Tiba di rumah Arsenio,
Eve sejujurnya cukup nyaman berada di sini, terlebih suasana di perumahaan yang sangat hening dengan jarak rumah satu dengan yang lainnya berjauhan apalagi udara yang sangat sejuk. Untuk ukuran rumah seorang pengawal, rasanya sangat mustahil sekali, karena rumah Arsenio luas bahkan mewah.
“Kamu tinggal sendirian?” tanya Eve setelah puas memperhatikan sekeliling.
“Lebih tepatnya ada pekerja yang membantu saya merawat rumah ini, Nyonya, Mari saya antar ke kamar tamu supaya anda bisa bebersih setelah itu makan,” ajak Arsenio membawa Eve ke lantai atas, kamar yang sudah disiapkan rupanya berdekatan dengan kamar Arsenio.
“Ada baju saya di dalam lemari, sementara pakai itu dulu, nanti akan saya belikan beberapa pakaian untuk anda,” ucap Arsenio sebelum melangkahkan kakinya pergi dari kamar tamu.
Eve mengedarkan pandangan dengan berjuta pertanyaan yang masih bertumpuk di kepalanya, seorang pengawal pribadi memiliki rumah mewah, terlebih lagi ini adalah Kawasan perumahan yang elit, apalagi ada beberapa pekerja juga di sini. “Sebanyak apa gajinya sampai bisa memiliki kehidupan mewah seperti ini? Setahuku, pekerja Papah saja tidak memiliki rumah seperti ini, mereka lebih memilih menyewa apartemen,” gumam Eve lalu merebahkan tubuhnya di tempat tidur yang tak kalah empuknya dengan yang ada di kamarnya.
Saking capeknya, membuat Eve tertidur dengan pulas, beberapa kali Arsenio mengetuk pintu, rupanya tidak juga ada jawaban, karena pintu tidak terkunci, ia masuk untuk memastikan jika Eve masih berada di dalam dan baik-baik saja.
“Istirahatlah, Nyonya, maafkan keteledoran saya yang tidak bisa menjaga anda dengan baik, saya berjanji akan bertanggung jawab penuh dan saya bersumpah akan mencari bukti, jika kejadian kemarin adalah sebuah jebakan,” batin Arsenio menatap Eve sendu.
Eve bangun ketika hari sudah menjelang sore, melihat jam yang ada di dinding kamar, membuatnya kaget, “Ternyata aku tertidur cukup lama,” gumam Eve lalu ke kamar mandi untuk bebersih.
Setelah selesai, dirinya terkejut karena sudah ada pakaian wanita beserta underware di lemari, bahkan ukurannya pas di tubuhnya.
Eve melangkahkan kaki menuruni tangga untuk mencari dimana Arsenio, beberapa kali memanggil, rupanya tidak ada jawaban, sampai akhirnya mereka bertemu di dapur. Eve melihat pengawalnya tengah memasak, “Arsenio! Saya memanggilmu sejak tadi, apa kamu gak mendengarnya?” tanya Eve kesal.
“Maaf, Nyonya, saya tidak mendengarnya, anda sudah bangun? Mari makan, kebetulan ini sudah matang,” ajak Arsenio sembari menaruh masakan di meja makan.
Perut Eve tidak bisa diajak kompromi lagi, dengan lahap ia memakan masakan yang sudah disiapkan Arsenio, “Kamu ternyata bisa memasak juga?” tanya Eve sambil mengunyah, Arsenio menjawab dengan anggukkan kepala.
“Oh iya, saya mau tanya, apakah kamu membelikan saya pakaian beserta underware?” tanya Eve memastikan.
“Benar, Nyonya, apakah pas?” tanya Arsenio juga memastikan.
“Pas, sangat pas, kenapa kamu bisa mengetahui ukurannya?” tanya Eve sedikit curiga.
“Kita tidak sengaja pernah saling menanggalkan pakaian, Nyonya, setidaknya dari situ saya bisa memperkirakan,” jawab Arsenio merasa canggung mengatakan itu, begitu juga dengan Eve yang tiba-tiba pipinya memerah karena merasa sangat malu.
Keduanya kini berada di mode canggung, baik Arsenio maupun Eve saling diam hingga akhirnya ada panggilan masuk dari ponsel mahal Arsenio, “Saya tinggal sebentar, permisi,” pamit Arsenio beranjak dari kursi makan dan mengangkat panggilan dengan jarak yang cukup jauh dari Eve.
