Bam!Martis meninju wajah Bos Kelitih distrik enam. Tapi ternyata Bos Kelitih itu justru berniat mengadu tinjunya dengan tinju Martis.Krak!Alhasil, pergelangan tangan Bos Kelitih distrik enam benar-benar patah! Hantaman tinju Martis sangatlah luar biasa!Bugh!Bugh!Bugh!Martis tidak mau kehilangan kesempatan. Inilah saatnya bagi Martis untuk menyerang.Bam, bam, bam!Brak, brak, brak!Bugh!Bugh!Bugh!Krak!Martis memukuli Bos Kelitih distrik enam tanpa belas kasih. Dan Martis kembali menggila. Terdengar ada suara dari beberapa tulang Bos Kelitih distrik enam yang patah. Yang pertama patah adalah tulang bagian hidungnya. Kemudian disusul lagi dengan gigi-giginya. Martis memukul wajahnya bahkan sampai rahangnya bergeser!"Martis! Martis...!" Mia berteriak. Namun nampaknya tidak didengar oleh Martis."Gawat! Martis menggila seperti kemarin lagi!" gumam Mia. Mia mulai khawatir dengan Martis.Dan Mia pun memutuskan untuk mendekati Martis."Stop! Mia, aku baik-baik saja kok," ucap Mar
Mia kemudian menoleh ke arah Martis."Ma-martis...," ucap Mia.Buk!Mia langsung memeluk tubuh Martis. Dan kembali menangis di dalam pelukan Martis. Martis pun mengelus kepala Mia dengan lembut dan penuh kasih sayang."Eh? Bisa begini?" gumam Martis.Ternyata ketika Martis melihat jam tangan spesial miliknya, ada sebuah grafik. Itu adalah persentase perasaan cinta Mia terhadap Martis. Dan yang membuat Martis terkejut adalah, persentase dari grafik itu menunjukkan bahwa perasaan cinta Mia terhadap Martis adalah seratus sepuluh persen!"Hiks, hiks, hiks..., Martis..., apa kau baik-baik saja?" tanya Mia yang masih terisak."Aku baik-baik saja. Lihatlah...," jawab Martis. Martis melepaskan pelukannya dan menunjukkan bagian perutnya. Walaupun lukanya memang benar-benar pulih tanpa bekas sedikitpun, tapi noda darah di pakaian Martis masihlah tetap ada.Martis memegang tangan Mia. Kemudian meletakkan tangan mulus Mia yang seputih salju itu ke perutnya."Lihatlah..., aku baik-baik saja. Jadi
Ternyata Gadis cantik itu adalah Layla. Entah ada angin apa Layla bisa-bisanya berada di toko kue Marten sepagi ini."Eh, Martis. Selamat pagi!" ucap Layla. Layla juga tersenyum manis ke arah Martis."Hem..., iya, selamat pagi juga," jawab Martis dengan senyum yang dipaksakan.Layla memanglah teman semasa kecil Martis. Jadi Layla memang cukup akrab dengan Marta dan juga Marten.Tapi Martis sebenarnya tidak mau terlalu akrab dengan Layla. Bukan berarti Martis membenci Layla atas sikap kedua orang tuanya. Hanya saja, Martis sadar diri. Status sosial mereka berbeda kasta. Martis yang hidupnya sederhana, merasa minder jika bergaul dengan Layla yang notabenenya anak dari kalangan keluarga kaya raya."Ada apa Martis, tumben sekali kau pagi-pagi kemari?" tanya Marta."Oh iya, tidak apa-apa kok. Aku hanya rindu saja dengan kalian berdua," jawab Martis."Martis, apakah hari ini kau sibuk?" tanya Layla."Hem..., tidak juga. Ada apa Layla?" ucap Martis."E..., itu..., a-aku..., aku mau mengajakm
Martis melihat ada seorang Gadis yang sepertinya sangat ketakutan."Hahahaha...! Menyerahlah, Nona manis...," ucap Pria botak itu.Ada tiga orang Pria dewasa yang sedang mencoba menangkap Gadis itu. Dan ternyata, Martis dan Mia kenal dengan Gadis itu. Begitu juga dengan Layla."Selena?" ucap Martis, Mia, dan Layla bersamaan.Martis tanpa ragu langsung keluar dan mendekati Selena. Begitu juga dengan Mia dan Layla.Bugh!Martis menubruk tubuh Pria botak itu."Aduh...! Kurang ajar! Siapa kau?! Jangan ikut campur urusanku!" teriak Pria botak itu.Mia dan Layla membantu Selena untuk berdiri dan kemudian membawanya masuk ke toko kue."Apa yang ingin kalian lakukan dengan Selena?!" tanya Martis. Tangan Martis sudah mengepal. Tapi Martis masih menahan amarahnya."Oh, jadi kau kenal dengan gadis itu? Hahahaha...! Kalau begitu, kau harus menggantikannya membayar hutang-hutang kedua orang tuanya," jawab Pria botak itu."Hutang? Oh..., jadi begitu. Lalu, berapa hutangnya? Sebutkan saja. Aku akan
