Home / Romansa / Pengawalku, Ayah Anakku / BAB 6: Hasil Pemeriksaan Veronica

Share

BAB 6: Hasil Pemeriksaan Veronica

Author: Hamster Kripsi
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Nyonya, dokter datang untuk mengecek kondisi Nyonya.”

Veronica yang tengah melamun tersentak pelan kala pintu kamarnya diketuk dan dibuka seperkian detik kemudian, menampilkan kepala pelayan datang bersama seorang wanita memakai jas putih.

“Selamat pagi Nyonya Stark,” sapa dokter tersebut ramah, menghampiri Veronica dan meletakkan tasnya di atas ranjang. “Bagaimana perasaan Anda hari ini?”

Veronica menyunggingkan senyum ramah. “Pagi. Hari ini saya sudah merasa sangat segar, tapi sejak pagi tadi saya merasa perut saya kurang enak,” ucap Veronica menceritakan jujur keadaannya.

Sudah seminggu lewat sejak kejadian di mana dirinya hampir mati karena ulah Victor, hal itu membuatnya bahkan tak bisa bangkit dari ranjang hingga tiga hari. Hingga hari ini pun Veronica masih merasa sakit di beberapa bagian tubuhnya, dan lebam-lebam yang membekas membuatnya tak dapat keluar dari rumah.

Seminggu ini Veronica merasa layaknya burung di dalam sangkar emas, semua kebutuhannya terpenuhi tetapi pergerakan Veronica sangat dibatasi. Bahkan saat ingin berjalan-jalan di halaman rumahnya sendiri pun dia harus was-was.

“Silakan berbaring dulu, saya akan memulai pemeriksaan hari ini,” pinta dokter tersebut, membuka tasnya dan mengeluarkan stetoskop dari dalam.

Veronica mengangguk patuh, mengubah posisinya menjadi berbaring. Entah mengapa ada perasaan gugup yang tiba-tiba saja menderanya, membuat Veronica bergerak tak tenang.

Hal itu dapat ditangkap oleh dokter yang memeriksanya, membuatnya tersenyum dan berkata, “Tolong lebih rileks lagi, Nyonya. Pemeriksaan saya mungkin akan tidak akurat jika Anda tidak tenang.”

Mendengarnya ditegur membuat Veronica meringis dan mengangguk pelan, ia menarik napas beberapa kali dan mencoba menenangkan dirinya. Dokter pun kembali memulai serangkaian pemeriksaannya pada Veronica, mulai dari mengecek tensi, dan memberikan suntikan vitamin padanya.

Sepanjang memeriksa wanita itu tampak tersenyum aneh, membuat Veronica yang melihatnya merasa ganjil. Usai menyelesaikan pemeriksaannya, dokter tersebut langsung membereskan kembali peralatannya.

“Bagaimana hasilnya? Apa mungkin aku terkena magh sehingga tiba-tiba merasa tidak nyaman pada perutku? Atau mungkin ... terdapat penyakit serius?” tanya Veronica gusar.

Sebelum-sebelumnya Veronica tak pernah merasakan hal ini, tetapi pagi tadi dia tiba-tiba saja terbangun dan memuntahkan seluruh isi perutnya. Veronica juga merasa tak nyaman pada perutnya, membuat Veronica heran.

Apa mungkin ini adalah efek jangka panjang dari salah satu ulah Victor saat memukulnya?

Bisa saja saat Victor memukulnya dulu, pukulan itu tak sengaja melukai salah satu bagian atau organ di dalam perutnya, tetapi rasa sakit itu baru terdeteksi sekarang.

Membayangkan semua ketakutan-ketakutan itu membuat Veronica meringis kecil, menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menghalau pikiran negatif itu.

Namun, bukannya menjawab dokter tersebut malah tersenyum semakin lebar dan merogoh tasnya. Ia menyodorkan sebuah alat tes kehamilan pada Veronica, membuat Veronica mengernyitkan kening bingung.

“Hari ini Nyonya bisa mengecek dengan menggunakan alat itu dulu, kemudian agar semakin yakin dengan hasilnya Nyonya bisa membuat janji dengan dokter spesialis kandungan setelahnya,” pesan dokter tersebut.

Veronica terdiam.

Matanya kemudian membulat terkejut menyadari maksud dari ucapan dokter tersebut, dia tak kuasa menahan diri untuk tak tersenyum senang.

