"Tubuhku rasanya aneh sekali, Arsenio. Tolong." Eve beringsut mendekat pada pengawal pribadinya itu yang masih berusaha untuk menahan kesadarannya.
"Maaf, Nyonya. Apa yang ingin Anda lakukan?" Arsenio mundur selangkah, meskipun ia juga merasa ada yang aneh dalam dirinya.
"Aku butuh kamu. Tolong, puaskan aku," Eve berbisik di telinga Arsenio. Kecupan lembutnya membuat Arsenio berjingkat, menciptakan gelenyir aneh di sekujur tubuhnya.
“Sadarlah, Nyonya.” tegur Arsenio yang masih berusaha sekuat tenaga untuk mengendalikan diri.
“Aku sudah tidak bisa menahannya lagi, tolong aku.” Pinta Eve terus menempelkan tubuhnya pada Arsenio hingga diantara mereka sudah tidak ada jarak sama sekali, Eve mengalungkan kedua tangannya ke leher pengawalnya itu sembari mencumbu bibir Arsenio dengan buasnya.
Sekuat apapun Arsenio bertahan, nyatanya hal ini tidak bisa membuatnya sadar, sehingga, dirinya juga ikut dalam permainan yang dilakukan oleh Eve. Keduanya saling bercumbu dengan mesranya, bahkan dengan penuh nafsu, Arsenio sampai menjelajahi leher putih mulus majikannya dan tidak lupa meninggalkan bekas kemerahan di beberapa bagian, semakin mendapat sentuhan, keduanya semakin menginginkan hal yang lebih hingga akhirnya mereka sudah saling menanggalkan pakaian.
“Apa anda siap, Nyonya?” tanya Arsenio yang saat ini tengah berada di atas Eve dengan ekspresi wajah yang sudah tidak tertahankan.
“Jangan banyak bicara, Arsenio! Segera lakukan sekarang, semakin lama tertahan membuatku gi-la!” perintah Eve yang memeluk tubuh Arsenio dengan erat sehingga seluruh tubuh mereka saling menempel.
“Akan saya pastikan anda seperti terbang melayang di surga, Nyonya.” Ucap Arsenio kembali mencumbu bibir Eve dengan buasnya.
Sedangkan Eve, tangannya dengan jahil memainkan pu-ting Arsenio sehingga membuatnya merasa sangat kenikmatan hingga terus mengeluarkan suara desahan, “Aaahhhh…. Nyonya.”
Arsenio dengan perlahan menerobos kepemilikan majikannya yang membuat Eve mengerang kesakitan sembari terus memeluk Arsenio dengan sangat erat "Sa-kittttttttt......"
Kesakitan yang dirasakan Eve nyatanya tidak membuat mereka berhenti begitu saja, malh yang ada permainan semakin memanas hingga keringat keduanya sudah mengucur dengan deras, permainan yang awalnya perlahan, kini semakin dipercepat oleh Arsenio.
“Terus…. Ahhh…. Ternyata nikmat sekali.” Ucap Eve setengah sadar.
“Arsenio…… te-rus,” suara desahan Eve semakin memacu Arsenio untuk lebih cepat lagi.
Hingga akhirnya setengah jam kemudian, mereka sudah sama-sama berada di puncak “Aaaaaaaaaaahhhhhhh,” suara erangan panjang keduanya sebagai penanda jika permainan panas telah usai. Karena merasa lelah dan tenaga habis, akhirmya keduanya tertidur dalam satu selimut yang sama dengan posisi saling berpelukan.
Ansel yang sudah memperkirakan ini semua, bergegas masuk ke kamar hotel, betapa senangnya ketika ia memotret dua sejoli yang tengah tak sadarkan diri itu, “Ini akan menjadi senjata bagiku untuk menghancurkan keluargamu yang selalu mendongak ke atas!” ucap Ansel tersenyum bahagia lalu membagikan foto serta video ke salah satu rekan media yang di kenalnya.
“Akan aku buat sebuah skandal, dimana nantinya nama baik keluarga besarmu yang selalu di jaga dengan sangat baik akan hancur seketika, bahkan hancur sehancur-hancurnya! Maafkan aku yang membuatmu menjadi korban, Eve, karena titik lemah kedua orang tuamu ada padamu,” batin Emir Ansel dengan senyum smirk.
Setelah itu, Ansel pergi meninggalkan mereka berdua yang masih belum sadarkan diri dengan menuliskan secarcik kertas rasa kecewa atas apa yang sudah terjadi antara Eve dengan Arsenio. Dengan begini, mereka akan merasa bersalah, Eve merasa bersalah karena sudah mengkhianati cintanya dengan Ansel, sedangkan Arsenio, merasa gagal menjaga majikannya, karena justru dirinya sendiri yang merusak.
