Kabar hilangnya Saputra Wijaya sangat viral di berbagai media bahkan menjadi trending lantaran pihak kepolisian sangat sulit menemukan jejaknya.Saputra yang diberitahu oleh salah satu anak buah Arsenio merasa meradang bahkan ia merasa jika kalah dari bawahannya sendiri.“Singkirkan berita sampah itu! Sebentar lagi kepolisian serta anak buahku mengendus dimana keberadaanku, lihat saja!” ucap Saputra dengan angkuhnya.“Percaya diri sekali anda, jika nantinya ditemukan. Bisa saja posisinya sudah menjadi almarhum, haha…” ejek anak buahnya.“Diam!! Jika nanti aku berhasil ditemukan, orang yang akan aku hancurkan tanpa ampun tidak hanya bosmu tapi juga kamu!” ancam Saputra tidak main-main namun bukan anak buah Arsenio namanya jika merasa gentar dan takut.“Saya menantikan itu!” tantang anak buah Arsenio lalu berjalan keluar. Tak lupa pintu di kunci dari luar.Saput
“Masalah apa yang membuatmu sampai mengesampingkan aku, Arsenio?” tanya Eve dilanda penasaran yang sangat besar bahkan rasa menahan untuk tidak ingin tahu tidak bisa lagi ditahannya.“Akan aku ceritakan nanti ketika semuanya sudah selesai, aku tidak mau kamu terlibat. Cukup di rumah dengan tenang biar aku yang bekerja.” Pinta Arsenio.Masih dalam suasana yang hangat dan romantis, panggilan telepon menghancurkan suasana yang tercipta. “Bos segera ke markas, kami di serang sekelompok gangster yang jumlahnya banyak! Saya duga ini dari Saputra Wijaya!”“DAMN!!!! Apa kalian tidak bisa handle!” teriak Arsenio melalui sambungan telepon.“Kami kalah jumlah, Bos.” Jawab anak buahnya lalu sambungan telepon terputus.“Siapa yang menelpon? Kelihatannya kamu marah sekali.” Tanya Eve memastikan.“Aku akan segera kembali, jaga dirimu baik-baik.”
Eve rupanya tengah tertidur dan ponselnya di charge dengan posisi off, pantas saja ketika Arsenio memanggil dirinya tidak mengetahui. Bahkan dalam tidurnya, ia bermimpi jika Arsenio mengalami kecelakaan hebat dan menyampaikan ucapan selamat tinggal untuknya.“Good bye, Eve…. Jaga dirimu baik-baik dan jadilah wanita yang kuat dan mandiri,” pesan Arsenio dalam mimpinya dengan kondisi mantan pengawalnya sangatlah tampan berbaju putih bersih bahkan bercahaya.“Tidaaaakkkkkkk…… kamu gak boleh tinggalin aku sendirian di sini, Arsenio!!!!” teriak Eve lalu terbangun dengan nafas yang terengah-engah.Ketika terbangun dan mengaktifkan ponselnya, ia melihat begitu banyak panggilan dari mantan pengawalnya yang di rasa tidak seperti biasanya.“Please… semoga mimpiku tadi hanya bunga tidur saja.” Pinta Eve berlinang air mata karena merasa sangat ketakutan bahkan beberapa kali menghubungi nomor mantan penga
Beberapa perawat keluar masuk ruangan ICU dengan wajah yang sangat panik bahkan peralatan bantu pun sangat banyak sehingga menyebabkan Eve tak kalah paniknya, “Ada apa, Sus?” tanya Eve meminta kepastian sembari memegang lengan suster.“Kondisi pasien di nyatakan sangat kritis bahkan kemungkinan untuk sadar sangatlah minim, maka dari itu saat ini kami tengah mengusahakan yang terbaik. Kami meminta doanya,” jawab suster setelah itu kembali masuk ruangan.“Gakkk!!!! Arsenio orang yang sangat kuat! Dia gak boleh menyerah begini!!! Gak boleh!!!” teriak Eve mendobrak pintu ICU dengan sangat keras.“Tolong sabar, Nyonya. Kita perbanyak doa dan biarkan tenaga kesehatan berusaha yang terbaik.” Ucap Jack berusaha menenangkan malah justru membuat amarah Eve memuncak.Plak…. Suara tamparan sangat keras membuat Jack yang awalnya terkejut hanya bisa diam dan menerima tamparan ini, meskipun harga dirinya merasa terc
