Akhirnya Martis berhasil mengalahkan ketiga puluhan orang musuhnya. Walaupun dia tidak terluka serius, tapi tetap saja ia merasa kelelahan setelah bertarung beberapa jam tadi. Bam...! Bam...! "Sepertinya mereka tidak akan memberikan aku waktu untuk pulih walau sebentar saja," ujar Martis seraya menghindari serangan yang kembali datang ke arahnya. "Roar...!" Terdengar suara erangan hewan yang seram. Ternyata serangan yang datang itu berasal dari dua hewan buas yang bentuknya aneh, hewan itu adalah hewan yang pernah Martis hadapi beberapa waktu lalu. "Apakah hanya dua ekor saja?" tanya Martis, ia mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. "Nampaknya hanya ada dua ekor ini saja. Ke mana yang lainnya? Aku ingat, terakhir kali aku menghadapi makhluk seperti ini, aku tak berdaya karena jumlah mereka cukup banyak. Kalau cuma dua saja, aku rasa masih dalam jangkauanku untuk mengalahkan mereka." Martis mulai bergerak, begitu pula dengan dua hewan aneh nan buas itu. Namun saat Mart
Martis terus memborbardir kedua musuhnya dengan berbagai macam serangan. Akan tetapi, Martis merasa usahanya sia-sia karena ketika ia melihat hasil dari serangannya itu tidak berdampak banyak pada musuhnya. "Apakah mereka ini abadi?" tanya Martis seraya terus memperhatikan pergerakan kedua musuhnya. Saat sedang berpikir keras tentang bagiamana caranya mengalahkan kedua hewan buas itu, kepala Martis semakin terasa pusing saat mengetahui bahwa ternyata ada tiga makhluk aneh lagi yang muncul. Rupanya ketiga makhluk itu muncul atas perintah Shadow Master. Shadow Master menyuruh Dr. Vebi agar tidak meremehkan Martis dan segera menggunakan kekuatan penuh pasukannya. Karena melihat sikap serius Shadow Master untuk menghadapi Martis, Dr. Vebi dengan cepat menuruti perintahnya. "Lihatlah sekarang, Bos. Kali ini aku yakin kalau Martis tidak akan mampu bertahan melawan lima hewan percobaan kota sekaligus." Dr. Vebi sangat percaya diri atas kerja kerasnya. Namun sepertinya Shadow Master meras
Dalam keadaan putus asa, Martis dihadapkan pada tantangan yang lebih besar dari sebelumnya. Dengan kekuatan Shadow Master yang semakin kuat dan jumlah monster yang tak terhitung banyaknya, Martis merasa terancam dan hampir putus asa. Namun, dalam keadaan sulit ini, di dalam hatinya Martis terus mengatakan bahwa dia tidak boleh menyerah. Dia harus tetap tenang dan fokus, mencari cara untuk mengatasi tantangan ini. Dia tahu bahwa dia tidak bisa melawan sendirian, dan dia membutuhkan strategi yang cerdas dan bantuan dari orang lain. Melihat keputusasaan Martis, akhirnya amarah Shadow Master sedikit mereda. "Bagus! Kalau dengan musuh sebanyak itu, dia pasti akan kalah. Sebentar lagi waktu untukku menghabisinya akan segera tiba." Shadow Master tertawa bangga. Tapi sayangnya, suara tawa itu hanya sekejap saja karena Shadow Master melihat ada yang terjadi pada tubuh Martis. Ternyata, saat Martis berada dalam keputusasaan yang mendalam, tiba-tiba simbol dan tanda keberkahan yang terpatri pa
