Beranda / Romansa / Pengawalku, Ayah Anakku / BAB 2: Bujukan Veronica

Share

BAB 2: Bujukan Veronica

Penulis: Hamster Kripsi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Mata Edward membulat terkejut, sontak memundurkan tubuhnya dan melepaskan cengkeraman Veronica dari kerah kemeja yang dikenakannya. Dia memandang tak percaya pada nyonyanya.

“A-apa yang Nyonya katakan? Jangan berbicara sembarang, Nyonya!” ucap Edward gugup, ada semburat kemerahan yang tampak di wajahnya. “Nyonya bisa dalam masalah jika ada orang yang mendengar dan melaporkan ucapan Nyonya barusan pada Tuan.”

Edward menggaruk tengkuknya yang tak gatal, pandangannya bergerak tak fokus ke arah lain dan seolah menghindari tatapan Veronica.

Berbeda dengan Edward yang tampak gelisah tak jelas, Veronica sendiri tampak sangat yakin dan mantap. Dia tak terlihat seperti orang yang salah berucap atau menyesali apa yang diucapkannya.

“Aku bersungguh-sungguh, Ed. Hamili aku!” ucap Veronica mengulang permintaannya, kali ini berhasil membuat Edward kembali fokus menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.

“Saya akan pergi, tugas saya telah selesai,” tukas Edward. Tangannya bergerak cepat membereskan kotak obat dan membawanya.

Saat Edward hendak melangkah pergi, tangannya langsung ditarik dan ditahan oleh Veronica membuat Edward sontak menoleh. Wanita itu berlutut di hadapan Edward, membuatnya sontak kelabakan sendiri dan berusaha membuat Veronica bangkit.

“Apa yang Anda lakukan Nyonya!” ucap Edward panik. “Jangan seperti ini, Nyonya.”

“Aku mohon, aku mohon. Aku tidak tahu lagi harus meminta bantuan pada siapa,” mohon Veronica. Dia bahkan rela berlutut dan menghilangkan harga dirinya di depan pengawalnya sendiri. “Pernikahanku berada di ujung tanduk. Kalau dalam satu bulan aku tidak bisa hamil ... Victor akan menceraikanku.”

Tubuh Edward menegang.

Sejauh ini, dia telah puluhan kali mendengar nyonyanya di pukul atau bahkan pertengkaran antara Victor dan Veronica. Namun tak pernah dia mendengar keduanya membahas masalah perceraian, apalagi keluarga Hayden terkenal anti dalam perceraian.

“Lalu mengapa harus meminta bantuan pada saya, Nyonya? Anda bisa berusaha lebih keras bersama Tuan, barangkali akan membuahkan hasil,” ucap Edward sedikit frontal.

Dia masih tak mengerti dengan jalan pikiran nyonyanya. Meminta untuk dihamili olehnya? Lawakan macam apa itu.

Veronica menggeleng lemah. “Mustahil. Aku tidak akan pernah bisa mengandung anak Victor, apalagi dalam waktu satu bulan. Tidak ada cara lain selain menggunakan benih orang lain. Aku benar-benar tidak ingin bercerai dengan Victor.”

Kening Edward mengernyit hingga menampilkan kerutan halus, kedua alisnya saling bertautan. “Lantas mengapa harus saya, Nyonya? Anda bisa mendatangi bank sperma dan meminta bantuan mereka. Anda pasti akan lebih mudah mendapatkannya,” usul Edward.

Menurutnya jika memang ingin mencari cara cepat dengan memakai benih orang lain, Veronica dapat mengambilnya dari bank sperma. Di sana dia bisa mendapatkannya dengan mudah.

Namun usul Edward ditolak mentah-mentah oleh Veronica, dia menghela napas panjang dan memperbaiki posisi duduknya. “Aku tidak mungkin melakukan hal memalukan itu. Orang-orang akan mengenaliku dan media pasti akan dengan cepat menyebarkan berita jika sampai hal itu beber di publik.”

Kedua mata mereka saling bertemu dan mengunci. “Apa yang akan orang katakan jika mendengar berita seorang Veronica Stark, model terkenal yang selama ini dikenal dengan pernikahannya yang harmonis tiba-tiba mendatangi tempat seperti itu? Terlebih ... aku tidak akan bisa membayangkan apa yang akan Victor lakukan jika mengetahuinya.”