Ketika Eve sedang duduk di kursi tunggu, ada sebuah pesan masuk dari nomor asing di ponsel mantan pengawalnya. Ingin sekali dirinya melihat pesan tersebut namun takutnya dikira lancang, lantaran membuka privasi orang tanpa ijin.“Jangan macam-macam denganku jika tidak ingin nyawamu berada di ujung tanduk.” Isi chat dari nomor tidak di kenal yang terpampang di layar ponsel Arsenio.“Siapa yang sudah mengirimkan pesan bernada ancaman seperti ini?” gumamnya penasaran.Ketika hendak menelpon nomer tersebut, ia melihat anak buah Arsenio sudah keluar dari ruangan dengan wajah yang sedih.“Jack, ada yang ingin aku tanyakan.” Ucap Eve terdengar serius.“Silahkan, Nyonya.” Jawab Jack memberi ruang.“Tadi aku melihat pesan masuk di ponsel bosmu yang berisi ancaman, apakah kamu tahu siapa orang itu?” tanya Eve menatap anak buah Arsenio dengan tajam.“Saya tidak tahu, Nyonya&hellip
“Apa yang sedang mereka bahas?” batin Arsenio sangat penasaran.“Ada apa?” tanya Eve setelah menutup pintu ruangan Arsenio dengan rapat.“Kami sudah menemukan siapa dalangnya, Nyonya.” Ucap Jack sukses membuat Eve penasaran.“Siapa orangnya? Segera bawa bertemu denganku!” tanya Eve tidak sabar.“Saya harap jika nantinya anda tahu orangnya, jangan merasa kaget. Karena anda mengenal baik orang tersebut,” jawab Jack semakin membuat penasaran.“Siapa sih? Jangan bertele-tele, Jack!” tegur Eve malas.“Dari semua bukti yang kami kumpulkan, orang yang tengah berusaha mencelaki bos adalah ayahanda beserta mantan kekasih anda. Mereka berdua bersekongkol menghancurkan Arsenio bahkan kalau bisa menghilangkan nyawanya.” Jawab Jack membuat Eve tidak menyangka dengan fakta yang disampaikan.“Gak!!! Ini gak mungkin! Apa tujuan Papah mencelakai Arsenio! Jangan sembarangan menuduh!” pekik Eve sangat syok.“Di dalam kinerja tim kami, jika sampai menyebutkan orangnya itu berarti bukti sudah kuat dan bis
Setelah memastikan mantan majikannya keluar, Arsenio segera menanyakan hal yang sudah menganggu pikirannya. “Ada rahasia apa diantara kalian berdua?” tanya Arsenio mengintimidasi.“Kalian berdua? Siapa yang anda maksud, bos?” tanya balik Jack tidak mengerti.“Antara kamu dan wanitaku-Eve! Kamu memiliki rasa kepadanya, kan?” tebak Arsenio membuat Jack terdiam sejenak lantaran kaget.“Anda bicara apa, bos! Mana berani saya memiliki perasaan kepada wanita anda. Kami tidak ada hubungan apapun, saya pastikan itu.” Jawab Jack dengan tegasnya.“Baiklah, kali ini saya pegang ucapanmu! Lalu kalian keluar ruangan untuk membahas sesuatu, apa yang sedang di bahas?” tanya Arsenio penasaran.“I….itu, ada hal yang harus nyonya Eve tahu namun dia memberontaknya. Saya akan memberitahukannya nanti jika anda sudah sembuh, bos.” Jawab Jack bingung harus menjawab apa.Feeling bosnya m
Pelaku pelempar bom diam membisu lantaran sudah dibayar mahal untuk tidak menyebutkan siapa orangnya, tapi di satu sisi mereka juga bingung. Jika tidak mengatakan yang sebenarnya malah mereka semakin remuk bahkan bisa saja ma-ti di tempat saat ini juga mengingat jumlah anak buah yang sangat banyak.“Katakan!” teriak Jack seraya menendang mereka dengan keras hingga terjungkal. Emosinya juga tak kalah tinggi karena sudah berani-berani membuat kekacauan di singgah sana bosnya.“Kami di utus Tuan Emir Ansel melemparkan bom ke rumah anda sebagai bentuk peringatan lantaran kalian terlalu berani ikut campur.” Ucap pelempar bom akhirnya membuka suara.“Oh…. Anak ingusan itu lagi! Rupanya dia tidak jera! Bahkan semenjak kejadian itu, tak pernah lagi aku mengurusi hidupnya. Dalam hal apa aku ikut campur?” tanya Arsenio bingung namun emosinya semakin meninggi.“Katakan pada Emir Ansel!!! Temui saya di markas lama beso