Saat Martis menjulurkan tangannya ke arah salah satu monster yang ia hadapi, ternyata benar, tangannya berubah menjadi bentuk batu dan ukurannya sangat besar. Di tengah pertarungan, Martis tertawa riang. "Luar biasa...! Hahaha...! Ini sungguh luar biasa...! Kekuatan biji setan ini sangat luar biasa...!" Shadow Master yang melihat Martis kegirangan pun penasaran. "Apa yang dilakukannya? Apakah dia sudah gila? Jangan-jangan, dia frustasi karena tahu bahwa dia tidak akan pernah dapat mengalahk—" Suara Shadow Master tercekat seketika. Wajahnya melongo saat melihat Martis yang dengan mudahnya membunuh puluhan binatang hasil eksperimen Dr. Vebi itu. "A-apa...?! Tidak! Tidak mungkin...!" Nampaknya yang mulai frustasi justru Shadow Master. Sedangkan Martis, dia terlihat seperti sangat menikmati pertarungannya melawan binatang-binatang buas aneh yang tersisa itu. Sampai akhirnya, pergerakan martis berhenti saat ia akan memukul ke sesuatu arah. "La-lancelot...?" ucap Martis. Akhirnya Shad
Shadow Master tak menyangka bahwa ternyata Martis berhasil membebaskan Lancelot dari kendalinya. Padahal, itu adalah senjata terakhirnya untuk melawan Martis. "Sial! Martis, aku akui kau memang hebat! Tapi jangan senang dulu, aku masih memiliki kekuatan rahasiaku!" Shadow Master melompat ke udara seraya berteriak sekencang-kencangnya. Ternyata, kali ini Shadow Master mengeluarkan artefak legendaris ketiga yang Martis cari. Ketika melihat dan merasakan kekuatan dari artefak ketiga itu, artefak yang ada dalam tubuh Martis bergetar. "Itu adalah artefak ketiga. Iya, benar! Aku harus mengambilnya dari Shadow Master. Aku akan menggabungkan ketiga artefak ini menjadi satu." Tapi saat Martis ingin mencoba menyerang Shadow Master, ia melihat banyak sekali cahaya dari berbagai arah yang melesat menuju tubuh Shadow Master. "Apa itu?" tanya Martis heran. Di tengah rasa herannya, untungnya sistem langsung menjelaskan pada Martis tentang apa yang terjadi pada Shadow Master saat ini. Shadow M
Dalam pertarungan antara Martis dan Shadow Master, ketegangan dan ego keduanya saling bersaing. Shadow Master, yang terkejut dengan kekuatan penyembuhan yang dimiliki Martis, merasa terancam oleh keberadaannya. Martis, dengan sikap yang tenang dan penuh keyakinan, menegaskan bahwa keabadian bukanlah hak manusia, tetapi milik Tuhan yang Esa. Dia menunjukkan bahwa kekuatannya berasal dari keyakinan dan tekadnya yang kuat, bukan dari keabadian. Shadow Master, yang ego nya terluka oleh komentar Martis, semakin marah dan bertekad untuk mengalahkannya. Namun, Martis tidak terpengaruh oleh ancaman dan kebencian yang ditunjukkan oleh Shadow Master. Dia tetap tenang dan fokus pada tujuannya untuk melindungi dunia dan mengalahkan kejahatan. Dengan semangat yang membara dan tekad yang kuat, Martis dan Shadow Master bersiap untuk melanjutkan pertempuran mereka. Meskipun tantangan yang dihadapi sangat besar, Martis siap untuk menghadapinya dengan keberanian dan kekuatan yang sejati. Dia bertekad
Martis, dalam pertempuran sengit melawan Shadow Master, memperlihatkan beragam kemampuan yang memukau. Dengan kecepatan yang menakjubkan, dia mengelakkan serangan lawan dengan gesit, sementara melancarkan serangan balik yang presisi dan mematikan. Kekuatan fisik Martis juga menjadi senjata utamanya dalam pertarungan. Pukulan-pukulan kuatnya mampu menghantam Shadow Master dengan kekuatan yang mengagumkan, menciptakan gempuran yang mempesona. Tidak hanya itu, kemampuan elemen Martis juga menjadi sorotan. Dengan mengendalikan angin dan api, dia menciptakan serangan elemen yang mematikan, menciptakan badai elemen yang menghancurkan sekitarnya. Tidak kalah pentingnya, ketahanan dan daya tahan Martis menjadi penentu kemenangannya. Meskipun dihadapkan pada serangan yang kuat, dia tetap bertahan dan melawan dengan keberanian yang tak tergoyahkan. Namun, yang paling memukau adalah tekad dan keberanian Martis. Dengan keyakinan yang kuat dalam misinya untuk melawan kejahatan, dia menunjukkan
