Ketika Letnan Rei meneriaki pasukannya untuk kembali menyerang, akhirnya pikiran semua pasukan Tentara Bayaran yang bengong tadi mulai kembali sadar."Jangan takut! Dia pasti kelelahan setelah melakukan serangan kuat yang seperti tadi! Ayo teman-teman, kita serang...!" Salah satu pasukan yang ada di barisan tengah berteriak guna menyemangati rekan-rekannya. Dan ternyata, usahanya itu berhasil."Paman Roki, aku serahkan mereka padamu. Aku akan menghajar orang itu." Martis sempat menunjuk ke arah Letnan Rasidin kemudian ia berlari mendekatinya."Cih! Sombong sekali kau! Akan aku ladeni! Ayo kita bermain!" Letnan Rasidin tidak merasa gentar sama sekali untuk menghadapi Martis.Jalannya pertempuran kini mulai terlihat berubah. Mereka akhirnya memutuskan untuk saling menyerang dengan cara bertarung jarak dekat. Karena jika memang ingin bertarung menggunakan senjata, sebenarnya Herupa memang tidak memiliki perlengkapan senjata tempur yang lengkap seperti yang dimiliki oleh pasukan Tentara B
Tubuh Letnan Rasidin langsung tidak bergerak setelah dibanting ke tanah oleh Martis. Memang diantara ketiga Letnan Tentara Bayaran ini yang paling lemah adalah Letnan Rasidin. Pantas saja Martis dapat mengalahkannya dengan mudah.Boom, boom, boom!Terdengar ada suara ledakan.Rupanya suara ledakan itu dihasilkan dari tembakan meriam yang diarahkan kepada Martis. Peluru meriam itu berukuran sebesar kepala. Dan yang membuat suara ledakan dari peluru meriam itu terdengar sangat keras adalah adanya kekuatan elemen api tingkat menengah yang dikombinasikan dengan peluru meriam.'Hampir saja, huft.' Untungnya Martis sempat mengaktifkan perisai kekuatan elemen miliknya. Jadi, dampak kekuatan elemen dari peluru meriam yang menghantam dirinya hanya menjadi peluru meriam biasa. Dan peluru meriam biasa itu masih sanggup ditahan oleh baju tempur yang Martis kenakan. Rupanya Martis juga membeli baju tempur tingkat tinggi pada menu penjualan sistem.Semua orang sempat mengalihkan perhatiannya dan me
Martis masih melakukan hal yang sama. Ia kembali menyeruduk puluhan orang yang lainnya. Sebenarnya Martis ingin langsung pergi dan melawan Letnan Rei dan Letnan Luki. Namun masih banyak pasukan yang menghalanginya.Brak!Dert, dert, dert...!Terlihat lagi ada puluhan tubuh pasukan Tentara Bayaran yang terkapar di tanah."Kalian hanya menghalangi saja, cih!" Serudukan maut Martis kembali membuyarkan barisan pasukan Tentara Bayaran itu."Ayo, kita bersiap untuk maju! Bunuh saja orang ini!" Letnan Rei akhirnya memutuskan untuk maju.Brak!Satu pukulan langsung dilancarkan."Boleh juga ternyata. Kau lumayan cepat," ujar Martis.Bugh!Bugh!Bugh!Ternyata dari arah belakang ada Letnan Luki yang langsung memukul punggung Martis."Hah?! Apa-apaan ini?!" Kedua mata Letnan Luki terbelalak ketika tangannya terasa kebas saat memukul bahu Martis.Bam!Karena lengah dua detik, Martis akhirnya berhasil memukul bagian dada Letnan Luki.Tubuh Letnan Luki mundur beberapa langkah. Letnan Luki melihat k