Untuk sejenak Edward dibuat mematung kala menatap kedua netra cokelat milik Veronica, ada kehampaan dan keputusasaan yang jelas terlihat di kedua matanya.

“Mengapa harus saya?” tanya Edward tiba-tiba. “Anda bisa mendatangi club dan berkencan satu malam dengan pria asing di sana. Kenapa harus saya dari sekian banyak pilihan?”

Edward mengusap wajahnya kasar, menarik napas dan menghela dengan kasar. Dia tampak sangat frustrasi mendengar semua ide Veronica yang menurutnya sangat gila. Matanya terus menatap penuh selidik pada Veronica.

“Aku tidak bisa melakukan hal seceroboh itu, Ed.” Suara Veronica terdengar sangat putus asa, dia berdiri dan berjalan bolak-balik di sekitar kamarnya. Panik, cemas, putus asa, semuanya bercampur aduk di dalam kepalanya.

Veronica mulai merasakan kepalanya semakin pening dan berat, luka yang belum sembuh ditambah beban pikiran membuat kepalanya ingin pecah sekarang.

“Genetik. Victor pasti akan sangat memperhatikan anak itu, seluruh dunia juga akan berpusat pada anak itu nantinya. Apa yang akan orang katakan jika mereka menemukan adanya perbedaan fisik antara anakku dan Victor nanti?” ucap Veronica lagi.

“Ditambah aku tidak bisa percaya pada orang lain. Hanya kamu satu-satunya orang yang dapat kupercaya sekarang. Aku percaya kamu tidak akan membeberkan hal ini pada orang lain,” tambahnya. “Menggunakan orang lain akan sangat berisiko.”

Veronica kembali menatap lekat Edward, mengambil kedua tangannya dan menggenggam tangan yang lebih besar dari miliknya itu. Veronica melemparkan tatapan memohon, membuat Edward semakin goyah dan tak tega melihatnya.

“Kumohon ... tolong aku. Hanya kamu yang dapat melakukannya,” pinta Veronica dengan nada memelas.

“Saya ... “

Edward bingung. Dia tak tahu harus bagaimana menyikapi permintaan tak masuk akal dari Veronica ini. Di satu sisi dia merasa kasihan dengan majikannya, tetapi di sisi lain dia ragu.

“Ini salah, Nyonya,” ucap Edward menyuarakan keresahan hatinya. “Saya adalah pengawal Nyonya, tidak sepantasnya Nyonya meminta hal ini pada saya.”

“Aku mohon,” gumam Veronica lirih.

“Apa yang akan menjamin jika Nyonya akan hamil setelah melakukannya dengan saya? Bagaimana jika hasilnya sama juga?”

Veronica menunduk, tangannya terkepal. “Tidak. Aku yakin pasti cara ini akan berhasil. Kumohon, bukankah setidaknya kita harus mencoba semua cara yang memiliki kemungkinan?”

Edward yang dilanda kebingungan serasa ikut pening, dia memilih berbalik dan melanjutkan langkahnya untuk meninggalkan Veronica. Saat dia hendak membuka pintu, Veronica kembali memegang tangannya.

Kali ini wanita itu lebih berani, dia bahkan memeluk tubuh Edward dari belakang. Membuat tubuh Edward menegang seketika, tanpa sadar menahan napasnya. “A-apa yang Nyonya lakukan,” ucap Edward terbata-bata.

Bukannya melepaskan, Veronica malah semakin mengeratkan pelukan mereka dan melingkarkan tangannya di pinggang Edward dengan tak tahu malu. Tak lagi memikirkan status mereka sebagai atasan dan pengawal.

“Jika kamu setuju dengan permintaanku, datanglah malam ini ke paviliunku. Aku akan menunggumu, kebetulan hari ini adalah masa suburku,” bisik Veronica, tepat di telinga Edward.

Napasnya hangat menyapu langsung kulit pria itu, membuat tubuh Edward meremang dan semakin tegang. Tubuhnya mendadak kaku.

“Kumohon agar kamu mau untuk membantuku, Ed,” bisik Veronica semakin menjadi-jadi dan gencar.

“N-nyonya ... “

Tangan Veronica bergerak nakal dan tak tahu malu, menyusuri leher Edward. Wanita itu tahu, hanya dari reaksi tubuh Edward dia bisa menebak bahwa lehernya adalah bagian sensitif pria itu. Jadi dengan sengaja dia memberikan rangsangan pada leher Edward.