“Apakah itu benar? Apakah Anda benar-benar berkata bahwa ... saya hamil?” tanya Veronica girang, penuh antusias.

“Saya tidak ingin memberikan harapan pada Nyonya, tetapi kemungkinan besarnya dari pemeriksaan saya tadi seperti itu. Anda bisa memastikannya dengan menggunakan alat tes kehamilan itu dan membuat janji dengan dokter kandungan seperti kata saya tadi,” ulang dokter tersebut ikut tersenyum.

Sebagai dokter pribadi keluarga Hayden dan telah menangani Veronica sejak berstatus sebagai nyonya di rumah keluarga Hayden, dia sangat mengetahui bagaimana perjuangan Veronica yang sangat menanti kehadiran keturunan selama ini.

Selama ini pun dia juga lah yang memberikan berbagai saran dokter spesialis kandungan dan program kehamilan yang dapat dijalankan oleh Veronica, tetapi selama ini pun juga tak pernah membuahkan hasil.

Saking bahagianya, Veronica bangkit dari ranjang dan langsung memeluk tubuh dokter tersebut dengan erat. “Terima kasih, terima kasih,” ulang Veronica lirih. “Terima kasih telah menyampaikan berita baik ini pada saya.”

“Saya hanya melakukan tugas saya, Nyonya. Saya juga ikut senang jika berita ini benar-benar sesuai dengan prediksi saya.” Wanita itu bangkit menenteng tasnya. “Saya permisi dulu Nyonya. Tugas saya telah selesai.”

Veronica mengangguk dengan senyum yang tak kunjung pudar. Matanya memandang punggung wanita itu dengan nanar, saat dokter tersebut hendak keluar dari kamarnya, dia kembali memanggilnya membuat wanita itu berhenti dan kembali menoleh.

“Saya berharap dokter tidak memberitahu hal ini dulu pada suami saya,” mohon Veronica, dia sangat tahu jika segala hasil pemeriksaannya pasti akan langsung dilaporkan pada Victor.

Wanita itu tampak terdiam ragu, membuat Veronica mengulum bibirnya dan berdehem pelan.

“Seperti yang dokter katakan tadi, kehamilan ini belum pasti. Jadi saya tidak ingin memberikan harapan palsu pada suami saya, saya ingin memastikan hal ini dulu,” ucap Veronica beralasan.

Mendengar alasan Veronica yang cukup masuk akal membuat dokter itu mengangguk mengerti dan mengiyakan permintaan Veronica. Dia berjanji tak akan memberitahu Victor kabar ini dan hanya akan melaporkan hal-hal seperti biasa saja mengenai kesehatan Veronica.

Sepeninggalan dokter dan kepala pelayan, Veronica sontak turun dari ranjang dan masuk ke kamar mandi membawa alat tes kehamilan yang diberikan padanya barusan. Jantungnya berdegup sangat kencang, bahkan saking kencangnya Veronica merasa jantungnya akan meledak.

Ia langsung membuka alat tersebut dan menggunakannya, sudah terlalu terbiasa dengan alat tersebut hingga tak lagi harus membaca cara pemakaiannya. Veronica menunggu dengan perasaan berharap-harap cemas.

“Tolong, sekali ini saja. Aku harap hasilnya akan berbeda dari yang sebelumnya,” doa Veronica sembari memejamkan mata.

Veronica membuka matanya perlahan-lahan setelah merasa telah cukup menunggu hasilnya beberapa menit, matanya seketika membulat sempurna kala melihat hasil yang ditunjukkan oleh alat tersebut.

Ia membekap mulutnya, menahan diri untuk tak memekik saking girangnya. Tanpa sadar setetes air mata mengalir di pipi Veronica. Ia bergegas keluar dari kamar mandi dan berniat mengabari Victor mengenai hal ini.

Namun, saat keluar Veronica malah bertemu dengan Edward yang berdiri dengan wajah ragu. “Edward? Kebetulan sekali kamu berada di sini!” ucap Veronica girang.

“Ada yang ingin aku/saya bicarakan.”

Keduanya saling menatap diam. Mereka sama-sama ingin mengatakan sesuatu, hal itu membuat Veronica terkekeh geli. Sebuah kebetulan yang sangat aneh, mereka bahkan bisa mengatakan satu kalimat yang sama dalam satu waktu bersamaan pula.