Boom!Ada suara ledakan yang cukup keras.Ternyata itu suara yang dihasilkan dari pukulan Martis yang menghantam tubuh Letnan Luki. Martis juga mengkombinasikan teknik Golem miliknya itu dengan kekuatan elemen api. Dan tinju Martis juga terlihat seperti batu lava yang ada di gunung berapi. Batu yang sangat panas!Namun, sepertinya tinju Martis masih bisa sedikit ditahan oleh Letnan Luki. Letnan Luki menggunakan teknik Kombinasi juga, sama seperti yang Martis lakukan.Lalu terlihat ada benteng es yang perlahan mencair ketika beradu dengan tinju milik Martis.'Kesempatan!' Karena melihat tinju Martis yang masih terbenam di benteng es milik Letnan Luki, akhirnya Letnan Rei secara diam-diam langsung maju untuk menyerang dan mengincar bagian kepala Martis.Tring!"Peringatan! Ada serangan musuh dari belakang! Menundukkan tubuh sangat direkomendasikan oleh sistem!" Martis melihat ada satu pemberitahuan yang muncul dari sistem.Bush...!Untungnya, serangan Letnan Rei itu hanya mengenai angin
Semakin lama, tempo serangan yang dilancarkan Martis dan juga Letnan Rei semakin bertambah cepat dan juga semakin kuat. Situasi yang sangat intens ini benar-benar membuat semua yang melihat pertarungan mereka itu merasa sangat menegangkan.Padahal tadi, pasukan Tentara Bayaran sempat kembali saling menyerang dengan Herupa. Namun, dengan sendirinya pergerakan mereka terhenti dan fokus memperhatikan pertarungan penentu. Pertarungan Martis yang satu lawan dua ini adalah penentu dari pertempuran ini. Karena mereka bertigalah pemimpin dari kubu masing-masing.Martis juga memperhatikan Letnan Rei ketika ia berhasil memukul bagian wajah Letnan Rei. Anehnya, Letnan Rei seperti tidak merasakan apapun. Padahal, bagian wajah yang terkena pukulan itu sangat jelas terlihat kalau ada bekas lukanya.Bam!Pukulan telak kembali Martis layangkan kepada Letnan Luki.Tubuh Letnan Luki berhasil Martis lukai sekali lagi. Di bagian dada Letnan Luki, ada lagi satu bekas luka lebam dan memar. Namun, tubuh Let
Roki hanya mampu menghela nafas panjangnya ketika ia dikatai pengecut oleh Mia. Sebenarnya Roki sangat ingin membantu Martis, namun mau bagaimana lagi? Justru Martis sendirilah yang kekeh dan tidak ingin pertarungannya diganggu oleh orang lain.Pasukan Tentara Bayaran akhirnya mulai mundur. Mereka sengaja menarik barisan dan menghentikan penyerangannya. Niat mereka adalah untuk melihat siapa yang menang antara pertarungan Martis dan kedua Pemimpin pasukan Tentara Bayaran. Tanpa disadari, semua Herupa juga menarik barisan mereka mundur.Posisi Martis yang bertarung satu lawan dua, kini berada di posisi tengah di antara kedua kubu.Boom!Suara ledakan kembali terdengar.Dari kejauhan, Mia sudah meneteskan air matanya ketika melihat Martis yang dipukuli secara bergantian oleh kedua lawannya.Tring!"Pemulihan otomatis diaktifkan." Ada satu pemberitahuan dari sistem.'Sekarang giliranku!' Setelah dirasa tubuhnya kembali pulih, akhirnya Martis yang semula dipukuli membalas.Bugh!Bugh!Bug
Martis benar-benar dibuat kewalahan oleh Letnan Luki yang mengamuk membabi buta. Tapi untungnya, ketika mengamuk Letnan Luki hanya mengincar Martis seorang saja. Ke mana pun Martis bergerak, ke arah itulah Letnan Luki akan menyerang.Bip, bip, bip...!Tampilan sistem kembali berkedip.Dan kali ini, tampilan sistem berkedip dengan warna merah. Berbeda dari yang sebelumnya berkedip berwarna kuning.Tring!"Peringatan! Ramuan pemulih hanya tersisa sedikit lagi. Jika Martis terus-menerus mengalami luka baik di bagian tubuh luar maupun organ dalam, pemulihan otomatis tidak akan berfungsi!" Begitulah isi pemberitahuan yang sistem tampilkan di menu utama.'Gawat! Kalau terus-terusan seperti ini aku bisa kalah! Tapi, bagaimana caranya mengalahkan Monster gila ini?! Argh...! Sial, sial, sial...!' Ada sedikit rasa putus asa yang menghampiri pikiran Martis. Sebab sudah beberapa kali Martis berhasil melukai Letnan Luki, namun Letnan Luki masih sama saja, letnan Luki terlihat biasa-biasa saja.Mar