Tak tahu malu memang, tetapi Veronica telah melepaskan semua rasa malunya sejak meminta Edward untuk menyetujui ide gilanya. Dia harus bisa hamil, bagaimana pun caranya.

“Cukup.” Edward mendorong Veronica menjauh dengan sopan, jika lebih lama dari ini dia tak akan bisa menahan diri lagi. “Saya pergi dulu, Nyonya.”

“Sebelum kamu pergi, aku ingin mengatakan satu hal,” ucap Veronica serius. “Aku mencintaimu. Aku akan menunggumu malam ini.”

**

Bab terkait

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 3: Malam Panas Bersama Edward

    “Aku mencintaimu.” Ucapan Veronica terus terngiang-ngiang memenuhi kepala Edward, apalagi dia masih dapat mengingat jelas suara majikannya yang terdengar ... menggoda. Edward mengacak-acak rambutnya frustrasi. Dia mengambil gelas di atas meja, menyeruput isinya hingga tandas tak tersisa. Tak cukup sampai di situ, Edward meraih botol alkohol di atas meja dan meneguknya dengan asal-asalan, bahkan menetas membasahi pakaiannya. Edward menatap jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas malam, matanya melirik keluar dari jendela kamarnya yang langsung berhadapan dengan paviliun Veronica. Kamarnya memang sengaja tak jauh dari paviliun karena tugasnya sebagai pengawal Veronica. Dia bisa melihat lampu bangunan itu menyala, seolah memang sengaja dinyalakan untuk memberikan tanda padanya. “Sial!” maki Edward. “Tidak pernah kubayangkan aku akan selemah ini hanya karena wanita.” Pada akhirnya dia berjalan keluar dari kamar, menuju paviliun seperti undangan Veronica siang tadi. Beberapa kali

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 4: Isi Kontrak

    Edward terbangun, merasakan kepalanya pusing dan berat akibat terlalu banyak meneguk alkohol semalam. Beberapa kali ia mengerjapkan matanya untuk menormalkan penglihatannya. Ia menatap sekeliling kamar, menatap asing dengan ruangan tempatnya terbangun.“Tunggu, bukankah ini paviliun Nyonya?” gumam Edward menyadari di mana dia berada.Kepalanya berusaha mengingat kejadian semalam yang membuatnya berakhir tertidur di ranjang ini, ranjang sang Nyonya. Kesadarannya perlahan mulai pulih dan mengingat jelas apa yang dilakukannya.Dia mendatangi paviliun ini dengan keadaan sadar, menyetujui kontrak yang diajukan oleh nyonyanya dan mereka ... melakukan kegiatan itu. Wajah Edward memanas mengingat kejadian semalam, betapa dia sangat menikmati sentuhan Veronica yang lebih mendominasi.Majikannya itu benar-benar ahli dalam urusan ranjang, bahkan Veronica lah yang beberapa kali memimpin permainan mereka dan membuatnya puas.“Sial,” umpat Edward menyadari bagian bawahnya kembali terbangun saat mem

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 5: Perkelahian Victor dan Edward

    “Sial, apa lagi yang bajingan itu perbuat pada Nyonya!”Edward langsung berlari meninggalkan pelayan yang berdiri di depan kamarnya, berlari sekencang yang dia bisa menuju rumah utama. Bahkan dia melupakan cara bernapas selama berlari, yang ada di pikirannya hanyalah keadaan Veronica. Ia tak lagi memikirkan kemungkinan alasan perkelahian majikannya adalah karena dirinya.Begitu memasuki rumah utama Edward bisa mendengar suara bentakan dan teriakan Victor, majikan laki-lakinya. Dia melihat Veronica sudah terkulai tak berdaya di atas lantai, darah bahkan berceceran di sekitar lantai.Bisa Edward pastikan kalau darah itu adalah milik Veronica.“Siapa yang menyuruhmu kemari?! Pergi!” usir Victor marah melihat kedatangan Edward yang tak diundang.Dari jauh tampan beberapa pelayan bersembunyi, merasa kasihan dengan nyonya mereka tetapi mereka sendiri pun tak memiliki kuasa yang cukup besar untuk membantu Veronica.“Apa yang Anda lakukan pada Nyonya, Tuan?!”Edward menatap tajam dan marah pa

