Saat Martis mulai maju dan terus menyerang Shadow Master, di direpotkan dengan banyaknya anak buah Shadow Master yang melawannya. "Minggir kalian semua...! Pukulan Bazoka...! Hiyat...!" Martis menyapu bersih orang-orang yang ada di hadapannya. "Hey, Shadow Master, jangan lari kau!" seru Martis saat melihat Shadow Master yang akan pergi dari sana. "Hahaha...! Silahkan kau hadapi dulu semua anak buahku. Aku akan menunggumu di atas gedung itu. Aku akan menonton pertarunganmu," balas Shadow Master. Martis kira, awalnya ia akan langsung menghadapi Shadow Master. Tapi ternyata, kemunculan Shadow Master tadi hanyalah memastikan apakah benar dia adalah Martis yang menyamar atau bukan. Dan setelah ia yakin bahwa memang benar adalah Martis yang menyamar, ia sangat licik. Shadow Master sengaja kembali ke salah satu gedung tertinggi miliknya untuk menikmati pemandangan pertempuran Martis yang berjuang menghadapi semua anak buahnya. Kali ini, Shadow Master benar-benar mengerahkan anak buahnya.
Martis berhasil mengelabui musuhnya dan memberikan serangan balik dengan pukulan yang kuat. Meski menghadapi serangan dari berbagai arah, Martis tetap tenang dan fokus. Dia menggunakan kekuatan biji setan angin dan api untuk menambah kecepatan dan kekuatannya, memungkinkannya untuk menghindari serangan dan melancarkan serangan balik. Pukulan Kaleng-kaleng, serangan khas Martis, berhasil menghantam musuhnya dengan kekuatan penuh. Musuhnya terkejut, tidak menyangka sama sekali Jika Martis bisa melawan dengan begitu cepat dan kuat. Meski saat ini ia berhadapan dengan jumlah musuh yang besar, ia tidak menunjukkan rasa takut atau keraguan. "Aku harus lebih cermat lagi membaca gerakan mereka." Martis memulai dengan merancang strategi. Dia tahu bahwa dia tidak bisa hanya menyerang tanpa berpikir. Dia perlu merencanakan setiap gerakannya dengan hati-hati dan memanfaatkan kekuatan dan keahliannya sebaik mungkin. "Ayo, serang orang itu dengan kekuatan penuh!" seru salah satu musuh Martis. Kar
Meski lelah dan kehabisan tenaga, Martis tetap waspada dan harus tetap siap untuk apa pun yang mungkin terjadi selanjutnya. Dia tahu bahwa musuhnya tidak akan menyerah begitu saja, dan dia siap untuk apa pun yang mereka rencanakan. Ketika musuhnya menghilang, Martis merasa curiga. Dia tahu bahwa ini mungkin bagian dari rencana mereka, dan dia berusaha untuk tetap tenang dan waspada. Dia merasakan sekelilingnya, mencoba merasakan kehadiran musuhnya. Meski mereka tidak terlihat, Martis tahu bahwa mereka masih di sekitar. Dia merasakan aura mereka, samar-samar tetapi tetap ada. Martis berusaha untuk tetap tenang dan fokus, meski situasinya semakin sulit. Dia tahu bahwa dia harus tetap kuat dan bertahan, tidak peduli seberapa sulitnya. Dia berdiri di tengah arena pertarungan, siap untuk apa pun yang mungkin terjadi selanjutnya. Dia tahu bahwa pertempuran ini jauh dari berakhir, dan dia siap untuk melanjutkan pertarungan, tidak peduli seberapa sulitnya. Dia bertekad untuk mengalahkan mu