“Kami sadar diri makanya tidak mau memakai uang yang bukan menjadi hak ku! Sebelum kami pergi, ijinkanlah untuk bertemu dengan Justin. Dimana dia?” ucap Joanna sembari menahan pedih di dadanya.“Buat apa mencari anakku? Ingin kembali padanya supaya uang lima miliar ini kembali padamu?” sindir Eve.“Bukan! Saya ingin mengucapkan salam perpisahan karena mau bagaimana pun juga pertemuan awal kami secara baik-baik, setidaknya berpisah juga baik-baik.” Jawab Joanna sangat dewasa.“Justin tidak ada di rumah ini, setelah kejadian itu. Kami sepakat membawanya ke RSJ agar mendapat penanganan yang baik.” Ucap Arsenio membuat terkejut semua.“Kenapa harus mengatakan itu pada mereka! Bikin malu saja! Turun harga diri kita” bisik Eve di telinga suaminya namun masih bisa terdengar oleh Maya juga Joanna.“Apa alasan kalian dengan tega membawa dia ke sana?” tanya Joanna penasaran.&ldqu
“Terus rencana kalian apa? Aku bisa bantu bagaimana, mbak?” tanya Meta ingin tau.“Semnetara ijinkan kami tinggal di sini karena tidak mungkin terus tinggal di sana, aku gak mau anak buah Justin berbuat hal yang lebih nekat lagi. Waktu kita berhasil kabur saja Justin sangat marah dan mengamuk.” Jawab Maya.“Baiklah kalau begitu, kalian boleh tinggal di sini selama mungkin. Nanti akan aku carikan rumah yang sekiranya aman. Memang ya keluarga Arsenio sejak dulu selalu menganggu dan meresahkan saja bisanya!!!! Sudah cukup bagi kalian untuk mengalah, waktunya melawan namun tidak dengan berhadapan langsung.” Ucap Meta ikut geram.“Kamu benar, jika semisal masih tinggal di sektar sini kurang aman. Aku nantinya akan membawa Joanna tinggal di luar negeri saja,” jawab Maya sudah mempertimbangkan sangat jauh dan dengan baik.“Bu, tinggal di luar negeri butuh biaya yang besar. Apa kita mampu? Joanna juga baru saj
Setelah tiba di rumah, kini mereka bergegas menuju kamar masing-masing untuk mengemasi barang yang sekiranya perlu juga penting. Maya tidak membawa banyak barang, karena yang penting baginya adalah pakaian, alat merajut, surat berharga dan juga uang yang tersimpan di brankas.Sedangkan Joanna tidak bisa untuk memilah barang untuk nantinya di tinggal, baginya semua sangat penting. “Jika semuanya di bawa, bagaimana nanti mengangkutnya?”“Joanna, apakah sudah selesai?” tanya Maya sembari mengetuk pintu.“Belum, Bu…. Masuklah,” jawabnya dari dalam kamar.Maya yang melihat banyaknya barang yang akan dibawa merasa heran, “Semua ini akan kamu bawa? Kita nantinya naik taksi.”“Habisnya bingung mau memilah yang mana, semua penting.” Jawab Joanna garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.“Pemberian dari Justin jangan ada satu pun yang dibawa!” tegur Maya.“I-iya,
“Aku sebenarnya terpaksa, Justin. Aku di sini ketakutan, jika terus menerus melawan, yang ada nanti kamu serta anak buahmu akan berbuat nekat kepadaku.” Jawab Joanna berlinang air mata.“Jadi, sudah tidak ada rasa sayangmu kepadaku, Joanna? Janji yang sudah pernah kita rangkai dengan indah kini menguap begitu saja dalam hidupmu?” tanya Justin dengan wajah sendu.“Perasaan itu aku yakin akan terkikis dengan sendirinya jika kita berdua sama-sama bertekad untuk menerima takdir yang ada. Perihal janji serta impian yang pernah dirangkai bersama, anggap saja sebuah angin lalu yang tidak pernah terjadi.” Jawab Joanna terpaksa mengatakan ini agar Justin sadar.“CUKUP! AKU BENCI MENDENGARNYA! KALIAN SEMUA JAHAT! JIKA MAUMU BEGITU, MARI KITA MA-TI BERSAMA AGAR TIDAK ADA PRIA LAIN YANG MEMILIKIMU!” pekik Justin berhasil menarik Joanna berada dalam pelukannya lalu ia merogoh saku celananya yang ternyata ada pisau
“TIDAK ADA KATA BAIK-BAIK SAJA JIKA SUDAH MASUK TINDAKAN KRIMINAL! JIKA POSISINYA YANG MENJADI KORBAN ADALAH ANAKMU, APA BAKAL TETAP INGIN BAIK-BAIK SAJA, HA? AKU ORANG TUA DARI JOANNA! RASA KHAWATIR JUGA KETAKUTANKU SANGAT BESAR! JIKA MEMANG KAMU MEMILIKI JIWA NALURI SEORANG IBU SEHARUSNYA MENGERTI!” Bnetak Maya lalu berlari ke kamar yang ada di sana untuk mencari keberadaan Joanna.“Tante! Jangan asal masuk ruangan orang!” tegur Justin geram. Ingin mencegah, namun sayangnya kini Joanna melihat ibunya ada di sini.“I-ibu….” Panggil Joanna yang sedang di rias dan sudah menggunakan gaun pernikahan. Air matanya langsung berlinang dengan deras ketika mengetahui ada ibunya di sini.“Joanna…. Kenapa akhirnya kamu menerima ajakan dia untuk menikah?” tanya Maya kecewa, air matanya tak kalah mengalir dengan deras.“Joanna terpaksa, Bu! Justin terus memaksaku bahkan sampai tega menculikku di sini
