martis terus berpikir. Dengan konsentrasinya yang sangat baik, Martis mencoba menelaah tentang kejadian hari ini. Dan pada saat ini, Mia sedang berjalan ke arah pintu yang tersembunyi di belakang tirai, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis juga mengikuti mereka, dengan rasa penasaran yang semakin besar. Saat mereka mencapai pintu tersebut, Mia berhenti dan menatap Martis dengan senyumannya yang lembut. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Dan tiba-tiba saja, ada kejadian aneh. Mia menghilang begitu saja di hadapan mereka. Phynoglip serta Emily terkejut dan menatap bayangan tersebut dengan rasa penasaran. "Apa yang terjadi?" tanya Phynoglip heran. "Aku tidak tahu," ucap Emily yang sama herannya. "Tapi aku rasa Mia yang kita lihat sebelumnya bukanlah Mia yang sebenarnya." Dan selang beberapa menit kemudian, Mia muncul kembali. Ternyata..., sosok yang mengaku sebagai Mia ini hanyalah bayang