Kemudian Martis membawa Pria botak yang bernama Sigit itu ke dalam toko kue Marten."Sekarang, coba kau ceritakan kenapa orang tua Selena bisa memiliki hutang sebanyak itu," ucap Martis.Sigit yang ketakutan akhirnya menceritakan apa yang ia ketahui. Sigit sangat ketakutan karena baru sadar kalau ternyata Martis adalah orang yang telah mengalahkan para Bos Kelitih."Ba-baiklah, aku akan menceritakannya...," ucap Sigit.Awalnya ayah Selena hanya memiliki hutang sebesar lima puluh juta. Uang itu digunakan ayah Selena untuk membangun usaha berdagang pakaian. Namun, ia mengalami kekurangan dana untuk menambah stok barangnya dan akhirnya bertemu dengan seorang rentenir.Rentenir itu beberapa kali membujuk ayah Selena untuk mengambil suntikan dana yang ia tawarkan. Karena sudah beberapa kali, akhirnya ayah Selena pun mengambil uang itu.Namun, yang tak disangka oleh ayah Selena ketika ia telat membayar beberapa bulan, hutang itu jumlahnya menjadi berlipat ganda. Dan tujuan sebenarnya renten
Tring!"Tugas menolong keluarga Selena dimulai. Tangkap Bos rentenir!"Martis langsung berjalan ke depan pintu gerbang rumah Dawam. Dan tentu saja, ketika Martis ingin masuk ia di hentikan oleh lima orang penjaga pintu gerbang."Berhenti! Mau ke mana kau? Dan siapa kau?" tanya salah satu penjaga pintu gerbang itu."Oh iya, aku ada keperluan dengan Bos Dawam. Aku ingin membayar hutang," ucap Martis. Martis masih cukup tenang dan santai."Apa kau sudah membuat janji temu?" tanya Pria itu lagi."Kalau itu..., aku memang tidak membuat janji terlebih dahulu. Tapi, aku mendapat uang secara tiba-tiba. Dan aku berniat untuk membayar cicilan hutangku pada Bos Dawam," jawab Martis mencoba mencari alasan."Berapa hutangmu?" tanya Pria itu."Hutangku..., tiga miliar," jawab Martis."Cih! Jangan membodohi kami!" ucap Pria itu.Buk!Pria itu mendorong tubuh Martis."Sudah, sana pergi! Kalau tidak, aku akan menghajarmu!" teriak Pria itu.Pria itu ternyata mengira kalau Martis justru ingin meminjam u
Buk, buk, buk!Nampaknya Martis akan kembali direpotkan oleh ketiga puluh orang ini."Wah, lumayan. Boleh juga kau. Tapi sayangnya, kau sedang melawanku," ucap Pria itu. Namanya adalah Margono."Memangnya kenapa jika aku melawanmu? Kalian ini para Kelitih kan?" tanya Martis."Hahahaha...! Kau akan tahu setelah berada di Neraka nanti," jawab Margono.Sring...!Slash, slash, slash...!Tanpa ragu, Margono menebaskan pedangnya ke arah Martis.Tring!Martis menangkisnya menggunakan tangannya. Martis berhasil menahan pedang itu menggunakan kekuatan tubuh Golemnya.Dert, dert, dert...!Namun Martis merasa seperti ada sengatan listrik. Margono adalah pengguna kekuatan elemen petir. Ia menyalurkan kekuatan elemen petirnya pada pedang miliknya."Aduh...!" ucap Martis.Walaupun tubuhnya keras, tapi Martis masih bisa terkena serangan dari elemen petir milik Margono.Martis mundur sejenak. Ia kembali mengamati musuh-musuhnya."Benar juga. Aku lupa kalau mereka ini mampu menyalurkan kekuatan elemen
Martis menggerutu di dalam hatinya. Karena ketika Martis melihat status staminanya pada jam tangan spesial, persentasenya masih menunjukkan delapan puluh persen.Sisa sepuluh orang Kelitih itu akhirnya menyadari kalau Martis mampu menghilangkan efek dari semua kekuatan elemen."I-ini..., aku seperti pernah mendengar ada seseorang yang mampu menggunakan kekuatan seperti ini," ucap Dafantri."Be-benarkah? Ja-jadi..., si-siapa dia?" tanya Dehanru."Martis! Dia adalah Martis!" ucap Dafantri."Apa...?!" teriak teman-temannya terkejut.Martis memperhatikan ekspresi orang-orang itu."Eh? Ada apa dengan wajah kalian semua?" tanya Martis."Bo-bolehkah aku bertanya siapa namamu?" tanya Dafantri. Ia memberanikan diri untuk bertanya pada Martis. Kakinya sudah terlihat gemetaran. Begitu juga dengan teman-temannya yang lain. Nama Martis di kalangan Kelitih sangatlah terkenal akhir-akhir ini."Namaku? Apakah namaku penting? Hem..., baiklah, aku akan memberitahu kalian siapa namaku. Aku adalah Martis