“Anda duluan saja Nyonya,” ucap Edward mempersilakan. Wajahnya tampak tak terlalu bersahabat, tak sesegar biasanya ketika bertemu dengan Veronica.

“Tidak. Kamu duluan,” pinta Veronica masih mempertahankan senyumnya.

Edward menggeleng. “Anda duluan Nyonya. Dari ekspresi wajah Nyonya saya bisa menebak bahwa berita yang ingin Nyonya sampaikan pasti hal yang lebih penting,” ucap Edward.

“Aku hamil.”

**

Related chapters

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 7: Reaksi Edward dan Victor

    “T-tunggu ... apa maksud Nyonya?”Mendengar berita yang disampaikan oleh Veronica dengan wajah semringah membuat tubuh Edward mematung, ia tak tahu harus berekspresi bagaimana dalam menanggapi berita kali ini.“Aku akhirnya hamil, Ed!” pekik Veronica kegirangan. “Hal yang aku tunggu-tunggu akhirnya datang! Semua ini pasti karena hasil dari malam panas itu.”Wajah Veronica merona malu-malu mengatakan hal tersebut, mengingat betapa panasnya kegiatan yang mereka lewati sepanjang malam. Ia bahkan tak menyangkal untuk mengatakan bahwa Edward benar-benar mampu memuaskannya.Lebih dari Victor selama ini.“Ed? Apa kamu tidak senang mendengar berita ini?” tanya Veronica, menatap bingung pada Edward yang hanya diam tanpa reaksi. Pria itu termenung, wajahnya tampak sedang berpikir berat.Edward tersentak. Dia jelas lebih dari sekadar senang, dia sangat bahagia mendengar berita tersebut.Edward bingung ingin mengekspresikan perasaan bahagianya dengan cara apa. Jika saja berita ini datang dari kek

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 8: Perasaan Veronica

    “Kamu mau ke mana lagi?”Veronica menatap bingung melihat suaminya, bukannya berganti pakaian menjadi santai pria itu malah keluar dari kamar ganti dengan pakaian rapi dan bergaya kasual. Aroma parfum tercium menyeruak dari pakaiannya.Langkah Victor terhenti, ia menatap datar pada istrinya. Tak ada sedikit pun siratan kasih sayang yang terbesit di balik tatapannya.“Jangan ikut campur urusanku. Lebih baik beristirahat dan jaga kandunganmu baik-baik. Ingat kalau bayi yang kamu kandung itu adalah penyelamatmu,” ucap Victor dingin. “Kalau saja terjadi sesuatu pada bayi itu, aku tidak akan melepaskanmu.”Tubuh Veronica menegang, menatap Victor yang benar-benar meninggalkannya dengan dingin. Pria itu bahkan enggan berbalik sejenak menatapnya atau menanyakan hal yang dia butuhkan.Bukankah ibu hamil lainnya biasa sangat disayangi dan dimanja oleh suaminya?Lantas mengapa Veronica tak merasakan hal itu sedikit pun dari Victor, suaminya?Veronica berdesis sinis. “Kamu pasti pergi menemui pel

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 9: Paksaan Victor

    Suara ketukan membuat tidur Veronica terganggu, ia mengerjapkan matanya beberapa kali dan memulihkan kesadarannya. Veronica merasakan perutnya berat, membuatnya menoleh dan seketika membulatkan mata menyadari jika semalaman ia tertidur di dalam pelukan Edward.Tangan pengawalnya lagi-lagi dengan lancang memeluk pinggangnya bahkan terus berada di perutnya sepanjang malam. Veronica mengingat jika semalam dialah yang memberikan kode pada Edward untuk mendatanginya ke paviliun dan meminta pria itu untuk mengelus perutnya hingga berakhir tertidur bersama kembali. Bedanya, kali ini mereka tidaklah melakukan hal aneh. Murni hanya tertidur bersama. “Nyonya? Apa Anda baik-baik saja di dalam?” Suara kepala pelayannya yang terdengar setengah berteriak membuat Veronica seketika sadar dan bangkit dengan hati-hati dari ranjangnya. Edward yang juga merasa tidurnya terganggu pun terbangun dan langsung menyadari situasi yang menimpa mereka. “Ya, aku baik-baik saja Emily!” sahut Veronica sedikit b