Akhirnya Martis berhasil mengalahkan ketiga puluhan orang musuhnya. Walaupun dia tidak terluka serius, tapi tetap saja ia merasa kelelahan setelah bertarung beberapa jam tadi. Bam...! Bam...! "Sepertinya mereka tidak akan memberikan aku waktu untuk pulih walau sebentar saja," ujar Martis seraya menghindari serangan yang kembali datang ke arahnya. "Roar...!" Terdengar suara erangan hewan yang seram. Ternyata serangan yang datang itu berasal dari dua hewan buas yang bentuknya aneh, hewan itu adalah hewan yang pernah Martis hadapi beberapa waktu lalu. "Apakah hanya dua ekor saja?" tanya Martis, ia mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. "Nampaknya hanya ada dua ekor ini saja. Ke mana yang lainnya? Aku ingat, terakhir kali aku menghadapi makhluk seperti ini, aku tak berdaya karena jumlah mereka cukup banyak. Kalau cuma dua saja, aku rasa masih dalam jangkauanku untuk mengalahkan mereka." Martis mulai bergerak, begitu pula dengan dua hewan aneh nan buas itu. Namun saat Mart
Martis terus memborbardir kedua musuhnya dengan berbagai macam serangan. Akan tetapi, Martis merasa usahanya sia-sia karena ketika ia melihat hasil dari serangannya itu tidak berdampak banyak pada musuhnya. "Apakah mereka ini abadi?" tanya Martis seraya terus memperhatikan pergerakan kedua musuhnya. Saat sedang berpikir keras tentang bagiamana caranya mengalahkan kedua hewan buas itu, kepala Martis semakin terasa pusing saat mengetahui bahwa ternyata ada tiga makhluk aneh lagi yang muncul. Rupanya ketiga makhluk itu muncul atas perintah Shadow Master. Shadow Master menyuruh Dr. Vebi agar tidak meremehkan Martis dan segera menggunakan kekuatan penuh pasukannya. Karena melihat sikap serius Shadow Master untuk menghadapi Martis, Dr. Vebi dengan cepat menuruti perintahnya. "Lihatlah sekarang, Bos. Kali ini aku yakin kalau Martis tidak akan mampu bertahan melawan lima hewan percobaan kota sekaligus." Dr. Vebi sangat percaya diri atas kerja kerasnya. Namun sepertinya Shadow Master meras
Dalam keadaan putus asa, Martis dihadapkan pada tantangan yang lebih besar dari sebelumnya. Dengan kekuatan Shadow Master yang semakin kuat dan jumlah monster yang tak terhitung banyaknya, Martis merasa terancam dan hampir putus asa. Namun, dalam keadaan sulit ini, di dalam hatinya Martis terus mengatakan bahwa dia tidak boleh menyerah. Dia harus tetap tenang dan fokus, mencari cara untuk mengatasi tantangan ini. Dia tahu bahwa dia tidak bisa melawan sendirian, dan dia membutuhkan strategi yang cerdas dan bantuan dari orang lain. Melihat keputusasaan Martis, akhirnya amarah Shadow Master sedikit mereda. "Bagus! Kalau dengan musuh sebanyak itu, dia pasti akan kalah. Sebentar lagi waktu untukku menghabisinya akan segera tiba." Shadow Master tertawa bangga. Tapi sayangnya, suara tawa itu hanya sekejap saja karena Shadow Master melihat ada yang terjadi pada tubuh Martis. Ternyata, saat Martis berada dalam keputusasaan yang mendalam, tiba-tiba simbol dan tanda keberkahan yang terpatri pa
Saat Martis menjulurkan tangannya ke arah salah satu monster yang ia hadapi, ternyata benar, tangannya berubah menjadi bentuk batu dan ukurannya sangat besar. Di tengah pertarungan, Martis tertawa riang. "Luar biasa...! Hahaha...! Ini sungguh luar biasa...! Kekuatan biji setan ini sangat luar biasa...!" Shadow Master yang melihat Martis kegirangan pun penasaran. "Apa yang dilakukannya? Apakah dia sudah gila? Jangan-jangan, dia frustasi karena tahu bahwa dia tidak akan pernah dapat mengalahk—" Suara Shadow Master tercekat seketika. Wajahnya melongo saat melihat Martis yang dengan mudahnya membunuh puluhan binatang hasil eksperimen Dr. Vebi itu. "A-apa...?! Tidak! Tidak mungkin...!" Nampaknya yang mulai frustasi justru Shadow Master. Sedangkan Martis, dia terlihat seperti sangat menikmati pertarungannya melawan binatang-binatang buas aneh yang tersisa itu. Sampai akhirnya, pergerakan martis berhenti saat ia akan memukul ke sesuatu arah. "La-lancelot...?" ucap Martis. Akhirnya Shad