Kini Joanna sudah berada di kamarnya. Tidak berselang lama Justin pun juga sudah kembali.Salah satu anak buahnya segera memberikan laporan kepadanya. “Tadi nona hampir kabur melalui kamar mandi, bos.”“APA???” pekik Justin seketika emosi.“JOANNAAAAA………” Teriak Justin yang sangat menggema seluruh ruangan terlebih saat ini kamarnya tengah terbuka.“Mampus…. Ketahuan deh!” batinnya gugup.Terdengar suara langkah semakin berjalan mendekat ke kamar, perasaannya pun semakin berdegup kencang karena harus mempersiapkan diri dengan amukan Justin.“Joanna… apa benar kamu mau coba-coba kabur?” tanya Justin mengintimidasi.“Apaan sih, gak ada aku punya niatan seperti itu!” bantah Joanna memasang wajah kesal.“Tadi salah satu anak buahku mengatakan kalau kamu mau mencoba kabur.” Jawab Justin dengan menatap t
Sedangkan di markas, Justin tengah menanti kabar anak buahnya sembari memastikan Joanna makan dengan baik agar tidak sakit. “Ayo makan dulu, sayang…. Ini tidak ada racunnya.”“Aku tidak sudi makan! Lebih baik ma-ti ketimbang menikah dengan saudara sendiri!” tolak Joanna mentah-mentah.“Rupanya kamu suka sekali dipaksa ya, jadi gemas!” sindir Justin lalu memaksa mulut Joanna agar terbuka.Tok… tok…. Tok…. Suara ketukan pintu menghentikan aksi Justin. “MASUK!” teriaknya emosi.“Bos, kami sudah menemukan penghulu yang bersedia menikahkan kalian berdua besok pagi pukul tujuh.” Jawab Alex membuat senyum di bibir Justin mengembang dengan sempurna. Emosi yang tadi mendidih kini sirna seketika.“Kerja bagus, segera persiapkan semuanya. Dekor ruangan depan dengan sangat cantik.” Perintah Justin membuat Joanna tidak habis pikir.Setelah an
Dengan beberapa kali mengatur nafas supaya lebih tenang namun rupanya tidak bisa, jawaban mantan kekasihnya terus terngiang hingga membuat hatinya sakit. Akhirnya, ia tidak mau berbicara dengan cara baik-baik.“Bela terus anak kesayanganmu itu yang kamu besarkan dengan penuh kemewahan juga kasih sayang dan manja! Yang harus kamu tau, Joanna juga anak kamu!!! Aku mendapatkan informasi terebut dari pihak kepolisian! Tadi siang anakku diculik oleh geng motor, setelah ditelusuri ketuanya adalah Justin! Berulang kali aku sudah menghubunginya namun tidak aktif, makanya terpaksa aku menghubungimu!!!! Percaya tidak percaya, tolong selamatkan Joanna!! Sebelum kejadian penculikan ini, dia sempat bertemu dengan anakmu di kafe, di sana mereka berdebar hebat lantaran Joanna menolak keras permintaan anakmu yang menginginkan untuk mengajak kawin lari! Dalam pikirannya, mereka bukan saudara serahim jadi sah untuk menikah!” pekik Maya tidak bisa menahan emosin
“Carikan penghulu sekitar sini, besok saya akan menikah dengan Joanna.” Perintah Justin kepada anak buahnya.“Apa tidak terlalu cepat, bos?” tanya anak buahnya bernama Alex.“Siapa kamu beraninya mengatur saya!” jawab Justin emosi.“Bu-bukan begitu, Bos… menikah juga perlu saksi.” Jawab Alex memberitahu.“Kalian semua besok menjadi saksi pernikahanku dengan Joanna, tidak masalah jika menikah siri terlebih dahulu, yang terpenting dia menjadi milikku seutuhnya.” Jawab Justin keras kepala.Anak buahnya tidak berani membantah lagi, akhirnya saat itu juga mereka mencari informasi apakah ada penghulu yang bersedia menikahkan Justin dan Joanna besok.“Keinginan orang kaya memang meresahakan, menculik wanita demi ingin menikahinya. Mengapa tidak meminta secara langsung kepada orang tuanya?” tanya Alex tidak habis pikir.“Mungkin pihak keluarga perempuan