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 10: Kediaman Hayden

    “Perbaiki sikapmu! Jangan sampai ayah curiga pada hubungan kita!” peringat Victor disertai tatapan tajam yang mengancam.Veronica menghela napas panjang mengangguk pelan dan melangkahkan kakinya keluar dari mobil. Tatapan tajam pria itu seketika menghilang tergantikan dengan tatapan hangat dan senyum manis yang palsu. Victor membantu Veronica untuk turun dari mobil dan langsung memeluk pinggang istrinya.Bagi Veronica, berakting di hadapan mertuanya adalah hal yang sangat mudah. Selama bertahun-tahun pernikahan mereka, selama itu pula Veronica selalu harus berakting ketika bertemu dengan mertuanya. Berpura-pura layaknya istri dan pasangan yang ideal bersama Victor.Seolah-olah rumah tangga mereka baik-baik saja dan sangat harmonis seperti yang selama ini terlihat di publik.Keduanya berjalan bersama memasuki sebuah rumah mewah yang lebih mewah jika dibandingkan dengan kediaman milik Victor. Gaya berkelas dan anggun terlihat jelas menyapu bangunan itu, seolah bangunan itu telah digunak

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 11: Pertemuan Rahasia Edward

    Edward sedang duduk berhadapan dengan seorang perempuan berpakaian formal di sebuah kafe yang lumayan sepi, keduanya bahkan memilih meja yang berada di paling pojok, paling jauh dari jangkauan pandangan orang-orang.“Lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu?” tanya perempuan itu, wajahnya sama sekali tak menunjukkan tanda kerinduan atau senang layaknya teman lama yang bertemu kembali setelah sekian lama.Justru tatapan tajam dan wajah datar lah yang saling mereka lemparkan satu sama lain, membuat mereka lebih pantas disebut bermusuhan.“Aku tahu kamu datang ke sini bukan untuk berbasa-basi omong kosong seperti itu, jadi katakanlah dengan cepat apa maumu, An. Aku tidak punya banyak waktu,” ucap Edward dingin.Anne, wanita yang duduk bersama Edward itu mendengus sinis, ia memperbaiki posisi duduknya menjadi lebih tegap dan menautkan jari-jarinya di atas meja. “Ternyata sifatmu sama sekali tak berubah, ya.”Edward menatap semakin tajam pada Anne, membuat Anne terkekeh geli dan berdehem pela

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 1: Ancaman Victor

    “Harus berapa lama lagi aku menunggu?! Papa dan Mama sudah sangat lama menanti hadirnya pewaris dariku!”Veronica, perempuan cantik yang sedang dimarahi itu hanya bisa menunduk. Bahkan saat suaminya melemparkan sebuah gelas kosong dan mengenai hingga melukai keningnya. Dia hanya bisa tertunduk diam, menelan semua makian yang diberikan padanya secara mentah-mentah.“Argh! Wanita jalang ini. Jangan-jangan kamu mandul lagi?!” Victor, suaminya mengacak-acak rambut frustrasi. Wajahnya terlihat jelas sedang marah. “Sial! Aku sudah mengeluarkan banyak uang untuk menikahimu. Kukira aku akan mendapatkan telur emas, ternyata hanya sebuah telur busuk.”Dia berjalan mondar-mandir di hadapan Veronica dengan wajah uring-uringan, mulutnya tak berhenti berkomat-kamit tak jelas dan mengeluarkan sumpah serapah pada istrinya yang hanya terdiam sejak tadi.Veronica bisa merasakan adanya cairan kental berwarna kemerahan yang mengalir dari keningnya, tangannya naik untuk mengusap cairan itu dan melihatnya.

