Martis benar-benar dibuat kewalahan oleh Letnan Luki yang mengamuk membabi buta. Tapi untungnya, ketika mengamuk Letnan Luki hanya mengincar Martis seorang saja. Ke mana pun Martis bergerak, ke arah itulah Letnan Luki akan menyerang.Bip, bip, bip...!Tampilan sistem kembali berkedip.Dan kali ini, tampilan sistem berkedip dengan warna merah. Berbeda dari yang sebelumnya berkedip berwarna kuning.Tring!"Peringatan! Ramuan pemulih hanya tersisa sedikit lagi. Jika Martis terus-menerus mengalami luka baik di bagian tubuh luar maupun organ dalam, pemulihan otomatis tidak akan berfungsi!" Begitulah isi pemberitahuan yang sistem tampilkan di menu utama.'Gawat! Kalau terus-terusan seperti ini aku bisa kalah! Tapi, bagaimana caranya mengalahkan Monster gila ini?! Argh...! Sial, sial, sial...!' Ada sedikit rasa putus asa yang menghampiri pikiran Martis. Sebab sudah beberapa kali Martis berhasil melukai Letnan Luki, namun Letnan Luki masih sama saja, letnan Luki terlihat biasa-biasa saja.Mar
Mia meletakkan kedua telapak tangannya di mulut, kemudian berteriak ke arah Martis. Walaupun jarak mereka cukup jauh, dan karena suasana di malam ini sedang hening, jadi suara teriakan Mia itu terdengar sangat jelas oleh Martis.Martis langsung melihat ke arah sumber suara teriakan. Setelah itu Martis mengangkat tangannya dan mengacungkan jempol ke arah Mia. Bibir Martis juga mengukir senyuman manis.Deg, deg, deg...!Tiba-tiba saja detak jantung Martis berdebar sangat kencang.Martis juga merasakan sesuatu yang agak aneh pada tubuhnya. Tubuh Martis terasa sangat hangat dan juga nyaman. Karena merasakan kenyamanan itu, Martis sampai tanpa sadar memejamkan kedua matanya lalu mendongakkan kepalanya ke atas langit.Bam!Dari dalam tanah terdengar suara letusan.Padahal, baru saja pikiran Martis merasa lebih tenang, namun ternyata Letnan Luki yang tadi terkena serangan telak dari angin topan api masih belum juga tumbang.Martis kembali membuka kedua matanya dan menatap tajam ke arah Letna
Martis tidak menyangka kalau Mia justru malah menampar wajahnya.Buk!Namun, Martis juga tidak menyangka kalau Mia malah memeluk tubuhnya setelah tadi menamparnya dengan kuat."Jangan berkata seperti itu lagi..., aku mohon..., Martis..., hiks, hiks, hiks." Air mata Mia akhirnya kuat dan membasahi dada Martis yang sedang ia peluk. Kemudian Martis membalas pelukan Mia seraya mengelus pundaknya. "Maafkan aku, Mia. Aku hanya tidak ingin terjadi sesuatu hal yang buruk menimpa dirimu. Aku tidak mau membahayakan dirimu barang sedikitpun. Tolong Maafkan aku, aku berjanji padamu kalau aku pasti akan baik-baik saja. Aku akan memenangkan pertarungan ini." Tanpa terasa, air mata Martis pun menetes dari kedua matanya.Situasi malam yang memang sedang sunyi, semakin bertambah sunyi ketika semua orang sedang melihat adegan Martis dan Mia yang tengah saling berpelukan."Aku tidak akan memaafkanmu jika kau mengingkari janjimu..., hiks, hiks, hiks." Sambil tersedu, Mia masih belum mau melepaskan peluk
"Apa...?! Cyborg?!" Dengan serempak, Mia dan Dehanru berteriak dengan kedua mata sambil terbelalak. Mia dan Dehanru sangat terkejut."Paman! Jangan bercanda!" seru Mia."Apakah Kak Roki yakin, kalau mereka berdua itu benar-benar Cyborg?" lanjut Dehanru ikut bertanya."Lihatlah bagian tubuh kedua orang itu. Apakah mata kalian tidak dapat melihatnya dengan jelas?" Roki menjawab pertanyaan Mia dan Dehanru, namun tatapannya masih fokus pada Letnan Rei dan Letnan Luki."Seumur hidup ini, aku kira Cyborg itu hanyalah bualan semata. Kalau mereka berdua itu benar-benar Cyborg, bagaimana cara Martis untuk mengalahkannya?" Mengikuti gaya Roki, Dehanru juga memfokuskan penglihatannya ke arah Letnan Rei dan juga Letnan Luki."Tidak mungkin!" Mia masih tidak percaya kalau musuh yang dihadapi oleh Martis adalah Cyborg.Akhirnya, Letnan Luki dan Letnan Rei kembali bergerak. Walaupun gerakan mereka berdua sudah tidak seperti semula, namun tetap saja masih terbilang cepat."Kau akan mati...!" Suara ya
Roki langsung mendekati Reka setelah melihat Reka yang ternyata telah sadarkan diri."Reka, bagaimana keadaanmu? Apakah kau masih merasa lemas? Katakan pada Ayah jika ada sesuatu." Roki langsung berlari ke arah Reka dan menggenggam tangan Reka dengan lembut."Ayah jangan khawatir, aku baik-baik saja kok. Tadi aku hanya kelelahan saja." Reka membalas sentuhan lembut dari ayahnya sambil tersenyum manis.Melihat anaknya yang baik-baik saja, Roki tak sanggup menahan rasa bahagianya. Roki langsung menarik tubuh Reka masuk ke dalam dekapannya."Ayah, aku ini sudah besar tahu...!" Namun Reka malah mengerucutkan bibir dan menggembungkan kedua pipinya saat dipeluk oleh ayahnya."Huft..., kau ini yah! Baru besar sedikit saja sudah tidak mau lagi dipeluk oleh Ayah. Padaha-" Awalnya Roki ingin protes kepada Reka, namun belum sempat ia menyelesaikan ucapannya itu, langsung dipotong oleh Reka."Ayah...! Berhentilah memperlakukanku seperti Anak kecil! Hih...! Sudahlah, aku mau membantu Kak Martis!"