Dalam pertempuran epik antara Martis dan Shadow Master yang melepaskan aura kekuatan magis masing-masing sehingga menciptakan lingkaran energi yang meliputi area sekitar mereka. Kedua kekuatan yang bertabrakan menciptakan gelombang energi yang menggetarkan pulau tempat mereka berada. Tiba-tiba, sistem mengaktifkan biji setan halu-halu dan memberikan misi baru kepada Martis untuk mengalahkan Roger, nama asli Shadow Master, dan merebut artefak yang digunakannya. Martis, jauh dari merasa takut, justru semakin bersemangat untuk menyelesaikan misi ini dan mengalahkan lawannya. Shadow Master, dengan keinginan untuk melihat kekuatan Martis, memprovokasi Martis untuk bertarung dengan kekuatan penuhnya. Namun, Martis merasa ada sesuatu yang tidak beres, bahwa ada orang lain di balik layar yang mengendalikan Shadow Master. Boom, boom, boom...! Duar...! Jedar...! "Apakah hanya sebatas itu saja kekuatanmu, Martis?" tanya Shadow Master. "oh, berarti sedari tadi kau belum melepas kekuatan pen
Dalam benaknya, Martis terus berpikir. Dengan konsentrasinya yang sangat baik, Martis mencoba menelaah tentang kejadian hari ini. Dan pada saat ini, Mia sedang berjalan ke arah pintu yang tersembunyi di belakang tirai, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis juga mengikuti mereka, dengan rasa penasaran yang semakin besar. Saat mereka mencapai pintu tersebut, Mia berhenti dan menatap Martis dengan senyumannya yang lembut. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Dan tiba-tiba saja, ada kejadian aneh. Mia menghilang begitu saja di hadapan mereka. Phynoglip serta Emily terkejut dan menatap bayangan tersebut dengan rasa penasaran. "Apa yang terjadi?" tanya Phynoglip heran. "Aku tidak tahu," ucap Emily yang sama herannya. "Tapi aku rasa Mia yang kita lihat sebelumnya bukanlah Mia yang sebenarnya." Dan selang beberapa menit kemudian, Mia muncul kembali. Ternyata..., sosok yang mengaku sebagai Mia ini hanyalah bayang
Mia berjalan ke arah Martis, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu ingin lakukan, Mia?" tanya Martis dengan suara yang keras. Mia tetap tersenyum lembut, kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku ingin menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu maksud?!" tanya Martis dengan suara yang keras. Dengan senyum lembutnya, Mia kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita hanya memiliki puisi yang tidak berharga," ucap Mia dengan suara yang masih sama pelannya. Mia kemudian mengambil kertas yang memiliki puisi yang tertulis di dalamnya dari Emily, kemudian memberikannya kepada Martis. Martis menatap kertas tersebut dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang