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 6: Hasil Pemeriksaan Veronica

    “Nyonya, dokter datang untuk mengecek kondisi Nyonya.”Veronica yang tengah melamun tersentak pelan kala pintu kamarnya diketuk dan dibuka seperkian detik kemudian, menampilkan kepala pelayan datang bersama seorang wanita memakai jas putih.“Selamat pagi Nyonya Stark,” sapa dokter tersebut ramah, menghampiri Veronica dan meletakkan tasnya di atas ranjang. “Bagaimana perasaan Anda hari ini?”Veronica menyunggingkan senyum ramah. “Pagi. Hari ini saya sudah merasa sangat segar, tapi sejak pagi tadi saya merasa perut saya kurang enak,” ucap Veronica menceritakan jujur keadaannya.Sudah seminggu lewat sejak kejadian di mana dirinya hampir mati karena ulah Victor, hal itu membuatnya bahkan tak bisa bangkit dari ranjang hingga tiga hari. Hingga hari ini pun Veronica masih merasa sakit di beberapa bagian tubuhnya, dan lebam-lebam yang membekas membuatnya tak dapat keluar dari rumah.Seminggu ini Veronica merasa layaknya burung di dalam sangkar emas, semua kebutuhannya terpenuhi tetapi pergera

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 7: Reaksi Edward dan Victor

    “T-tunggu ... apa maksud Nyonya?”Mendengar berita yang disampaikan oleh Veronica dengan wajah semringah membuat tubuh Edward mematung, ia tak tahu harus berekspresi bagaimana dalam menanggapi berita kali ini.“Aku akhirnya hamil, Ed!” pekik Veronica kegirangan. “Hal yang aku tunggu-tunggu akhirnya datang! Semua ini pasti karena hasil dari malam panas itu.”Wajah Veronica merona malu-malu mengatakan hal tersebut, mengingat betapa panasnya kegiatan yang mereka lewati sepanjang malam. Ia bahkan tak menyangkal untuk mengatakan bahwa Edward benar-benar mampu memuaskannya.Lebih dari Victor selama ini.“Ed? Apa kamu tidak senang mendengar berita ini?” tanya Veronica, menatap bingung pada Edward yang hanya diam tanpa reaksi. Pria itu termenung, wajahnya tampak sedang berpikir berat.Edward tersentak. Dia jelas lebih dari sekadar senang, dia sangat bahagia mendengar berita tersebut.Edward bingung ingin mengekspresikan perasaan bahagianya dengan cara apa. Jika saja berita ini datang dari kek

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 8: Perasaan Veronica

    “Kamu mau ke mana lagi?”Veronica menatap bingung melihat suaminya, bukannya berganti pakaian menjadi santai pria itu malah keluar dari kamar ganti dengan pakaian rapi dan bergaya kasual. Aroma parfum tercium menyeruak dari pakaiannya.Langkah Victor terhenti, ia menatap datar pada istrinya. Tak ada sedikit pun siratan kasih sayang yang terbesit di balik tatapannya.“Jangan ikut campur urusanku. Lebih baik beristirahat dan jaga kandunganmu baik-baik. Ingat kalau bayi yang kamu kandung itu adalah penyelamatmu,” ucap Victor dingin. “Kalau saja terjadi sesuatu pada bayi itu, aku tidak akan melepaskanmu.”Tubuh Veronica menegang, menatap Victor yang benar-benar meninggalkannya dengan dingin. Pria itu bahkan enggan berbalik sejenak menatapnya atau menanyakan hal yang dia butuhkan.Bukankah ibu hamil lainnya biasa sangat disayangi dan dimanja oleh suaminya?Lantas mengapa Veronica tak merasakan hal itu sedikit pun dari Victor, suaminya?Veronica berdesis sinis. “Kamu pasti pergi menemui pel