Mia meletakkan kedua telapak tangannya di mulut, kemudian berteriak ke arah Martis. Walaupun jarak mereka cukup jauh, dan karena suasana di malam ini sedang hening, jadi suara teriakan Mia itu terdengar sangat jelas oleh Martis.Martis langsung melihat ke arah sumber suara teriakan. Setelah itu Martis mengangkat tangannya dan mengacungkan jempol ke arah Mia. Bibir Martis juga mengukir senyuman manis.Deg, deg, deg...!Tiba-tiba saja detak jantung Martis berdebar sangat kencang.Martis juga merasakan sesuatu yang agak aneh pada tubuhnya. Tubuh Martis terasa sangat hangat dan juga nyaman. Karena merasakan kenyamanan itu, Martis sampai tanpa sadar memejamkan kedua matanya lalu mendongakkan kepalanya ke atas langit.Bam!Dari dalam tanah terdengar suara letusan.Padahal, baru saja pikiran Martis merasa lebih tenang, namun ternyata Letnan Luki yang tadi terkena serangan telak dari angin topan api masih belum juga tumbang.Martis kembali membuka kedua matanya dan menatap tajam ke arah Letna
Tiba-tiba, Martis terpikirkan suatu hal di masa lalu. 'Oh, iya, Sistem, eh, tidak! Ririn..., apakah kau ingat dengan nama itu?' Tring! "Sistem tidak akan pernah lupa dengan apapun yang telah dilakukan oleh User setiap detik pun. Benar, aku adalah Ririn." Martis senang mendengar jawaban dari Ririn. "Apakah Martis masih memiliki pertanyaan dan keluh kesah lainnya? Ririn akan siap membantu mencari solusi terbaik untuk Martis. Karena itu adalah tugas dan kewajiban Ririn sebagai Sistem." Entah kenapa, Martis merasa terharu setelah membaca jawaban balasan dari Ririn. Sepertinya Martis merasa bahwa Ririn adalah sahabat terbaik yang pernah ia miliki sepanjang hidupnya. Tanpa Sistem, Martis tidak akan bisa jadi sepertinya orang yang sampai saat ini terbilang kehidupannya sangat didambakan oleh banyak orang."Em..., Ririn, bisakah kau membuat visualisasi tubuh? Aku akan merasa lebih senang jika kau dapat melakukannya."Permintaan Martis ada-ada saja, ya? Dia sudah dapat berkomunikasi
Kemudian Martis berpikir sejenak. "Aku...? Aku bisa menggunakan gelar Raja Kegelapan karena telah mengalahkan Raja Kegelapan yang sebelumnya? Jadi..., itu artinya..., em...?" Martis termenung, ia sedang berpikir apa yang akan ia lakukan dengan gelar itu. Ia pun bergumam, 'Apakah berati aku setara dengan Raja Iblis? Tapi..., bukankah Raja Kegelapan jauh lebih tinggi dibanding Raja Iblis? Benar, tidak, sih? Ah..., aku jadi penasaran. Bagaimana jika aku masuk dalam dimensi dunia kegelapan? Apakah di sana aku akan dapat pencerahan? Sebab di masa lalu, aku ingat betul, bahwa aku pernah mengalahkan Lord dan blablabla...,' ungkap Martis dalam hatinya yang saat ini sedang berkecamuk. 'Tapi..., jika dipikir lebih jeli lagi, sebenarnya gelar-gelar itu tidaklah sesuai dengan keadaannya.' Martis memuntahkan secangkir teh hangat dan lanjut bertarung dengan pikirannya. 'Kalau begitu..., inilah arti dari pribahasa tong kosong nyaring bunyinya. Kelurahan Raja Kegelapan, aku kira sangatlah kuat