****
Beberapa jam kemudian, ponsel Arsenio berdering tiada henti, dengan posisi kepala yang masih sangat pusing, Arsenio mengangkat panggilan tanpa melihat lebih dulu siapa yang menelpon, “Ha-halo,” ucap Arsenio dengan suara serak.
Ketika ingin berdiri, betapa terkejutnya, ketika melihat posisi dirinya sudah menanggalkan semua pakaian dengan posisi Eve di sampingnya tengah tertidur dengan pulas tanpa memakai pakaian sehelai pun. Ponsel yang masih terhubung dengan seseorang pun segera diputus oleh Arsenio, apalagi setelah tahu, jika yang menelpon adalah ayah dari Eve.
“Nyonya, bangun,” ucap Arsenio berusaha membangunkan Eve dengan mengguncang tubuhnya secara pelan.
“Ada apa sih?” tanya Eve dengan ekspresi kagetnya ketika menyadari jika diantara keduanya sama-sama sudah melakukan hal yang di luar batas.
Eve berteriak histeris, lantaran perbuatan yang dilakukannya sangatlah hina apalagi sudah melakukan dengan pengawal pribadinya sendiri, tak bisa menerima ini, Eve terus memukul tubuh Arsenio secara membabi buta.
Tidak ada perlawanan, Arsenio hanya diam saja sambil terus meminta maaf, “Kata maafmu tidak bisa mengembalikan semuanya, Arsenio!!!!!! Kamu yang ditugaskan untuk menjaga dan melindungi ku malah kamu sendiri yang merusaknya!!!!!” bentak Eve menangis histeris.
“Ma-maaf, Nyonya, ini semua di luar kendali saya,” jawab Arsenio merasa sangat bersalah lalu memakai pakaiannya.
Tangis Eve semakin kencang karena mendapati sebuah surat yang ternyata dari Ansel-mantan kekasih yang masih dicintainya.
“Untuk Eve, maaf jika aku hanya bisa meninggalkan sepucuk surat untukmu, jujur saja, ketika menulis ini, hatiku sangat hancur juga sakit, ketika mengetahui apa yang terjadi antara kamu dengan pengawal setiamu, aku meninggalkan kalian tidaklah lama, tapi mengapa ketika kembali, posisinya justru begini? Apa ini namanya pengawal yang ditugaskan menjaga anak majikannya? Atau jangan-jangan kalian memang ada hubungan di belakangku? Aku sudah tidak ingin penjelasan apapun lagi, karena bagiku, ini semua sudah cukup untuk menjelaskan semuanya, terima kasih sudah merusak rasa percayaku terhadapmu, kamu yang meminta hubungan kita diperjuangkan, tapi kamu lebih melukai ketimbang ucapan papah kamu waktu itu, maaf, Eve, mulai hari ini aku mundur, jangan cari aku lagi, minta pertanggung jawab pada pengawalmu, jaga nama baik keluargamu sesuai apa yang pernah kamu katakan waktu kita bersama dulu, martabat keluarga besarmu sangatlah penting,”
Eve pingsan setelah membaca surat dari mantan kekasihnya, dirinya tidak menginginkan ini semua terjadi, rasanya, ini semua terasa mimpi paling buruk di dalam hidupnya. Melihat majikannya pingsan, Arsenio bergegas menghampiri dengan wajah yang sangat panik, “Nyonya, bangun, sadarlah, Nyonya,” ucap Arsenio setelah menidurkan Eve di kasur.
Beberapa kali pipi putih kemerah-merahan dan halus milik Eve di tepuk pelan, tak kunjung membuatnya sadar.
Sembari menunggu Eve siuman, kini Arsenio memunguti pakaian majikannya yang berserakan di lantai, ketika diletakkan di tempat tidur, betapa kagetnya ketika melihat bercak da-rah di balik selimut.
“Da-darah siapa ini? Jangan-jangan Nyonya Eve masih….” gumam Arsenio lalu menyibak selimut untuk memastikan, dan benar saja, terdapat bercak da-rah yang sudah mengering di paha mu-lus Eve, itu artinya, Arsenio adalah orang pertama yang merenggut mahkota majikannya.
“Arrrggghhhhh…. Kenapa semua ini terjadi bertubi-tubi! Bagaimana aku harus mempertanggung jawabkan semua ini di hadapan Tuan besar? Bagaimana nanti reaksi Nyonya Eve ketika tahu jika dirinya sudah tidak gadis lagi!” umpat Arsenio mengacak rambutnya secara kasar.
Pikirannya yang tengah pusing memikirkan masalah yang belumketemu jalan keluarnya, ada satu panggilan yang berdering terus tiada henti, sehingga dengan terpaksa membuatnya harus menjawab, “Halo, ada apa?” tanya Arsenio mengawali obrolannya.