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 9: Paksaan Victor

    Suara ketukan membuat tidur Veronica terganggu, ia mengerjapkan matanya beberapa kali dan memulihkan kesadarannya. Veronica merasakan perutnya berat, membuatnya menoleh dan seketika membulatkan mata menyadari jika semalaman ia tertidur di dalam pelukan Edward.Tangan pengawalnya lagi-lagi dengan lancang memeluk pinggangnya bahkan terus berada di perutnya sepanjang malam. Veronica mengingat jika semalam dialah yang memberikan kode pada Edward untuk mendatanginya ke paviliun dan meminta pria itu untuk mengelus perutnya hingga berakhir tertidur bersama kembali. Bedanya, kali ini mereka tidaklah melakukan hal aneh. Murni hanya tertidur bersama. “Nyonya? Apa Anda baik-baik saja di dalam?” Suara kepala pelayannya yang terdengar setengah berteriak membuat Veronica seketika sadar dan bangkit dengan hati-hati dari ranjangnya. Edward yang juga merasa tidurnya terganggu pun terbangun dan langsung menyadari situasi yang menimpa mereka. “Ya, aku baik-baik saja Emily!” sahut Veronica sedikit b

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 10: Kediaman Hayden

    “Perbaiki sikapmu! Jangan sampai ayah curiga pada hubungan kita!” peringat Victor disertai tatapan tajam yang mengancam.Veronica menghela napas panjang mengangguk pelan dan melangkahkan kakinya keluar dari mobil. Tatapan tajam pria itu seketika menghilang tergantikan dengan tatapan hangat dan senyum manis yang palsu. Victor membantu Veronica untuk turun dari mobil dan langsung memeluk pinggang istrinya.Bagi Veronica, berakting di hadapan mertuanya adalah hal yang sangat mudah. Selama bertahun-tahun pernikahan mereka, selama itu pula Veronica selalu harus berakting ketika bertemu dengan mertuanya. Berpura-pura layaknya istri dan pasangan yang ideal bersama Victor.Seolah-olah rumah tangga mereka baik-baik saja dan sangat harmonis seperti yang selama ini terlihat di publik.Keduanya berjalan bersama memasuki sebuah rumah mewah yang lebih mewah jika dibandingkan dengan kediaman milik Victor. Gaya berkelas dan anggun terlihat jelas menyapu bangunan itu, seolah bangunan itu telah digunak

Bab terbaru

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 11: Pertemuan Rahasia Edward

    Edward sedang duduk berhadapan dengan seorang perempuan berpakaian formal di sebuah kafe yang lumayan sepi, keduanya bahkan memilih meja yang berada di paling pojok, paling jauh dari jangkauan pandangan orang-orang.“Lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu?” tanya perempuan itu, wajahnya sama sekali tak menunjukkan tanda kerinduan atau senang layaknya teman lama yang bertemu kembali setelah sekian lama.Justru tatapan tajam dan wajah datar lah yang saling mereka lemparkan satu sama lain, membuat mereka lebih pantas disebut bermusuhan.“Aku tahu kamu datang ke sini bukan untuk berbasa-basi omong kosong seperti itu, jadi katakanlah dengan cepat apa maumu, An. Aku tidak punya banyak waktu,” ucap Edward dingin.Anne, wanita yang duduk bersama Edward itu mendengus sinis, ia memperbaiki posisi duduknya menjadi lebih tegap dan menautkan jari-jarinya di atas meja. “Ternyata sifatmu sama sekali tak berubah, ya.”Edward menatap semakin tajam pada Anne, membuat Anne terkekeh geli dan berdehem pela

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 10: Kediaman Hayden

    “Perbaiki sikapmu! Jangan sampai ayah curiga pada hubungan kita!” peringat Victor disertai tatapan tajam yang mengancam.Veronica menghela napas panjang mengangguk pelan dan melangkahkan kakinya keluar dari mobil. Tatapan tajam pria itu seketika menghilang tergantikan dengan tatapan hangat dan senyum manis yang palsu. Victor membantu Veronica untuk turun dari mobil dan langsung memeluk pinggang istrinya.Bagi Veronica, berakting di hadapan mertuanya adalah hal yang sangat mudah. Selama bertahun-tahun pernikahan mereka, selama itu pula Veronica selalu harus berakting ketika bertemu dengan mertuanya. Berpura-pura layaknya istri dan pasangan yang ideal bersama Victor.Seolah-olah rumah tangga mereka baik-baik saja dan sangat harmonis seperti yang selama ini terlihat di publik.Keduanya berjalan bersama memasuki sebuah rumah mewah yang lebih mewah jika dibandingkan dengan kediaman milik Victor. Gaya berkelas dan anggun terlihat jelas menyapu bangunan itu, seolah bangunan itu telah digunak