Nampak ada lingkaran cahaya yang makin lama semakin membesar. Lingkaran cahaya itu sangat bulat, dan ada pancaran kehangatan bagi orang di sekitar yang dapat merasakannya. 'Kehangatan itu terasa sangat nyaman,' Bahkan, Martis sekalipun merasakan kenyamanan saat ia akan melakukan Teknik Legendaris ini. Kemudian, Martis yang tengah mengangkat kedua tangannya seperti menadah ke udara, ia lalu menggerakkan kedua tangannya. Lantas, lingkaran cahaya yang berbentuk bulat dan mengambang di atas kepala Martis tadi itu bergerak, dan gerakannya sesuai dengan apa yang Martis pikirkan. "Hiyat...!" teriak Martis, dengan tubuhnya yang saat ini langsung dibanjiri oleh keringat. "Denki Gama...!" Sekali lagi Martis berteriak dengan keras. Teriakan itu adalah kode, sebagaimana kuatnya usaha Martis dalam melakukan teknik sekuat ini. Lingkaran cahaya bulat yang berwarna kuning keputihan itu kemudian melesat ke arah Raja Kegelapan. "Jurus apa ini?! Selama ratusan tahun ku hidup di dunia ini
Pertarungan Martis melawan Raja Kegelapan masih berlanjut. Tapi kali ini, Martis nampak biasa saja. Karena sekarang sistem miliknya sudah pulih seperti semula. Jadi, semua terasa mudah bagi Martis. "Martis...! Kenapa kekuatanmu jauh berbeda dibanding saat terakhir kali kita bertemu?!" Raja Kegelapan akhirnya sadar, ternyata Martis jauh lebih kuat darinya. "Kenapa? Apakah sekarang kau mulai merasa takut? Hem?" Martis bertingkah santai. Ia sengaja menahan semua serangan dari Raja Kegelapan. "Jangan sembarangan, kau! Aku...? Takut padamu?! Mimpi...!" Raja Kegelapan kali ini benar-benar melupakan seluruh kekuatan dan kemampuan miliknya demi menghadapi Martis. Sudah ratusan tahun Raja Kegelapan hidup, namun baru hari ini ia menghadapi seorang manusia yang seperti Martis. Namun, walaupun ia tahu Martis adalah manusia yang kuat, rasa gengsi yang sangat besar dalam dirinya tak membuatnya takut. Ia berpikir ini mempertaruhkan harga dirinya. Apa kata orang nantinya, jika tahu Raja Kegelapan
Saat Emily dan Phynoglip berbicara, mereka tidak menyadari bahwa Martis sedang melakukan sesuatu yang sangat penting. Martis berjalan ke arah sebuah ruangan yang tersembunyi di balik sebuah pintu rahasia. Di dalam ruangan tersebut, Martis menemukan sebuah perangkat yang sangat canggih. Perangkat tersebut adalah sebuah alat yang dapat mendeteksi keberadaan Raja Kegelapan. Martis telah mencari alat tersebut selama bertahun-tahun, dan akhirnya ia menemukannya. Martis mengaktifkan alat tersebut dan menunggu beberapa saat hingga alat tersebut menunjukkan hasilnya. Saat hasilnya muncul, Martis terkejut. Raja Kegelapan ternyata berada di sebuah tempat yang sangat dekat dengan mereka. Martis tidak menyangka bahwa Raja Kegelapan akan berada di tempat yang begitu dekat. Martis segera mematikan alat tersebut dan berjalan keluar dari ruangan tersebut. Ia harus segera memberitahu Emily dan Phynoglip tentang hasilnya. Saat Martis kembali ke tempat Emily dan Phynoglip, ia melihat bahwa mer