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 2: Bujukan Veronica

    Mata Edward membulat terkejut, sontak memundurkan tubuhnya dan melepaskan cengkeraman Veronica dari kerah kemeja yang dikenakannya. Dia memandang tak percaya pada nyonyanya.“A-apa yang Nyonya katakan? Jangan berbicara sembarang, Nyonya!” ucap Edward gugup, ada semburat kemerahan yang tampak di wajahnya. “Nyonya bisa dalam masalah jika ada orang yang mendengar dan melaporkan ucapan Nyonya barusan pada Tuan.”Edward menggaruk tengkuknya yang tak gatal, pandangannya bergerak tak fokus ke arah lain dan seolah menghindari tatapan Veronica.Berbeda dengan Edward yang tampak gelisah tak jelas, Veronica sendiri tampak sangat yakin dan mantap. Dia tak terlihat seperti orang yang salah berucap atau menyesali apa yang diucapkannya.“Aku bersungguh-sungguh, Ed. Hamili aku!” ucap Veronica mengulang permintaannya, kali ini berhasil membuat Edward kembali fokus menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.“Saya akan pergi, tugas saya telah selesai,” tukas Edward. Tangannya bergerak cepat membe

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 3: Malam Panas Bersama Edward

    “Aku mencintaimu.” Ucapan Veronica terus terngiang-ngiang memenuhi kepala Edward, apalagi dia masih dapat mengingat jelas suara majikannya yang terdengar ... menggoda. Edward mengacak-acak rambutnya frustrasi. Dia mengambil gelas di atas meja, menyeruput isinya hingga tandas tak tersisa. Tak cukup sampai di situ, Edward meraih botol alkohol di atas meja dan meneguknya dengan asal-asalan, bahkan menetas membasahi pakaiannya. Edward menatap jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas malam, matanya melirik keluar dari jendela kamarnya yang langsung berhadapan dengan paviliun Veronica. Kamarnya memang sengaja tak jauh dari paviliun karena tugasnya sebagai pengawal Veronica. Dia bisa melihat lampu bangunan itu menyala, seolah memang sengaja dinyalakan untuk memberikan tanda padanya. “Sial!” maki Edward. “Tidak pernah kubayangkan aku akan selemah ini hanya karena wanita.” Pada akhirnya dia berjalan keluar dari kamar, menuju paviliun seperti undangan Veronica siang tadi. Beberapa kali

Latest chapter

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 11: Pertemuan Rahasia Edward

    Edward sedang duduk berhadapan dengan seorang perempuan berpakaian formal di sebuah kafe yang lumayan sepi, keduanya bahkan memilih meja yang berada di paling pojok, paling jauh dari jangkauan pandangan orang-orang.“Lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu?” tanya perempuan itu, wajahnya sama sekali tak menunjukkan tanda kerinduan atau senang layaknya teman lama yang bertemu kembali setelah sekian lama.Justru tatapan tajam dan wajah datar lah yang saling mereka lemparkan satu sama lain, membuat mereka lebih pantas disebut bermusuhan.“Aku tahu kamu datang ke sini bukan untuk berbasa-basi omong kosong seperti itu, jadi katakanlah dengan cepat apa maumu, An. Aku tidak punya banyak waktu,” ucap Edward dingin.Anne, wanita yang duduk bersama Edward itu mendengus sinis, ia memperbaiki posisi duduknya menjadi lebih tegap dan menautkan jari-jarinya di atas meja. “Ternyata sifatmu sama sekali tak berubah, ya.”Edward menatap semakin tajam pada Anne, membuat Anne terkekeh geli dan berdehem pela

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 10: Kediaman Hayden

    “Perbaiki sikapmu! Jangan sampai ayah curiga pada hubungan kita!” peringat Victor disertai tatapan tajam yang mengancam.Veronica menghela napas panjang mengangguk pelan dan melangkahkan kakinya keluar dari mobil. Tatapan tajam pria itu seketika menghilang tergantikan dengan tatapan hangat dan senyum manis yang palsu. Victor membantu Veronica untuk turun dari mobil dan langsung memeluk pinggang istrinya.Bagi Veronica, berakting di hadapan mertuanya adalah hal yang sangat mudah. Selama bertahun-tahun pernikahan mereka, selama itu pula Veronica selalu harus berakting ketika bertemu dengan mertuanya. Berpura-pura layaknya istri dan pasangan yang ideal bersama Victor.Seolah-olah rumah tangga mereka baik-baik saja dan sangat harmonis seperti yang selama ini terlihat di publik.Keduanya berjalan bersama memasuki sebuah rumah mewah yang lebih mewah jika dibandingkan dengan kediaman milik Victor. Gaya berkelas dan anggun terlihat jelas menyapu bangunan itu, seolah bangunan itu telah digunak