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 9: Paksaan Victor

    Suara ketukan membuat tidur Veronica terganggu, ia mengerjapkan matanya beberapa kali dan memulihkan kesadarannya. Veronica merasakan perutnya berat, membuatnya menoleh dan seketika membulatkan mata menyadari jika semalaman ia tertidur di dalam pelukan Edward.Tangan pengawalnya lagi-lagi dengan lancang memeluk pinggangnya bahkan terus berada di perutnya sepanjang malam. Veronica mengingat jika semalam dialah yang memberikan kode pada Edward untuk mendatanginya ke paviliun dan meminta pria itu untuk mengelus perutnya hingga berakhir tertidur bersama kembali. Bedanya, kali ini mereka tidaklah melakukan hal aneh. Murni hanya tertidur bersama. “Nyonya? Apa Anda baik-baik saja di dalam?” Suara kepala pelayannya yang terdengar setengah berteriak membuat Veronica seketika sadar dan bangkit dengan hati-hati dari ranjangnya. Edward yang juga merasa tidurnya terganggu pun terbangun dan langsung menyadari situasi yang menimpa mereka. “Ya, aku baik-baik saja Emily!” sahut Veronica sedikit b

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 8: Perasaan Veronica

    “Kamu mau ke mana lagi?”Veronica menatap bingung melihat suaminya, bukannya berganti pakaian menjadi santai pria itu malah keluar dari kamar ganti dengan pakaian rapi dan bergaya kasual. Aroma parfum tercium menyeruak dari pakaiannya.Langkah Victor terhenti, ia menatap datar pada istrinya. Tak ada sedikit pun siratan kasih sayang yang terbesit di balik tatapannya.“Jangan ikut campur urusanku. Lebih baik beristirahat dan jaga kandunganmu baik-baik. Ingat kalau bayi yang kamu kandung itu adalah penyelamatmu,” ucap Victor dingin. “Kalau saja terjadi sesuatu pada bayi itu, aku tidak akan melepaskanmu.”Tubuh Veronica menegang, menatap Victor yang benar-benar meninggalkannya dengan dingin. Pria itu bahkan enggan berbalik sejenak menatapnya atau menanyakan hal yang dia butuhkan.Bukankah ibu hamil lainnya biasa sangat disayangi dan dimanja oleh suaminya?Lantas mengapa Veronica tak merasakan hal itu sedikit pun dari Victor, suaminya?Veronica berdesis sinis. “Kamu pasti pergi menemui pel

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 7: Reaksi Edward dan Victor

    “T-tunggu ... apa maksud Nyonya?”Mendengar berita yang disampaikan oleh Veronica dengan wajah semringah membuat tubuh Edward mematung, ia tak tahu harus berekspresi bagaimana dalam menanggapi berita kali ini.“Aku akhirnya hamil, Ed!” pekik Veronica kegirangan. “Hal yang aku tunggu-tunggu akhirnya datang! Semua ini pasti karena hasil dari malam panas itu.”Wajah Veronica merona malu-malu mengatakan hal tersebut, mengingat betapa panasnya kegiatan yang mereka lewati sepanjang malam. Ia bahkan tak menyangkal untuk mengatakan bahwa Edward benar-benar mampu memuaskannya.Lebih dari Victor selama ini.“Ed? Apa kamu tidak senang mendengar berita ini?” tanya Veronica, menatap bingung pada Edward yang hanya diam tanpa reaksi. Pria itu termenung, wajahnya tampak sedang berpikir berat.Edward tersentak. Dia jelas lebih dari sekadar senang, dia sangat bahagia mendengar berita tersebut.Edward bingung ingin mengekspresikan perasaan bahagianya dengan cara apa. Jika saja berita ini datang dari kek

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 6: Hasil Pemeriksaan Veronica