“Gawat bos! Lihat berita sekarang juga,” jawab anak buahnya menunjukkan suatu kepanikan.
Pikirannya yang tengah pusing memikirkan masalah ini, malah ada satu panggilan yang berdering terus tiada henti, sehingga dengan terpaksa membuatnya harus menjawab, “Halo, ada apa?” tanya Arsenio mengawali obrolannya. “Gawat bos! Lihat berita sekarang juga,” jawab anak buahnya menunjukkan suatu kepanikan. “Apanya yang gawat? Bicara yang jelas! Jangan membuat saya bertambah pusing!!” tanya Arsenio kesal. Bukannya menjawab, anak buahnya malah menutup panggilan secara sepihak yang membuat Arsenio sangat kesal sehingga melempar ponsel mahal berlogo buah ke tempat tidur. Karena penasaran, akhirnya Arsenio menghidupkan televisi yang ada di kamar hotel namun ternyata tidak ada sinyal, sehingga banyak channel yang hilang. “Arrghhh! Apa sih beritanya?” teriak Arsenio juga membuang remote. Setelah itu, ada panggilan dari ayahnya Eve-Saputra Wijaya, tidak ada keberanian dalam dirinya untuk menjawab panggilan itu sehingga ia memilih membiarkannya saja. Ting… suara pesan dari ponsel Arsenio
Tiba di rumah Arsenio, Eve sejujurnya cukup nyaman berada di sini, terlebih suasana di perumahaan yang sangat hening dengan jarak rumah satu dengan yang lainnya berjauhan apalagi udara yang sangat sejuk. Untuk ukuran rumah seorang pengawal, rasanya sangat mustahil sekali, karena rumah Arsenio luas bahkan mewah. “Kamu tinggal sendirian?” tanya Eve setelah puas memperhatikan sekeliling. “Lebih tepatnya ada pekerja yang membantu saya merawat rumah ini, Nyonya, Mari saya antar ke kamar tamu supaya anda bisa bebersih setelah itu makan,” ajak Arsenio membawa Eve ke lantai atas, kamar yang sudah disiapkan rupanya berdekatan dengan kamar Arsenio. “Ada baju saya di dalam lemari, sementara pakai itu dulu, nanti akan saya belikan beberapa pakaian untuk anda,” ucap Arsenio sebelum melangkahkan kakinya pergi dari kamar tamu. Eve mengedarkan pandangan dengan berjuta pertanyaan yang masih bertumpuk di kepalanya, seorang pengawal pribadi memiliki rumah mewah, terlebih lagi ini adalah Kawasan peru
Siapa Arsenio? Arsenio saat ini tengah fokus berkutat di laptop sembari sebelah tangannya memegang ponsel yang terus berada di telinga, menandakan jika saat ini tengah bertelepon dengan seseorang. Karena rasa penasaran yang sangat besar, Eve nekat untuk menguping. “Masalah skandal kemarin, saya yakin jika semua ini jebakan, berita yang beredar susah sekali untuk dibungkam! Hal itu membuat saya murka, apa harus saya sendiri yang turun tangan? Kalian membungkam berita begini saja tidak bisa! Saya tidak mau ada orang lain yang tahu siapa saya sebenarnya, apalagi Papah! Jadi saya beri waktu sepekan ini, semua berita antara saya dengan Eve sudah hilang tanpa jejak, mengerti?” gertak Arsenio sangat geram setelah itu mematikan ponselnya. “Kamu sebenarnya siapa?” tanya Eve dari belakang yang membuat Arsenio terkejut. “Se-sejak kapan anda ada di sana, Nyonya?” tanya balik Arsenio terkejut. “Sejak daritadi, jelaskan pada saya, siapa kamu sebenarnya, Arsenio? Sejak pertama kali tiba di rumah
“Benar, Nyonya, saya adalah bos dari mereka, itu artinya mereka semua adalah anak buah saya,” jawab Arsenio terpaksa jujur. Kini semuanya menjadi terang, Arsenio adalah bos dari gangster yang baru saja ia temui. “Jadi, kamu adalah pengawal yang tengah menyembunyikan diri? Rumah, mobil, ponsel mewah, itu semua bukan karena gajimu menjadi pengawal, kan?” tanya Eve masih penasaran. “Tidak tepat jika membicarakannya saat ini, ada hal penting yang harus kita selesaikan,” jawab Arsenio membuat Eve kesal. Di dalam perjalanan, Eve terus diam dengan tatapan kosong, melihat hal itu, Arsenio memikirkan apakah tindakannya memberi pelajaran pada Ansel serta memberitahu semuanya kepada Eve adalah hal yang benar. “Apakah anda merasa menyesal, Nyonya?” tanya Arsenio memecah keheningan di dalam mobil. “Sangat, saya sangat-sangat menyesal, terlebih menyesali sudah sangat mencintainya yang pada akhirnya membuat saya patah hati dengan sangat,” jawab Eve dengan sendu. Arsenio hanya bisa diam karena ya
