Bram memanggil semua anak buahnya untuk mengadakan sebuah rapat yang akan membahas penjebakan terhadap Saputra Wijaya.
“Terima kasih atas perhatian kalian karena sudah datang dan menyempatkan waktunya untuk hadir dalam rapat hari ini. Agendanya kali ini adalah kepemilikan barang haram yang ditargertkan kepada konglomerat yang namanya selalu eksis di media, yaitu Saputra Wijaya. Tidak mudah jika kita langsung menggeledah rumah atau pun kantornya, maka dari itu, saya mengajak kalian semua untuk berdiskusi bagaimana strategi yang akan dilakukan.” Ucap Bram dengan tenang sembari menatap anak buahnya satu per satu.
“Bagaimana jika salah satu dari kami menyamar sebagai karyawannya, Pak?” usul anak buahnya.
“Itu juga yang sedang saya pikirkan. Jadi nantinya ada yang menjadi karyawan di perusahaan Saputra Wijaya, diam-diam kalian taruh barang ini di meja kerjanya serta beberapa tempat yang lain. Paham?” tanya Bram memastikan dan merek
Beberapa hari kemudian, Saputra diputuskan hukuman penjara selama dua puluh tahun dengan denda sebesar lima miliar rupiah, namun jika tidak mampu membayar denda, maka digantikan dengan masa kurungan selama lima tahun.Mendengar keputusan hukumannya langsung membuatnya protes bahkan merasa terjebak. “Panggil ketua polisi kalian, suruh menemui saya di penjara! Hal ini tidak bisa saya terima lantaran semua ini jebakan!!!!” protes Saputra namun hakim sudah terlanjur mengetuk palu sebanyak tiga kali yang dimana keputusan bersifat final dan tidak dapat diganggu gugat kecuali tersangka mengajukan banding.“Yang mulia hakim, saya hendak mengajukan banding karena semua ini adalah jebakan,” pinta Saputra.“Silahkan saudara mengajukan banding dan kumpulkan berkasnya paling lama dua hari ini, akan kami jadwalkan pembacaan dan putusan banding saudara seminggu setelahnya.” Jawab ketua hakim setelah itu pergi begitu saja.Saputra bing
Ketika mereka tengah berbincang ringan, salah satu anak buahnya memberitahu keadaan Saputra Wijaya. “Ijin lapor komandan, kondisi tersangka atas nama Saputra Wijaya ditemukan tergeletak di lantai dengan kondisi memperihatinkan.”“Bawa ke rumah sakit namun pastikan tangannya tetap terbogol di ranjang rumah sakit, perketat keamanan dan saya tidak mau dengar tersangka sampai lolos! Waspada, siapa tahu dia hanya acting!” perintah Bram lalu Arsenio setuju dengan perkataan saudaranya mengingat ayah mertuanya memiliki banyak tipu daya.Setelah mendengar kabar mertuanya, ada sebuah panggilan dari ponsel mahal Arsenio yang menampakkan nama sang istri tercintanya. “Halo, sayang?” sapa Arsenio yang bukannya mendengar balasan justru malah suara tangisan serta rintihan rasa sakit.“To-tolong segera pulang! Perutku sakit sekali!” pinta Eve sembari menahan rasa sakit hingga banyak keringat bercucuran dengan deras.
Ketika sedang di momen romantis, Farah datang membuyarkan semuanya.“Arsenio…. Ups, maaf maaf menganggu momen kalian.” Ucap Farah malu, hendak berbalik pergi namun tertahan oleh ucapan Eve.“Siapa dia? Mengapa bisa mengenalmu?” tanya Eve dengan tatapan tajam.“Sepertinya ada yang salah paham dengan kita,” ucap Farah memaklumi namun tatapan tidak bersahabat masih saja diberikan Eve.“Dia teman satu kuliahku dulu,” jawab Arsenio ingin memperkenalkan namanya namun dia lupa.“Betul sekali dan kebetulan saya adalah dokter yang menangani anda,” timpal Farah dengan senyum manisnya sembari mengulurkan tangan, “Namaku Farah Agnesia. Dulu diantara kami pernah berada dalam satu organisasi yang sama di kampus, dimana suami kamu menjadi ketuanya dan saya sekretaris kala itu. Tidak menyangka bisa bertemu kembali secara tidak sengaja, senang bisa bertemu dengan anda, Nyonya Arsenio.”