"Ups...!" Reka menutup mulut dengan kedua telapak tangannya ketika melihat Martis yang tubuhnya terpental.Blar...!Blar...!Blar...!Bola-bola api seukuran kepala melesat ke arah Letnan Rei dan juga Letnan Luki.Ternyata Reka berusaha mengalihkan perhatian kedua Cyborg itu dengan cara menembakkan bola-bola api miliknya."Aku juga lawan kalian! Jangan hiraukan aku!" Reka sengaja berteriak agar perhatian Letnan Rei dan Letnan Luki benar-benar teralihkan kepada dirinya. Sebab, kalau Reka tidak berusaha menarik perhatian mereka berdua, maka Martis akan kembali diserang.Dan akhirnya Reka berhasil menarik perhatian kedua Cyborg itu. Tatapan kedua Cyborg itu pun akhirnya mengarah kepada Reka. Setelah itu, Reka lah yang akan menjadi sasaran serangan Mereka berdua."Gawat!" Melihat kedua lawannya yang menuju ke arah Reka, Martis langsung cepat-cepat bangkit dan berlari untuk mendekati Reka.Martis tahu persis bagaimana kekuatan kedua musuhnya ini. Jadi, bisa dipastikan Reka tidak akan sanggu
Martis memperhatikan Reka yang nampaknya seperti kelelahan. Nafas Reka terengah-engah setelah menggunakan teknik baru miliknya tadi.Sebenarnya Martis ingin mendekati Reka dan melihat keadaannya, namun Letnan Luki tidak memberinya kesempatan untuk berpaling. Letnan Luki terus menyerang Martis.'Luar biasa!' Reka menatap kedua telapak tangannya seraya tersenyum. Rasa lelah yang Reka rasakan masih kalah besarnya dengan rasa senang yang tengah ia rasakan saat ini. Reka merasa sangat senang karena ia berhasil menggunakan teknik sinar laser itu dan juga berhasil membantu Martis mengalahkan satu musuhnya.Tring!"Kalahkan Cyborg yang tersisa, maka tugas berhasil diselesaikan." Satu pemberitahuan lagi muncul pada tampilan sistem milik Reka."Yosh...! Ayo Reka, kau pasti bisa! Hanya satu lagi!" Sambil menepuk-nepuk pelan kedua pipinya sendiri, Reka juga menyemangati dirinya sendiri. Reka terlihat sangat percaya diri setelah mengalahkan Letnan Rei tadi.Bam!Bugh..., boom!Martis berhasil memu
Ternyata Reka belum tahu tentang ramuan pemulih yang Martis katakan. Martis pikir, Reka sudah tahu kalau sistem yang ia miliki itu bisa membeli ramuan pemulih dan juga ramuan penyembuh. Bahkan, masih banyak jenis-jenis ramuan yang lainnya lagi. Martis langsung memiliki niat untuk menjelaskan detailnya lebih jelas lagi kepada Reka nanti, setelah pertarungan ini benar-benar telah usai dan berhasil mereka menangkan. Sebab, semakin Reka mengerti tentang sistem maka akan sangat membantu Martis juga ke depannya nanti."Apa kau benar-benar tidak tahu tentang ramuan pemulih?" Kedua alis Martis langsung mengernyit saat menatap Reka."Kalau aku tahu, untuk apa aku bertanya padamu?" Dengan menghendikkan kedua bahunya, Reka menjawab pertanyaan Martis dengan ekspresi wajah tanpa rasa bersalah.Plak!Terdengar suara Martis yang menepuk keningnya sendiri."Astaga...! Aku kira kau sudah tahu! Semua anggota Herupa itu aku berikan ramuan pemulih dan ramuan penyembuh yang aku dapatkan dari sistem. Coba