Karena bosan, Eve berjalan menuju ruang keluarga untuk menyalakan televisi. Tidak ada ponsel membuat hidupnya sangat hampa, baru juga menyalakan televisi, dirinya disuguhkan berita yang berisi skandalnya dengan Arsenio yang kini semakin meluas, awal-awal berita yang tersebar, kedua wajah mereka di blur oleh media bahkan tidak disebutkan pasti siapa orangnya, namun semakin kesini, berita di media semakin berani menunjukkan wajah Eve dengan Arsenio, bahkan yang di blur hanyalah tubuh mereka saja, nama mereka pun juga terpampang jelas dalam hideline berita.
Eve berteriak histeris, karena namanya semakin buruk, rasanya ia ingin tenggelam dalam lautan agar tidak lagi bertemu dengan orang lain karena saking merasa malunya. Mendengar Eve berteriak, Arsenio bergegas menghampiri untuk menanyakan apa yang sudah terjadi, Eve menangis tersedu-sedu sembari matanya tidak bisa lepas dari televisi, kini Arsenio tahu bahwa penyebab histerisnya Eve adalah berita skandal mereka.
“Tolong tenanglah, saya tahu jika ini berat, saya pun juga demikian, namun akan saya pastikan, saya akan mencari bukti bahwa semua adalah jebakan, saya bersumpah, Nyonya,” ucap Arsenio terdengar serius sembari tangannya mengepal kuat. Ada rasa emosi dalam dadanya yang suatu saat akan meledak.
“Bagaimana caramu membuktikan semua ini, Arsenio? Kita tidak tahu siapa musuh yang ingin menjatuhkan kita,” tanya Eve penasaran.
“Saya akan mengerahkan semua anak buah saya untuk mencari bukti sekecil apapun itu, anda tenang saja, Nyonya, urusan ini biar saya yang handle,” jawab Arsenio yang keceplosan.
“A-apa? Anak buah? Haha, kamu itu pengawal, mana punya anak buah? Jangan menghayal!” ejek Eve, untung saja perkataannya tadi tidak dipercaya, jadi untuk kali ini, identitasnya masih aman.
“Siapapun yang berani mengusik hidupku, jangan harap hidupnya akan tenang! Selama ini emosiku sudah lama padam! Karena skandal ini, seseorang berhasil memancingnya!!! Siapapun kamu, jangan harap bisa lolos dan hidup bahagia!!” batin Arsenio penuh dendam.
Arsenio mengirimkan pesan kepada anak buahnya untuk berkumpul di markas.
Dengan mengendarai mobil sport mewah limited edition dan menggunakan kaca mata hitam, penampilan Arsenio terlihat sangat mempesona, bahkan dirinya mirip sekali seperti CEO.
“Arsenio sebenarnya siapa sih? Dia kan hanya pengawal, tapi kenapa penampilannya semua serba branded? Bahkan mobilnya saja keluaran terbaru dan limited edition, rasanya mustahil sekali jika hanya seorang pengawal namun memiliki kemewahan seperti ini, tidak ada bedanya ketika aku berada di rumah dan di sini,” gumam Eve yang melihat kepergian pengawalnya itu seperti teburu-buru. Perasaannya mengatakan jika ada sisi lain Arsenio dan itu bukan seorang pengawal.
****
Di markas, semua anak buahnya sudah berkumpul dengan menggunakan kaos hitam yang menjadi ciri khasnya. Kedatangan Arsenio langsung disambut dengan baik bahkan tanpa bertele-tele, Arsenio menyampaikan tugas yang harus dikerjakan anak buahnya.
“Kalian pasti sudah mendengar skandal antara aku dengan seorang wanita yang menjadi majikanku, karena skandal itu, kehidupan kami menjadi asing di masyarakat sekitar bahkan tidak sedikit dari mereka yang masih menggunjing, hal itu membuatku semakin muak! Ini tidak bisa dibiarkan terus menerus, jadi tugas kalian adalah cari siapa dalang yang sudah menjebak kami! seret orangnya langsung ke markas! Dia tidak tahu siapa kita sebenarnya! Berani sekali macam-macam denganku!” ucap Arsenio dengan menggebu-gebu.