Mia memimpin mereka ke arah mesin tersebut, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Saat mereka mendekati mesin tersebut, mereka melihat bahwa mesin tersebut memiliki sebuah layar yang besar dan beberapa tombol yang berkilauan. Mia menekan salah satu tombol tersebut, dan layar mesin tersebut langsung menyala. Phynoglip dan Emily terkejut melihat bahwa layar tersebut menampilkan sebuah gambar yang aneh, seperti sebuah peta yang kompleks. "Apa ini?" tanya Phynoglip dengan suara yang penasaran. Mia menjawab, "Ini adalah peta sistem yang kita gunakan untuk mengontrol dunia ini," ucap Mia dengan suara yang pelan. "Dengan peta ini, kita dapat melihat bagaimana sistem tersebut bekerja dan bagaimana kita dapat mengubahnya." Emily kemudian menatap peta tersebut dengan rasa penasaran. "Bagaimana kita dapat mengubahnya?" tanya Emily dengan suara yang pelan. Mia memandang Emily dengan mata yang berbinar. "Kita dapat mengubahnya dengan menggunakan kode yang tepat," ucap Mia
Phynoglip mengangguk, kemudian menatap sekeliling tempat mereka berada. "Tempat ini aneh," ucap Phynoglip dengan suara yang pelan. "Aku merasa seperti berada di dalam komputer atau sesuatu." "Aku juga merasa seperti itu. Sepertinya kita berada di dalam sistem atau dimensi lain." jawab Emily dengan nada yang sama dengan Phynoglip. Keduanya terdiam sejenak, kemudian Phynoglip bertanya lagi. "Kamu pikir apa yang disembunyikan oleh Martis?" Emily memandang Phynoglip dengan serius. "Aku pikir Tuan Martis menyembunyikan sesuatu hal yang sangat penting." Phynoglip mengangguk, kemudian keduanya terdiam lagi. Akan tetapi, kali ini tiba-tiba, Phynoglip berbicara dengan nada yang berbeda. "Emily, aku merasa ada sesuatu yang aneh di sini. Sepertinya kita tidak sendirian." Emily menatap Phynoglip dengan heran, kemudian menoleh ke sekeliling. Tiba-tiba, dia melihat bayangan yang bergerak di kejauhan. "Apa itu?" bisik Emily dengan suara yang pelan. Kemudian Phynoglip berjalan menuju bayangan te
Martis hari ini dipusingkan dengan tingkah laku kedua bayi besarnya, yaitu Emily dan Phyno. Dan tanpa diduga, saat Martis menatap wajah Emily, lagi-lagi ia teringat akan raut wajah istrinya. Sampai tanpa sadar dia berucap, "Mia...?" Martis kemudian tiba-tiba memeluk tubuh Emily. "Maafkan aku, Mia..., aku pasti akan kembali," ucap Martis yang mempererat pelukannya pada Emily. "Aku bersumpah! Akan menemukan cara untuk kembali pada mereka. Tapi kira-kira, apakah mereka masih mengingatku?" Emily yang tidak mengerti apa yang terjadi, menatap wajah Martis dengan heran. la merasa tidak nyaman dengan pelukan Martis yang terlalu erat. Sementara itu, Phyno yang ada di sebelahnya, menatap Martis dengan rasa penasaran. "Martis, apa yang terjadi?" tanya Phyno dengan suara yang pelan. Martis tersadar dari lamunannya dan melepaskan pelukannya pada Emily. la memandang wajah Emily dan tersenyum. "Maaf, Emily," ucap Martis dengan suara yang lembut. "Aku hanya..., teringat pada seseorang yang
Rupanya, Raja Kegelapan telah mempersiapkan strategi untuk menghadapi Martis. Saat ini ia memutuskan bahwa dia dan anaknya masih harus berada di dalam gunung berapi tempat mereka berada saat ini untuk sementara waktu. Nampaknya Raja Kegelapan kali ini lebih waspada dalam menghadapi Martis. Dia telah kehilangan Black Rose karena kala itu telah meremehkan Martis. Padahal ia berpikir bahwa Black Rose akan dapat mengalahkan Martis dengan mudah. Namun kenyataannya, justru sebaliknya. Kekalahan Black Rose sangat membuatnya rugi besar. Sebab, Black Rose beserta semua pengikutnya telah diberantas habis oleh Martis sampai tak tersisa satupun. Sementara Raja Kegelapan masih bersembunyi di dalam gunung berapi, beberapa Minggu kemudian Martis dan yang lainnya kini telah kembali pulih. Dan ternyata, Martis tengah berusaha memisahkan aura kegelapan yang tersisa dalam tubuh Phynoglip. Namun usahanya belum membuahkan hasil. Memang benar, dalam beberapa hari ini ia telah berhasil membuang sebagian