    “Nyonya, dokter datang untuk mengecek kondisi Nyonya.”Veronica yang tengah melamun tersentak pelan kala pintu kamarnya diketuk dan dibuka seperkian detik kemudian, menampilkan kepala pelayan datang bersama seorang wanita memakai jas putih.“Selamat pagi Nyonya Stark,” sapa dokter tersebut ramah, menghampiri Veronica dan meletakkan tasnya di atas ranjang. “Bagaimana perasaan Anda hari ini?”Veronica menyunggingkan senyum ramah. “Pagi. Hari ini saya sudah merasa sangat segar, tapi sejak pagi tadi saya merasa perut saya kurang enak,” ucap Veronica menceritakan jujur keadaannya.Sudah seminggu lewat sejak kejadian di mana dirinya hampir mati karena ulah Victor, hal itu membuatnya bahkan tak bisa bangkit dari ranjang hingga tiga hari. Hingga hari ini pun Veronica masih merasa sakit di beberapa bagian tubuhnya, dan lebam-lebam yang membekas membuatnya tak dapat keluar dari rumah.Seminggu ini Veronica merasa layaknya burung di dalam sangkar emas, semua kebutuhannya terpenuhi tetapi pergera

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 5: Perkelahian Victor dan Edward

    “Sial, apa lagi yang bajingan itu perbuat pada Nyonya!”Edward langsung berlari meninggalkan pelayan yang berdiri di depan kamarnya, berlari sekencang yang dia bisa menuju rumah utama. Bahkan dia melupakan cara bernapas selama berlari, yang ada di pikirannya hanyalah keadaan Veronica. Ia tak lagi memikirkan kemungkinan alasan perkelahian majikannya adalah karena dirinya.Begitu memasuki rumah utama Edward bisa mendengar suara bentakan dan teriakan Victor, majikan laki-lakinya. Dia melihat Veronica sudah terkulai tak berdaya di atas lantai, darah bahkan berceceran di sekitar lantai.Bisa Edward pastikan kalau darah itu adalah milik Veronica.“Siapa yang menyuruhmu kemari?! Pergi!” usir Victor marah melihat kedatangan Edward yang tak diundang.Dari jauh tampan beberapa pelayan bersembunyi, merasa kasihan dengan nyonya mereka tetapi mereka sendiri pun tak memiliki kuasa yang cukup besar untuk membantu Veronica.“Apa yang Anda lakukan pada Nyonya, Tuan?!”Edward menatap tajam dan marah pa

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 4: Isi Kontrak

    Edward terbangun, merasakan kepalanya pusing dan berat akibat terlalu banyak meneguk alkohol semalam. Beberapa kali ia mengerjapkan matanya untuk menormalkan penglihatannya. Ia menatap sekeliling kamar, menatap asing dengan ruangan tempatnya terbangun.“Tunggu, bukankah ini paviliun Nyonya?” gumam Edward menyadari di mana dia berada.Kepalanya berusaha mengingat kejadian semalam yang membuatnya berakhir tertidur di ranjang ini, ranjang sang Nyonya. Kesadarannya perlahan mulai pulih dan mengingat jelas apa yang dilakukannya.Dia mendatangi paviliun ini dengan keadaan sadar, menyetujui kontrak yang diajukan oleh nyonyanya dan mereka ... melakukan kegiatan itu. Wajah Edward memanas mengingat kejadian semalam, betapa dia sangat menikmati sentuhan Veronica yang lebih mendominasi.Majikannya itu benar-benar ahli dalam urusan ranjang, bahkan Veronica lah yang beberapa kali memimpin permainan mereka dan membuatnya puas.“Sial,” umpat Edward menyadari bagian bawahnya kembali terbangun saat mem

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 3: Malam Panas Bersama Edward

    “Aku mencintaimu.” Ucapan Veronica terus terngiang-ngiang memenuhi kepala Edward, apalagi dia masih dapat mengingat jelas suara majikannya yang terdengar ... menggoda. Edward mengacak-acak rambutnya frustrasi. Dia mengambil gelas di atas meja, menyeruput isinya hingga tandas tak tersisa. Tak cukup sampai di situ, Edward meraih botol alkohol di atas meja dan meneguknya dengan asal-asalan, bahkan menetas membasahi pakaiannya. Edward menatap jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas malam, matanya melirik keluar dari jendela kamarnya yang langsung berhadapan dengan paviliun Veronica. Kamarnya memang sengaja tak jauh dari paviliun karena tugasnya sebagai pengawal Veronica. Dia bisa melihat lampu bangunan itu menyala, seolah memang sengaja dinyalakan untuk memberikan tanda padanya. “Sial!” maki Edward. “Tidak pernah kubayangkan aku akan selemah ini hanya karena wanita.” Pada akhirnya dia berjalan keluar dari kamar, menuju paviliun seperti undangan Veronica siang tadi. Beberapa kali

DMCA.com Protection Status