Siapa Arsenio? Arsenio saat ini tengah fokus berkutat di laptop sembari sebelah tangannya memegang ponsel yang terus berada di telinga, menandakan jika saat ini tengah bertelepon dengan seseorang. Karena rasa penasaran yang sangat besar, Eve nekat untuk menguping. “Masalah skandal kemarin, saya yakin jika semua ini jebakan, berita yang beredar susah sekali untuk dibungkam! Hal itu membuat saya murka, apa harus saya sendiri yang turun tangan? Kalian membungkam berita begini saja tidak bisa! Saya tidak mau ada orang lain yang tahu siapa saya sebenarnya, apalagi Papah! Jadi saya beri waktu sepekan ini, semua berita antara saya dengan Eve sudah hilang tanpa jejak, mengerti?” gertak Arsenio sangat geram setelah itu mematikan ponselnya. “Kamu sebenarnya siapa?” tanya Eve dari belakang yang membuat Arsenio terkejut. “Se-sejak kapan anda ada di sana, Nyonya?” tanya balik Arsenio terkejut. “Sejak daritadi, jelaskan pada saya, siapa kamu sebenarnya, Arsenio? Sejak pertama kali tiba di rumah
“Benar, Nyonya, saya adalah bos dari mereka, itu artinya mereka semua adalah anak buah saya,” jawab Arsenio terpaksa jujur. Kini semuanya menjadi terang, Arsenio adalah bos dari gangster yang baru saja ia temui. “Jadi, kamu adalah pengawal yang tengah menyembunyikan diri? Rumah, mobil, ponsel mewah, itu semua bukan karena gajimu menjadi pengawal, kan?” tanya Eve masih penasaran. “Tidak tepat jika membicarakannya saat ini, ada hal penting yang harus kita selesaikan,” jawab Arsenio membuat Eve kesal. Di dalam perjalanan, Eve terus diam dengan tatapan kosong, melihat hal itu, Arsenio memikirkan apakah tindakannya memberi pelajaran pada Ansel serta memberitahu semuanya kepada Eve adalah hal yang benar. “Apakah anda merasa menyesal, Nyonya?” tanya Arsenio memecah keheningan di dalam mobil. “Sangat, saya sangat-sangat menyesal, terlebih menyesali sudah sangat mencintainya yang pada akhirnya membuat saya patah hati dengan sangat,” jawab Eve dengan sendu. Arsenio hanya bisa diam karena ya
“Pah! Apa Papah tidak melihat perjuangan kami membuktikan ini semua tidaklah mudah! Eve pikir dengan terbukanya semua ini membuat pemikiran Papah terhadap kami sedikit lebih baik! Kami dijebak, Pah! Skandal yang terjadi bukanlah atas dasar suka sama suka! Ternyata semua sia-sia saja! Harta serta martabat adalah hal paling penting di dalam hidup Papah!!!! Eve anak kandung Papah!!! Kenapa dengan teganya Papah seperti ini? Kurang apa Eve selama ini? Sejak kecil sampai dewasa selalu saja menuruti apa kata Papah bahkan setiap gerak gerik Eve selalu diawasi seperti CCTV berjalan!! Hanya karena satu kesalahan yang sengaja dilakukan orang lain untuk menghancurkan keluarga ini, membuat Papah menutup mata semua itu!!! Seorang Saputra Wijaya yang terkenal berwibawa, dihormati serta disegani banyak orang, hanyalah tampak luar saja! Penilaian orang-orang rupanya tidak didasari dengan sifat asli seorang Saputra Wijaya yang sebenarnya!!!!” pekik Eve dengan penuh kekecewaan dan air mata. “Jaga ucapan
Mendengar hal itu, Saputra hanya tertawa keras, ia menganggap perkataan mantan pengawal anaknya ini hanya sebuah lelucon. “Emir Ansel? Dia keturunan bangsawan, meskipun saya menantang dengan keras hubungan Eve dengannya, namun sangat mustahil pelakunya adalah dia, manfaatnya apa membuat skandal menjijikan seperti ini?” ejek Saputra Wijaya membuat Eve dan Arsenio saling menatap dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.“Saya tahu jika ini terkesan konyol, tapi saya tidak asal menuduh seseorang jika tidak ada bukti yang kuat, sebentar, saya akan menelpon seseorang untuk mengklarifikasi ini semua,” ucap Arsenio dengan penuh ketenangan karena diirnya juga sudah mengantisipasi ini, dimana Saputra Wijaya tidak akan mudah begitu saja kepada orang lain meskipun melampirkan bukti kuat sekalipun.Lalu Arsenio melakukan video call kepada salah satu anak buahnya yang tengah mengeksekusi Emir Ansel, di panggilan vide