Shadow Master tak menyangka bahwa ternyata Martis berhasil membebaskan Lancelot dari kendalinya. Padahal, itu adalah senjata terakhirnya untuk melawan Martis. "Sial! Martis, aku akui kau memang hebat! Tapi jangan senang dulu, aku masih memiliki kekuatan rahasiaku!" Shadow Master melompat ke udara seraya berteriak sekencang-kencangnya. Ternyata, kali ini Shadow Master mengeluarkan artefak legendaris ketiga yang Martis cari. Ketika melihat dan merasakan kekuatan dari artefak ketiga itu, artefak yang ada dalam tubuh Martis bergetar. "Itu adalah artefak ketiga. Iya, benar! Aku harus mengambilnya dari Shadow Master. Aku akan menggabungkan ketiga artefak ini menjadi satu." Tapi saat Martis ingin mencoba menyerang Shadow Master, ia melihat banyak sekali cahaya dari berbagai arah yang melesat menuju tubuh Shadow Master. "Apa itu?" tanya Martis heran. Di tengah rasa herannya, untungnya sistem langsung menjelaskan pada Martis tentang apa yang terjadi pada Shadow Master saat ini. Shadow M
Saat Emily melihat kreasi masakan yang Martis siapkan, betapa terkejutnya dia. "Hah...?! Ini semua..., Tuan Martis yang menyiapkannya?" tanyanya dengan wajah takjub. Martis menik turunkan kedua alisnya seraya tersenyum dan menjawab, "Bagaimana? Hem? Menarik, buka?" Ayo, kita nikmati." Martis dan Emily akhirnya makan malam bersama. Saat suaran sendok dan piring beradu, ada pula suara celotehan mereka yang terdengar bahagia. Alam tetapi, rada bahagia mereka itu berubah dalam sekejap saat mereka mendengar ada suara kaca jendela yang pecah di lantai bawah. Martis menatap Emily dengan wajah penuh isyarat. "Emily, jangan ke mana-mana. Aku akan memeriksa suara apa itu tadi," ujar Martis yang kemudian turun ke lantai bawah untuk memeriksa apa yang terjadi.Rupanya, Martis menemukan adanya batu yang terbalutkan kertas. Lalu Martis mengambilnya dan ia membuka kertas itu. Ternyata dalam kertas itu ada rangkaian kata yang bertuliskan kalimat pengancaman."Kalian akan mati...?" ujar Martis mem
Martis awalnya tak percaya jika apa yang dikatakan oleh Emily tentang koin emas miliknya mampu membeli sebuah rumah. Pada keesokan harinya, Martis dan Emily berjanji untuk bertemu di sebuah kedai untuk makan siang. Setelah makan siang bersama, Emily mengatakan bahwa ia telah menemukan tempat yang cocok dan harga yang pas dari koin emas yang Martis miliki. Emily yang dalam hatinya merasa sangat senang, dengan buru-buru mengajak Martis untuk melihat lokasi yang ia maksud. "Jadi, inilah lokasi rumah yang aku katakan tadi, Tuan Martis. Jadi bagaimana? Apakah Tuan Martis suka dengan rumah ini?" tanya Emily, dalam hatinya ia berharap mendapat pujian dari Martis. Martis pun menjawab seraya memperhatikan bangunan rumah yang Emily tunjukkan. "Emily, kalau soal bangunannya aku rasa sudah bagus. Di tambah lagi, ada halaman yang tersisa cukup luas. Aku mau tempat ini." Akhirnya harapan Emily terkabul juga. "Baiklah, kalau begitu aku akan menyelesaikan pembayarannya dan serah terima surat men