Dalam benaknya, Martis terus berpikir. Dengan konsentrasinya yang sangat baik, Martis mencoba menelaah tentang kejadian hari ini. Dan pada saat ini, Mia sedang berjalan ke arah pintu yang tersembunyi di belakang tirai, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis juga mengikuti mereka, dengan rasa penasaran yang semakin besar. Saat mereka mencapai pintu tersebut, Mia berhenti dan menatap Martis dengan senyumannya yang lembut. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Dan tiba-tiba saja, ada kejadian aneh. Mia menghilang begitu saja di hadapan mereka. Phynoglip serta Emily terkejut dan menatap bayangan tersebut dengan rasa penasaran. "Apa yang terjadi?" tanya Phynoglip heran. "Aku tidak tahu," ucap Emily yang sama herannya. "Tapi aku rasa Mia yang kita lihat sebelumnya bukanlah Mia yang sebenarnya." Dan selang beberapa menit kemudian, Mia muncul kembali. Ternyata..., sosok yang mengaku sebagai Mia ini hanyalah bayang
Mia berjalan ke arah Martis, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu ingin lakukan, Mia?" tanya Martis dengan suara yang keras. Mia tetap tersenyum lembut, kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku ingin menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu maksud?!" tanya Martis dengan suara yang keras. Dengan senyum lembutnya, Mia kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita hanya memiliki puisi yang tidak berharga," ucap Mia dengan suara yang masih sama pelannya. Mia kemudian mengambil kertas yang memiliki puisi yang tertulis di dalamnya dari Emily, kemudian memberikannya kepada Martis. Martis menatap kertas tersebut dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang
Mia memimpin mereka ke arah mesin tersebut, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Saat mereka mendekati mesin tersebut, mereka melihat bahwa mesin tersebut memiliki sebuah layar yang besar dan beberapa tombol yang berkilauan. Mia menekan salah satu tombol tersebut, dan layar mesin tersebut langsung menyala. Phynoglip dan Emily terkejut melihat bahwa layar tersebut menampilkan sebuah gambar yang aneh, seperti sebuah peta yang kompleks. "Apa ini?" tanya Phynoglip dengan suara yang penasaran. Mia menjawab, "Ini adalah peta sistem yang kita gunakan untuk mengontrol dunia ini," ucap Mia dengan suara yang pelan. "Dengan peta ini, kita dapat melihat bagaimana sistem tersebut bekerja dan bagaimana kita dapat mengubahnya." Emily kemudian menatap peta tersebut dengan rasa penasaran. "Bagaimana kita dapat mengubahnya?" tanya Emily dengan suara yang pelan. Mia memandang Emily dengan mata yang berbinar. "Kita dapat mengubahnya dengan menggunakan kode yang tepat," ucap Mia
Phynoglip mengangguk, kemudian menatap sekeliling tempat mereka berada. "Tempat ini aneh," ucap Phynoglip dengan suara yang pelan. "Aku merasa seperti berada di dalam komputer atau sesuatu." "Aku juga merasa seperti itu. Sepertinya kita berada di dalam sistem atau dimensi lain." jawab Emily dengan nada yang sama dengan Phynoglip. Keduanya terdiam sejenak, kemudian Phynoglip bertanya lagi. "Kamu pikir apa yang disembunyikan oleh Martis?" Emily memandang Phynoglip dengan serius. "Aku pikir Tuan Martis menyembunyikan sesuatu hal yang sangat penting." Phynoglip mengangguk, kemudian keduanya terdiam lagi. Akan tetapi, kali ini tiba-tiba, Phynoglip berbicara dengan nada yang berbeda. "Emily, aku merasa ada sesuatu yang aneh di sini. Sepertinya kita tidak sendirian." Emily menatap Phynoglip dengan heran, kemudian menoleh ke sekeliling. Tiba-tiba, dia melihat bayangan yang bergerak di kejauhan. "Apa itu?" bisik Emily dengan suara yang pelan. Kemudian Phynoglip berjalan menuju bayangan te