“Pah! Apa Papah tidak melihat perjuangan kami membuktikan ini semua tidaklah mudah! Eve pikir dengan terbukanya semua ini membuat pemikiran Papah terhadap kami sedikit lebih baik! Kami dijebak, Pah! Skandal yang terjadi bukanlah atas dasar suka sama suka! Ternyata semua sia-sia saja! Harta serta martabat adalah hal paling penting di dalam hidup Papah!!!! Eve anak kandung Papah!!! Kenapa dengan teganya Papah seperti ini? Kurang apa Eve selama ini? Sejak kecil sampai dewasa selalu saja menuruti apa kata Papah bahkan setiap gerak gerik Eve selalu diawasi seperti CCTV berjalan!! Hanya karena satu kesalahan yang sengaja dilakukan orang lain untuk menghancurkan keluarga ini, membuat Papah menutup mata semua itu!!! Seorang Saputra Wijaya yang terkenal berwibawa, dihormati serta disegani banyak orang, hanyalah tampak luar saja! Penilaian orang-orang rupanya tidak didasari dengan sifat asli seorang Saputra Wijaya yang sebenarnya!!!!” pekik Eve dengan penuh kekecewaan dan air mata. “Jaga ucapan
Mendengar hal itu, Saputra hanya tertawa keras, ia menganggap perkataan mantan pengawal anaknya ini hanya sebuah lelucon. “Emir Ansel? Dia keturunan bangsawan, meskipun saya menantang dengan keras hubungan Eve dengannya, namun sangat mustahil pelakunya adalah dia, manfaatnya apa membuat skandal menjijikan seperti ini?” ejek Saputra Wijaya membuat Eve dan Arsenio saling menatap dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.“Saya tahu jika ini terkesan konyol, tapi saya tidak asal menuduh seseorang jika tidak ada bukti yang kuat, sebentar, saya akan menelpon seseorang untuk mengklarifikasi ini semua,” ucap Arsenio dengan penuh ketenangan karena diirnya juga sudah mengantisipasi ini, dimana Saputra Wijaya tidak akan mudah begitu saja kepada orang lain meskipun melampirkan bukti kuat sekalipun.Lalu Arsenio melakukan video call kepada salah satu anak buahnya yang tengah mengeksekusi Emir Ansel, di panggilan vide
Orang yang sedang ditunggu akhirnya siuman juga, melihat ada Saputra serta Arsenio, membuat Emir Ansel merasa gelisah. Hukuman yang baru sebentar terjadi saja sudah membuatnya seperti berada di ujung nafas, lalu apa kabarnya jika saat ini harus ada Saputra?“Saya sudah mendengar semuanya, perihal kamu adalah dalang dari semua ini, namun yang menjadi pertanyaan saya, apa yang membuatmu dengan beraninya membuat skandal itu?” tanya Saputra.Ingin berbicara namun rasanya sangat susah, bahkan nada bicaranya sama sekali tidak bisa dipahami lantaran mulut Emir dipenuhi oleh da-rah.Karena masih geram dengan mantan kekasih Eve, membuatnya ingin membalaskan dendam namun melalui cara membuat Saputra Wijaya murka. “Bisakah saya membantu menjelaskannya?” usul Arsenio lalu Saputra menganggukkan kepala.“Apakah anda ingat ketika Emir datang ke mansion anda lalu mengaku menjadi kekasih Nyonya Eve? J
Hari yang ditunggu sudah tiba, kini Arsenio juga Eve sudah bersiap untuk terbang ke Perancis. Harapan Arsenio, di negara sana nantinya kehidupan mereka jauh lebih baik dan bisa terlepas dari bayang-bayang skandal yang telah merusak nama mereka.Tiba di Perancis, Eve merasakan jika di sini dirinya menjadi manusia baru, dimana semuanya akan terjadi tanpa bayang-bayang ayah ataupun keluarga Wijaya, begitu juga dengan arti sebuah kebebasan yang selama ini dicarinya.“Aku akan mencari pekerjaan biar tidak merepotkanmu,” ucap Eve tiba-tiba mengejutkan Arsenio yang tengah fokus bermain ponsel.“Saya tidak pernah merasa direpotkan, jadi anda tidak perlu bekerja,” tolak Arsenio menatap Eve dengan dalam.“Aku tidak mau terus menyusahkanmu, Arsenio! Kamu sudah sangat baik terhadapku, padahal dulunya aku selalu mencaci maki dirimu, apa kamu tidak lelah terus menerus membantuku?” tanya Eve j