Emily menyadari bahwa mereka berdua tengah menarik perhatian. Kemudian, Emily menarik tangan Martis dan mengajaknya keluar dari tempat pemandian tempatnya bekerja.Setelah berada di gang yang cukup sepi, barulah Emily berhenti. "Huft..., di sini sepi, kita bisa berbicara sekarang, Tuan Martis." Emily nampak terengah.Martis yang sejak tadi tak mampu berkata-kata akibat tingkah Emily akhirnya bertanya. "Emily, kenapa kau membawaku ke tempat seperti ini?" Martis menoleh ke kanan dan ke kiri, rasanya tempat ini sangat sepi."Maafkan aku, Tuan Martis. Baiklah, aku akan mengatakan padamu," ujar Emily menjelaskan.Emily menjelaskan bahwa Martis sebenarnya cukup terkenal karena cerita tentang prestasinya yang berhasil mengalahkan Raja Kegelapan. Akan tetapi, Emily memberitahu kepada Martis bahwa sebenarnya ada mata-mata di tempatnya bekerja. Mata-mata yang Emily maksud adalah seseorang yang bekerja atas perintah Raja Kegelapan guna menyelidiki dan memantau perkembangan keadaan Martis.Menden
Beberapa hari kemudian, Martis ternyata mendapatkan sebuah rekaman dari sistem miliknya. Rekaman itu berisikan tentang dirinya yang beberapa waktu lalu menjadi orang linglung alias dianggap depresi oleh orang-orang di sekitarnya. Dan di suatu pagi, Martis teringat akan Phynoglip yang dulu pernah menyatu dengan sistem miliknya. Ia mencoba memanggil Phynoglip itu dalam sistem, namun ia tak dapat jawaban. 'Ke mana Phynoglip pergi, ya? Apakah dia menghilang karena sistem reset ulang kemarin? Tapi..., entah kenapa, aku merasa kalau Phynoglip masih ada di dalam sistem. Tapi kenapa dia tidak menanggapi panggilanku? Apakah aku telah melakukan kesalahan padanya?' gumam Martis, ia penasaran dengan apa yang terjadi pada Phynoglip. Kemudian Martis juga ingat. "Oh iya, bukankah waktu itu Phynoglip pernah menunjukkan dirinya dalam wujud manusia? Jangan-jangan...?" Martis tiba-tiba saja memikirkan sesuatu hal yang buruk telah menimpa Phynoglip merah muda itu. Kemudian Martis mengusir pikiran
Black Rose sangat terkejut melihat teknik dan jurus bela diri yang Martis gunakan. Saat melihat teknik yang Martis gunakan, ingatan Black Rose kembali pada kejadian seratus tahun silam."Teknik ini...?! Tidak...! Tidak mungkin...!" teriak Black Rose yang tak dapat menahan serangan Martis.Tubuh Black Rose langsung nampak compang-camping akibat daya ledak dan tekanan dari serangan yang baru saja Martis lancarkan.Martis kemudian menatap kedua tangannya. "Akhirnya..., kekuatanku yang dulu benar-benar pulih." Bibir Martis tersenyum merkah."Kalau begitu baiklah, kebetulan ada target untuk melakukan panasan," ujar Martis, ia kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Black Rose."Hey, kau...! Iya, kau. Ayo serang aku." Martis nampak dalam kondisi hati yang bahagia.Sedangkan Black Rose yang melihat ekspresi yang ia anggap tidak wajar di wajah Martis, ia yang tadi terjatuh memundurkan dirinya. "Jangan mendekat! Tidak...!" Black Rose terlihat sangat ketakutan.Kedua alis Martis pun mengerut
Tubuh Martis yang tadinya terlihat lemah kini bangkit dan nampak sangat gagah. Kejadian ini membuat Black Rose marah. Hingga akhirnya ia langsung keluar menemui Martis. "Kurang ajar...!" teriak Black Rose seraya menyabetkan pecut yang ia pegang ke arah Martis. Martis yang merasakan adanya bahaya mendekat, tentu saja instingnya bekerja dengan cepat. "Aw...! Ampun! Aduh, atit...," ujar Martis mengejek Black Rose. "Sialan kau! Rupanya, kau pura-pura gila dan lemah selama ini hanya untuk mengungkap markas Hawa Vampire?!" Wajah Black Rose nampak sangat jelas bahwa saat ini ia sedang dalam emosi amarah tertinggi yang ia miliki. Padahal, Martis baru saja sadarkan diri. Akan tetapi, ia terus berlanjut mengerjakan tugas dan misi baru yang didapat dari sistem. "Apa kau bilang? Gila dan lemah?" Martis bingung dengan apa yang dikatakan oleh Black Rose. "Cih! Sudahlah, tak usah lagi berpura-pura. Selama ini dikatakan bahwa kau sempat depresi atas kehilangan dua temanmu yang berhas