Orang yang sedang ditunggu akhirnya siuman juga, melihat ada Saputra serta Arsenio, membuat Emir Ansel merasa gelisah. Hukuman yang baru sebentar terjadi saja sudah membuatnya seperti berada di ujung nafas, lalu apa kabarnya jika saat ini harus ada Saputra?“Saya sudah mendengar semuanya, perihal kamu adalah dalang dari semua ini, namun yang menjadi pertanyaan saya, apa yang membuatmu dengan beraninya membuat skandal itu?” tanya Saputra.Ingin berbicara namun rasanya sangat susah, bahkan nada bicaranya sama sekali tidak bisa dipahami lantaran mulut Emir dipenuhi oleh da-rah.Karena masih geram dengan mantan kekasih Eve, membuatnya ingin membalaskan dendam namun melalui cara membuat Saputra Wijaya murka. “Bisakah saya membantu menjelaskannya?” usul Arsenio lalu Saputra menganggukkan kepala.“Apakah anda ingat ketika Emir datang ke mansion anda lalu mengaku menjadi kekasih Nyonya Eve? J
Hari yang ditunggu sudah tiba, kini Arsenio juga Eve sudah bersiap untuk terbang ke Perancis. Harapan Arsenio, di negara sana nantinya kehidupan mereka jauh lebih baik dan bisa terlepas dari bayang-bayang skandal yang telah merusak nama mereka.Tiba di Perancis, Eve merasakan jika di sini dirinya menjadi manusia baru, dimana semuanya akan terjadi tanpa bayang-bayang ayah ataupun keluarga Wijaya, begitu juga dengan arti sebuah kebebasan yang selama ini dicarinya.“Aku akan mencari pekerjaan biar tidak merepotkanmu,” ucap Eve tiba-tiba mengejutkan Arsenio yang tengah fokus bermain ponsel.“Saya tidak pernah merasa direpotkan, jadi anda tidak perlu bekerja,” tolak Arsenio menatap Eve dengan dalam.“Aku tidak mau terus menyusahkanmu, Arsenio! Kamu sudah sangat baik terhadapku, padahal dulunya aku selalu mencaci maki dirimu, apa kamu tidak lelah terus menerus membantuku?” tanya Eve j
Melihat pemilik toko dimana tempat Eve bekerja sudah pergi, kini Arsenio kembali datang. “Istirahatlah, Nyonya, biar saya yang menggantikan.” Ucap Arsenio ikut mendisplay barang.“Jangan! Aku bisa sendiri.” Tolak Eve.Arsenio tidak mendengarkan apa yang dikatakan Eve, terus saja dirinya mendisplay barang sehingga semua selesai. “Kamu kenapa sih susah sekali di kasih tau!” ucap Eve kesal.“Saya tidak tega melihat anda kesusahan seperti ini. Kalau anda tidak kuat menjalaninya lebih baik resign saja,” usul Arsenio yang ditolak mentah-mentah.“Jangan atur hidupku lagi, Arsenio! Kamu bukan pengawalku dan aku pun juga bukan majikanmu! Lagian kalau aku membutuhkan pengawal, tidak akan mampu membayarmu! Jadi, pulanglah! Biarkan aku memulai hidup dengan Eve yang baru!” pekik Eve merasa tidak nyaman terus menerus dibantu Arsenio.****Pagi harinya, Eve mendapat jad
“Anda baik-baik saja, Nyonya?” tanya Arsenio dengan wajah khawatir.Eve yang sedang terbaring lemah dengan infus serta selang di hidungnya hanya menjawab dengan anggukkan kepala seraya tersenyum tipis. “Aku baik-baik saja, setelah ini aku ingin pulang saja karena harus bekerja,” ucap Eve yang masih bisa memikirkan hal lain daripada kesehatannya sendiri.“Anda sedang sakit, tolong jangan bekerja dulu, fokuslah untuk sembuh,” tegur Arsenio.“Jika saya tidak bekerja, darimana mendapatkan uang? Baru kemarin bekerja mana bisa langsung absen, yang ada saya di pecat!” bantah Eve.“Saya sudah berjanji akan bertanggung jawab terhadap anda, kenapa anda malah memusingkan hal yang seharusnya tidak perlu anda pikirkan? Sudahlah, untuk sementara ikuti apa kata saya, istirahatlah, urusan pekerjaan anda, biar menjadi urusan saya, yang terpenting anda sembuh dulu,” tegur Arsenio memaksa.&ldq