Raja Kegelapan sangat marah karena merasakan hawa keberadaan Black Rose yang terhubung dengan jiwanya kini telah menghilang."Black Rose...? Ti-tidak...!" Raja Kegelapan berteriak histeris di dalam ruangan persembunyiannya."Tidak akan aku maafkan! Black Rose mati dikalahkan oleh manusia bernama Martis itu! Aku tidak boleh bersantai-santai. Yah..., aku akan membalaskan semua yang telah dilakukan oleh Martis! Terutama atas kematian Black Rose!" Raja Kegelapan kemudian bangkit dari tempatnya. Kali ini amarahnya benar-benar berada di puncaknya. Hal yang membuat ia sangat marah tentu saja atas kematian Black Rose, wanita yang sangat dicintainya.Kemudian Raja Kegelapan pergi ke suatu tempat. Tempat itu adalah gunung berapi yang ada di ujung wilayah barat. Gunung berapi ini adalah tempat di mana Raja Kegelapan pernah berlatih bersama Black Rose.Dan rupanya, di gunung berapi ini juga Black Rose pernah menyimpan benih. Benih itu adalah hasil dari perkawinan mereka berdua. Dan selama ini, be
Dan akhirnya, Martis tumbang juga. Setelah energi dan stamina terkuras habis, waktu kembali normal. Dan mereka tetap berada di tempat terakhir kalinya. Gedebugh...! Tubuh Martis yang terkulai lemas akhirnya terkapar di lantai. Karena mendengar ada suara aneh, Emily yang ada di atas ranjang menoleh ke arah sumber suara. Dan ia melihat di sana ada tubuh Martis yang tergeletak di lantai tak sadarkan diri. "Tu-tuan Martis...?" ucap Emily yang kemudian ia turun dari ranjang dan segera memeriksa keadaan Martis. Ia sudah ingat dengan apa yang terjadi. "Martis...? Wah, iya, aku harus membantunya." Begitu pula dengan Phynoglip yang baru sadar dan ingat semaunya. Ia bergegas membantu Emily untuk mengangkat tubuh Martis ke atas ranjang. "Hey, tubuhku masih terluka, tapi aku bisa kok, menjaga Martis agar tetap stabil. Aku akan berbaring di sampingnya sampai ia kembali pulih. Aku tidak keberatan berbagi energi dengan dirinya. Aku bisa melakukan teknik Transfer Energi melalui genggaman
Akhirnya Martis menunda untuk menyelidiki apa yang terjadi sebenarnya.Dan pada esok paginya, barulah Martis kembali menemui mereka berdua di kamar yang sama."Kalian sudah membaik?" sapa Martis seraya mengambil kursi untuk duduk di dekat ranjang yang mereka berdua gunakan untuk tidur."Menurutmu?" Phynoglip menjawab, namun malah balik bertanya."Kalau aku, sudah merasa lebih baik dari kemarin. Rasa pusing di kepala sudah hilang. Kalau kemarin, saat melirik saja kepala langsung terasa pusing." Namun tidak dengan Emily, ia menjawab dan menjalankan keadaannya dengan apa yang ia rasakan saat ini."Baiklah, syukur kalau memang kau merasa lebih baik. Nah sekarang, aku ingin mengatakan sesuatu pada kalian berdua," ungkap Martis menjelaskan maksud dan tujuannya hari ini datang pada mereka berdua.Martis mengatakan bahwa dia telah memiliki sebuah teknik yang dapat memutar waktu. Namun ada resiko yang sangat besar, yaitu kehabisan stamina dan energi setelah berhasil menggunakan teknik itu. Kon