Black Rose pergi ke suatu tempat. Nampaknya ia akan melakukan suatu ritual. "Bangkitlah...! Para pengikut ku...! Bangkit...!" Crash...! Sebilah pisau melukai tangan Black Rose, kemudian dengan adanya tetesan darah itu memancing sesuatu. Dan tak lama kemudian, datanglah puluhan wanita dengan paras cantik dan tubuh yang sexy. "Hahaha...! Bagus! Ini adalah saatnya kita untuk beraksi...!" Kemudian Black Rose mengawaikan tangannya tanda untuk ikut pergi mengikutinya. Dan tak lama kemudian, Black Rose tiba di sebuah bangunan yang ukurannya sangat besar. "Ini adalah Istana kita sekarang. Kemanapun kalian pergi, maka ke sinilah kalian akan kembali pulang. Apakah kalian semua mengerti...?!" ujar Black Rose dengan nada menggertak. "Siap! Mengerti...!" Tapi jawaban mereka benar-benar tetap kompak. "Bagus! Kalau begitu baiklah. Kita akan mengatur rencana dan strategi yang bertujuan untuk melawan manusia yang bernama Martis." Black Rose memberi penjelasan pada bawahannya. "Mart
Ternyata Martis melompat ke dalam bak mandi untuk berendam. Sedangkan yang ada di pikiran Emily bahwa Martis mau melakukan hal mesum padanya. Ternyata pikiran Emily terlalu berlebihan. Emily kemudian tertegun sejenak. 'Eh...? Heh...?' gumam Emily teriak dalam hatinya. Kemudian Emily menutup wajahnya sambil bergumam, 'Emily...! Kenapa kau bisa berpikiran sebodoh itu?!' Kemudian ia menghela nafasnya, 'Huft..., hampir saja. Kalau begitu baiklah, aku akan menyelesaikan pekerjaanku. Iya, benar! Kau harus fokus, Emily! Fokus!' Setelah itu barulah Emily membersihkan tubuh Martis. Kemudian, kondisi Martis yang awalnya nampak kacau kini telah lebih baik. Hanya saja, ia masih terlihat bengong. Namun ada Emily yang terus mengajaknya bicara hingga sampai akhirnya Martis tiba-tiba tersenyum setelah mendengar berbagai cerita lucu dari Emily. 'Eh...? Dia baru saja tersenyum?' gumam Emily. "Mia..., Lancelot...," ucap Martis dengan suara agak serak. "Apa...? Mia dan Lancelot? Ada apa dengan
"Kau memang layak menjadi Istriku, hahaha...!" Terdengar suara Raja Kegelapan tertawa puas.Rupanya, tadi Raja Kegelapan menyerang Isterinya secara tiba-tiba. Dan ternyata, serangan sambutan itu dapat dihindarinya dengan cepat."Masih saja meragukan ku...?!" Wanita itu menatap Raja Kegelapan dengan geram. Namun Raja Kegelapan menanggapinya dengan senyum bahagia yang lalu membuka lebar kedua tangannya.Srek...!Tubuh mungil nan seksi wanita itu pun melesat ke dalam pelukan sang Raja Kegelapan."Suamiku..., aku lindu...," ujar wanita itu dengan manja. Kenapa tiba-tiba ekspresinya berubah dalam sekejap? Apakah wanita ini masih waras? Entahlah, mungkin memang begitu temperatur seseorang saat sedang dalam keadaan jatuh cinta. Saat jatuh cinta, dunia seseorang bisa langsung jungkir balik tak karuan. Ternyata sikap seperti itu berlaku di semua umat."Istriku, aku juga lindu...," Tak disangka! Ternyata Raja Kegelapan yang sosoknya sangat menyeramkan juga bisa menjadi seperti ini ketika dimab