Martis dan Mia dengan seksama memperhatikan wanita itu dari atas kepala sampai ujung kaki. "Identitas? Aku tidak lagi memiliki identitas yang tetap. Itu semua akibat The Silent Hand yang menghancurkan desa dan kota kecil kami. Kami penduduk desa tadinya sangat tertolong oleh penduduk kota yang selalu memberikan bantuan pada kami. Tapi, sejak kemunculan The Silent Hand, semuanya berubah. Bantuan berupa barang maupun dana semuanya tersalurkan dengan tidak tepat sasaran." "Jadi, itulah yang membuatmu berpikir bahwa kita satu tujuan untuk melawan Shadow Master?" tanya Martis. "Tidak! Setelah masalah di sini selesai, aku juga ingin membaktikan diriku padamu, Tuan Martis." Wanita itu menunduk di hadapan Martis. Lalu Martis membantunya untuk bangun. "Tidak, aku tidak mau memiliki pengikut." Kemudian ada Mia, "Apa maksudmu bersikap seperti itu pada suamiku?!" Wanita itu kemudian berdiri, lalu dia membuka tudungnya. "Selena...?!" seru Martis dan Mia secara bersamaan. Martis dan Mia kemu
Esok harinya, mereka terbangun dan bergegas keluar dari penginapan setelah selesai sarapan. "Martis, kita mau ke mana hari ini?" tanya Mia berbisik pada Martis. "Kita pergi menuju markas Shadow Master. Tapi nanti biarkan aku seorang yang masuk. Kalian berdua tunggu aku di luar," jawab Martis berbisik pula. "Hey, apakah tidak terlalu berbahaya membiarkanmu masuk ke tempat itu sendirian?" tanya Selena berbisik. "Justru jika kalian ikut masuk, maka situasinya menjadi berbahaya. Aku ingin bergerak bebas, apa kalian mengerti?" Selena dan Mia akhirnya paham, mereka sadar bahwa mereka hanya akan menjadi beban saja jika ikut pergi bersama Martis. "Hey, bukan maksudku menganggap kalian tidak berguna. Aku mau, nanti kalian tunggu di luar. Karena misi kita kali ini hanyalah menculik Lancelot ataupun Layla. Salah satu dari mereka akan aku buat tak sadarkan diri nantinya. Nah, saat itulah kalian berdua nanti harus membawanya ke tempat yang aman." Martis akhirnya menjelaskan rencananya secara
Saat Martis mulai maju dan terus menyerang Shadow Master, di direpotkan dengan banyaknya anak buah Shadow Master yang melawannya. "Minggir kalian semua...! Pukulan Bazoka...! Hiyat...!" Martis menyapu bersih orang-orang yang ada di hadapannya. "Hey, Shadow Master, jangan lari kau!" seru Martis saat melihat Shadow Master yang akan pergi dari sana. "Hahaha...! Silahkan kau hadapi dulu semua anak buahku. Aku akan menunggumu di atas gedung itu. Aku akan menonton pertarunganmu," balas Shadow Master. Martis kira, awalnya ia akan langsung menghadapi Shadow Master. Tapi ternyata, kemunculan Shadow Master tadi hanyalah memastikan apakah benar dia adalah Martis yang menyamar atau bukan. Dan setelah ia yakin bahwa memang benar adalah Martis yang menyamar, ia sangat licik. Shadow Master sengaja kembali ke salah satu gedung tertinggi miliknya untuk menikmati pemandangan pertempuran Martis yang berjuang menghadapi semua anak buahnya. Kali ini, Shadow Master benar-benar mengerahkan anak buahnya.