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 9: Paksaan Victor

    Suara ketukan membuat tidur Veronica terganggu, ia mengerjapkan matanya beberapa kali dan memulihkan kesadarannya. Veronica merasakan perutnya berat, membuatnya menoleh dan seketika membulatkan mata menyadari jika semalaman ia tertidur di dalam pelukan Edward.Tangan pengawalnya lagi-lagi dengan lancang memeluk pinggangnya bahkan terus berada di perutnya sepanjang malam. Veronica mengingat jika semalam dialah yang memberikan kode pada Edward untuk mendatanginya ke paviliun dan meminta pria itu untuk mengelus perutnya hingga berakhir tertidur bersama kembali. Bedanya, kali ini mereka tidaklah melakukan hal aneh. Murni hanya tertidur bersama. “Nyonya? Apa Anda baik-baik saja di dalam?” Suara kepala pelayannya yang terdengar setengah berteriak membuat Veronica seketika sadar dan bangkit dengan hati-hati dari ranjangnya. Edward yang juga merasa tidurnya terganggu pun terbangun dan langsung menyadari situasi yang menimpa mereka. “Ya, aku baik-baik saja Emily!” sahut Veronica sedikit b

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 8: Perasaan Veronica

    “Kamu mau ke mana lagi?”Veronica menatap bingung melihat suaminya, bukannya berganti pakaian menjadi santai pria itu malah keluar dari kamar ganti dengan pakaian rapi dan bergaya kasual. Aroma parfum tercium menyeruak dari pakaiannya.Langkah Victor terhenti, ia menatap datar pada istrinya. Tak ada sedikit pun siratan kasih sayang yang terbesit di balik tatapannya.“Jangan ikut campur urusanku. Lebih baik beristirahat dan jaga kandunganmu baik-baik. Ingat kalau bayi yang kamu kandung itu adalah penyelamatmu,” ucap Victor dingin. “Kalau saja terjadi sesuatu pada bayi itu, aku tidak akan melepaskanmu.”Tubuh Veronica menegang, menatap Victor yang benar-benar meninggalkannya dengan dingin. Pria itu bahkan enggan berbalik sejenak menatapnya atau menanyakan hal yang dia butuhkan.Bukankah ibu hamil lainnya biasa sangat disayangi dan dimanja oleh suaminya?Lantas mengapa Veronica tak merasakan hal itu sedikit pun dari Victor, suaminya?Veronica berdesis sinis. “Kamu pasti pergi menemui pel

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 7: Reaksi Edward dan Victor

    “T-tunggu ... apa maksud Nyonya?”Mendengar berita yang disampaikan oleh Veronica dengan wajah semringah membuat tubuh Edward mematung, ia tak tahu harus berekspresi bagaimana dalam menanggapi berita kali ini.“Aku akhirnya hamil, Ed!” pekik Veronica kegirangan. “Hal yang aku tunggu-tunggu akhirnya datang! Semua ini pasti karena hasil dari malam panas itu.”Wajah Veronica merona malu-malu mengatakan hal tersebut, mengingat betapa panasnya kegiatan yang mereka lewati sepanjang malam. Ia bahkan tak menyangkal untuk mengatakan bahwa Edward benar-benar mampu memuaskannya.Lebih dari Victor selama ini.“Ed? Apa kamu tidak senang mendengar berita ini?” tanya Veronica, menatap bingung pada Edward yang hanya diam tanpa reaksi. Pria itu termenung, wajahnya tampak sedang berpikir berat.Edward tersentak. Dia jelas lebih dari sekadar senang, dia sangat bahagia mendengar berita tersebut.Edward bingung ingin mengekspresikan perasaan bahagianya dengan cara apa. Jika saja berita ini datang dari kek

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 6: Hasil Pemeriksaan Veronica

    “Nyonya, dokter datang untuk mengecek kondisi Nyonya.”Veronica yang tengah melamun tersentak pelan kala pintu kamarnya diketuk dan dibuka seperkian detik kemudian, menampilkan kepala pelayan datang bersama seorang wanita memakai jas putih.“Selamat pagi Nyonya Stark,” sapa dokter tersebut ramah, menghampiri Veronica dan meletakkan tasnya di atas ranjang. “Bagaimana perasaan Anda hari ini?”Veronica menyunggingkan senyum ramah. “Pagi. Hari ini saya sudah merasa sangat segar, tapi sejak pagi tadi saya merasa perut saya kurang enak,” ucap Veronica menceritakan jujur keadaannya.Sudah seminggu lewat sejak kejadian di mana dirinya hampir mati karena ulah Victor, hal itu membuatnya bahkan tak bisa bangkit dari ranjang hingga tiga hari. Hingga hari ini pun Veronica masih merasa sakit di beberapa bagian tubuhnya, dan lebam-lebam yang membekas membuatnya tak dapat keluar dari rumah.Seminggu ini Veronica merasa layaknya burung di dalam sangkar emas, semua kebutuhannya terpenuhi tetapi pergera