Martis berhasil mengelabui musuhnya dan memberikan serangan balik dengan pukulan yang kuat. Meski menghadapi serangan dari berbagai arah, Martis tetap tenang dan fokus. Dia menggunakan kekuatan biji setan angin dan api untuk menambah kecepatan dan kekuatannya, memungkinkannya untuk menghindari serangan dan melancarkan serangan balik. Pukulan Kaleng-kaleng, serangan khas Martis, berhasil menghantam musuhnya dengan kekuatan penuh. Musuhnya terkejut, tidak menyangka sama sekali Jika Martis bisa melawan dengan begitu cepat dan kuat. Meski saat ini ia berhadapan dengan jumlah musuh yang besar, ia tidak menunjukkan rasa takut atau keraguan. "Aku harus lebih cermat lagi membaca gerakan mereka." Martis memulai dengan merancang strategi. Dia tahu bahwa dia tidak bisa hanya menyerang tanpa berpikir. Dia perlu merencanakan setiap gerakannya dengan hati-hati dan memanfaatkan kekuatan dan keahliannya sebaik mungkin. "Ayo, serang orang itu dengan kekuatan penuh!" seru salah satu musuh Martis. Kar
Meski lelah dan kehabisan tenaga, Martis tetap waspada dan harus tetap siap untuk apa pun yang mungkin terjadi selanjutnya. Dia tahu bahwa musuhnya tidak akan menyerah begitu saja, dan dia siap untuk apa pun yang mereka rencanakan. Ketika musuhnya menghilang, Martis merasa curiga. Dia tahu bahwa ini mungkin bagian dari rencana mereka, dan dia berusaha untuk tetap tenang dan waspada. Dia merasakan sekelilingnya, mencoba merasakan kehadiran musuhnya. Meski mereka tidak terlihat, Martis tahu bahwa mereka masih di sekitar. Dia merasakan aura mereka, samar-samar tetapi tetap ada. Martis berusaha untuk tetap tenang dan fokus, meski situasinya semakin sulit. Dia tahu bahwa dia harus tetap kuat dan bertahan, tidak peduli seberapa sulitnya. Dia berdiri di tengah arena pertarungan, siap untuk apa pun yang mungkin terjadi selanjutnya. Dia tahu bahwa pertempuran ini jauh dari berakhir, dan dia siap untuk melanjutkan pertarungan, tidak peduli seberapa sulitnya. Dia bertekad untuk mengalahkan mu
Akhirnya Martis berhasil mengalahkan ketiga puluhan orang musuhnya. Walaupun dia tidak terluka serius, tapi tetap saja ia merasa kelelahan setelah bertarung beberapa jam tadi. Bam...! Bam...! "Sepertinya mereka tidak akan memberikan aku waktu untuk pulih walau sebentar saja," ujar Martis seraya menghindari serangan yang kembali datang ke arahnya. "Roar...!" Terdengar suara erangan hewan yang seram. Ternyata serangan yang datang itu berasal dari dua hewan buas yang bentuknya aneh, hewan itu adalah hewan yang pernah Martis hadapi beberapa waktu lalu. "Apakah hanya dua ekor saja?" tanya Martis, ia mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. "Nampaknya hanya ada dua ekor ini saja. Ke mana yang lainnya? Aku ingat, terakhir kali aku menghadapi makhluk seperti ini, aku tak berdaya karena jumlah mereka cukup banyak. Kalau cuma dua saja, aku rasa masih dalam jangkauanku untuk mengalahkan mereka." Martis mulai bergerak, begitu pula dengan dua hewan aneh nan buas itu. Namun saat Mart
Martis terus memborbardir kedua musuhnya dengan berbagai macam serangan. Akan tetapi, Martis merasa usahanya sia-sia karena ketika ia melihat hasil dari serangannya itu tidak berdampak banyak pada musuhnya. "Apakah mereka ini abadi?" tanya Martis seraya terus memperhatikan pergerakan kedua musuhnya. Saat sedang berpikir keras tentang bagiamana caranya mengalahkan kedua hewan buas itu, kepala Martis semakin terasa pusing saat mengetahui bahwa ternyata ada tiga makhluk aneh lagi yang muncul. Rupanya ketiga makhluk itu muncul atas perintah Shadow Master. Shadow Master menyuruh Dr. Vebi agar tidak meremehkan Martis dan segera menggunakan kekuatan penuh pasukannya. Karena melihat sikap serius Shadow Master untuk menghadapi Martis, Dr. Vebi dengan cepat menuruti perintahnya. "Lihatlah sekarang, Bos. Kali ini aku yakin kalau Martis tidak akan mampu bertahan melawan lima hewan percobaan kota sekaligus." Dr. Vebi sangat percaya diri atas kerja kerasnya. Namun sepertinya Shadow Master meras
Dalam keadaan putus asa, Martis dihadapkan pada tantangan yang lebih besar dari sebelumnya. Dengan kekuatan Shadow Master yang semakin kuat dan jumlah monster yang tak terhitung banyaknya, Martis merasa terancam dan hampir putus asa. Namun, dalam keadaan sulit ini, di dalam hatinya Martis terus mengatakan bahwa dia tidak boleh menyerah. Dia harus tetap tenang dan fokus, mencari cara untuk mengatasi tantangan ini. Dia tahu bahwa dia tidak bisa melawan sendirian, dan dia membutuhkan strategi yang cerdas dan bantuan dari orang lain. Melihat keputusasaan Martis, akhirnya amarah Shadow Master sedikit mereda. "Bagus! Kalau dengan musuh sebanyak itu, dia pasti akan kalah. Sebentar lagi waktu untukku menghabisinya akan segera tiba." Shadow Master tertawa bangga. Tapi sayangnya, suara tawa itu hanya sekejap saja karena Shadow Master melihat ada yang terjadi pada tubuh Martis. Ternyata, saat Martis berada dalam keputusasaan yang mendalam, tiba-tiba simbol dan tanda keberkahan yang terpatri pa