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 5: Perkelahian Victor dan Edward

    “Sial, apa lagi yang bajingan itu perbuat pada Nyonya!”Edward langsung berlari meninggalkan pelayan yang berdiri di depan kamarnya, berlari sekencang yang dia bisa menuju rumah utama. Bahkan dia melupakan cara bernapas selama berlari, yang ada di pikirannya hanyalah keadaan Veronica. Ia tak lagi memikirkan kemungkinan alasan perkelahian majikannya adalah karena dirinya.Begitu memasuki rumah utama Edward bisa mendengar suara bentakan dan teriakan Victor, majikan laki-lakinya. Dia melihat Veronica sudah terkulai tak berdaya di atas lantai, darah bahkan berceceran di sekitar lantai.Bisa Edward pastikan kalau darah itu adalah milik Veronica.“Siapa yang menyuruhmu kemari?! Pergi!” usir Victor marah melihat kedatangan Edward yang tak diundang.Dari jauh tampan beberapa pelayan bersembunyi, merasa kasihan dengan nyonya mereka tetapi mereka sendiri pun tak memiliki kuasa yang cukup besar untuk membantu Veronica.“Apa yang Anda lakukan pada Nyonya, Tuan?!”Edward menatap tajam dan marah pa

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 4: Isi Kontrak

    Edward terbangun, merasakan kepalanya pusing dan berat akibat terlalu banyak meneguk alkohol semalam. Beberapa kali ia mengerjapkan matanya untuk menormalkan penglihatannya. Ia menatap sekeliling kamar, menatap asing dengan ruangan tempatnya terbangun.“Tunggu, bukankah ini paviliun Nyonya?” gumam Edward menyadari di mana dia berada.Kepalanya berusaha mengingat kejadian semalam yang membuatnya berakhir tertidur di ranjang ini, ranjang sang Nyonya. Kesadarannya perlahan mulai pulih dan mengingat jelas apa yang dilakukannya.Dia mendatangi paviliun ini dengan keadaan sadar, menyetujui kontrak yang diajukan oleh nyonyanya dan mereka ... melakukan kegiatan itu. Wajah Edward memanas mengingat kejadian semalam, betapa dia sangat menikmati sentuhan Veronica yang lebih mendominasi.Majikannya itu benar-benar ahli dalam urusan ranjang, bahkan Veronica lah yang beberapa kali memimpin permainan mereka dan membuatnya puas.“Sial,” umpat Edward menyadari bagian bawahnya kembali terbangun saat mem

  • Pengawalku, Ayah Anakku   BAB 3: Malam Panas Bersama Edward

    “Aku mencintaimu.” Ucapan Veronica terus terngiang-ngiang memenuhi kepala Edward, apalagi dia masih dapat mengingat jelas suara majikannya yang terdengar ... menggoda. Edward mengacak-acak rambutnya frustrasi. Dia mengambil gelas di atas meja, menyeruput isinya hingga tandas tak tersisa. Tak cukup sampai di situ, Edward meraih botol alkohol di atas meja dan meneguknya dengan asal-asalan, bahkan menetas membasahi pakaiannya. Edward menatap jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas malam, matanya melirik keluar dari jendela kamarnya yang langsung berhadapan dengan paviliun Veronica. Kamarnya memang sengaja tak jauh dari paviliun karena tugasnya sebagai pengawal Veronica. Dia bisa melihat lampu bangunan itu menyala, seolah memang sengaja dinyalakan untuk memberikan tanda padanya. “Sial!” maki Edward. “Tidak pernah kubayangkan aku akan selemah ini hanya karena wanita.” Pada akhirnya dia berjalan keluar dari kamar, menuju paviliun seperti undangan Veronica siang tadi. Beberapa kali

DMCA.com Protection Status