Ia menaiki anak tangga dengan setengah berlari yang membuat Arsenio merasa panik dan mengejar istrinya, “Hati-hati, sayang. Jangan lari begitu,” tegur Arsenio mengikuti langkah kaki istrinya dan siap siaga di belakang jika ada kemungkinan buruk yang terjadi.“Apa pedulimu!” teriak Eve sangat marah. Hampir saja ia tergelincir lantaran kurang hati-hati, jika tidak ada suami yang siap siaga di belakangnya. Bisa saja Eve terjatuh hingga ke bawah.“Tuh kan! Di kasih tau gak nurut!” tegur Arsenio sedikit membentak karena refleks panik sehingga Eve menitikkan air mata.“Ma-maaf… aku refleks karena panik.” Ucap Arsenio setelah menyadari kesalahannya namun hati Eve sudah terlanjur sedih apalagi di bentak di depan anak buah suaminya. Rasanya harga dirinya seperti hilang seketika.“APAAAAA!!!!!!” teriak Jack membuat Arsenio serta Eve menoleh bersamaan.“Ada ap
Setelah berkemas, mereka segera melajukan mobil menuju tempat yang dimaksud istri tercintanya.Perjalanan yang terbilang jauh membuat Arsenio berpikir apakah tempatnya memang benar di sini? “Serius ini jalannya? Kita sudah sangat jauh dari ibukota, sayang.” Tanya Arsenio memastikan.“Memang jalannya begini, sudah aku bilang jika tempatnya memang jauh dari ibukota tapi percayalah, ketika nantinya tiba di sana kamu akan menyukainya karena papah mewujudkan rumah impianku.” Jawab Eve antusias.Melihat raut kebahgiaan dalam diri istrinya membuatnya tidak lagi banyak bertanya selain menuruti kemana saja arah yang ditunjukkan.Hingga akhirnya mereka tiba di sebuah komplek yang jarak rumah satu dengan lainnya terbilang cukup jauh namun apa yang dikatakan istrinya benar adanya jika rumah yang dimaksud memiliki udara yang sejuk, suasana yang tenang dan juga kenyamanan langsung terasa ketika pertama kali menginjakkan kaki di sini.&ldq
Setelah seminggu berada di rumah Eve, kini mereka memutuskan untuk pulang.Setidaknya selama satu minggu membuatnya merasa sangat bahagia lantaran suaminya sama sekali tidak bermain ponsel apalagi mengurus pekerjaan, perhatian serta kasih sayangnya sepenuhnya tercurahkan kepadanya. “Andai selamanya kita tinggal di sini, betapa bahagianya aku selalu mendapat perhatian serta kasih sayang dari suamiku.” Ucap Eve berharap.“Kita bisa sering ke sini jika kamu mau namun untuk menetap rasanya belum bisa. Aku harus mengurus pekerjaan juga, kecuali kamu bersedia hubungan jarak jauh.” ucap Arsenio.“Gak mau! Kita udah menikah bahkan sebentar lagi memiliki anak! Tega sekali kamu membiarkan aku di sini sendirian!” protes Eve cemberut membuat Arsenio merasa gemas.“Makanya tadi aku bilangnya kalau kamu mau, jika tidak mau ya berarti ikut suamimu ini kemana pun.” Jawab Arsenio dengan lembut sembari mengusap rambut istriny
68-Keguguran“Aku bisa menjelaskan semua ini, percayalah ini tidak seburuk pemikiranmu.” Bujuk Arsenio.“Diam!! Semua pembelaan yang kamu ucapkan adalah omong kosong!” sindir Eve.“Mari kita duduk bersama sembari menjelaskan masalah ini dengan kepala dingin. Percayalah, Arsenio tidak seburuk itu.” Bela Abraham.“Anda ayahnya sudah pasti membela anak! Sudah tahu anaknya bersalah malah dibiarkan!” tegur keras Eve sangat kecewa.Setelah mengatakan itu, Eve berlari menaiki tangga tanpa hati-hati hingga akhirnya tergelincir dan menggelinding hingga bawah. Arsenio langsung berteriak histeris begitu pula dengan mertuanya.“Sayangggggg……” teriak Arsenio langsung menggendong Eve menuju mobil untuk dibawa ke rumah sakit. Tangan yang digunakan untuk membopong istrinya kini penuh akan darah.“Da-darah? Mengapa sebanyak ini?” gumam Arsenio semakin panik tanpa membersihkan terlebih dahulu dan memilih segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.“Bertahanlah, sayang.” Pinta Arsenio sangat khaw
Arsenio tahu jika saat ini istrinya tengah terpukul, maka dari itu ucapan apapun yang diutarakan istrinya sama sekali tidak di masukkan dalam hati ataupun dipikirkan, ia menganggap hanya angin lalu. Kenyataannya tadi saja dia juga sempat marah kepada dokter yang menangani istrinya.“Maaf jika Papah ikut campur dalam masalah ini, jika boleh jujur, tidak hanya kalian saja yang tengah terpukul, Papah juga merasakan hal yang sama bahkan kesedihan di dalam hati semakin bertambah karena sudah kehilangan istri tercinta juga calon cucu satu-satunya. Eve, sebelum kamu memarahi suamimu. Percayalah, tadi Arsenio sempat memarahi dokter yang memberitahu jika kandunganmu tidak bisa diselamatkan secara habis-habisan, mungkin jika Papah tidak datang di waktu yang tepat, dokter yang menanganimu sudah habis oleh suamimu.” Ucap Abraham membuat Eve tertegun.“Aku juga merasa kehilangan dan berdosa seumur hidupku karena harus terpaksa menyetujui prosedur kuret, namun mau
“Kami sadar diri makanya tidak mau memakai uang yang bukan menjadi hak ku! Sebelum kami pergi, ijinkanlah untuk bertemu dengan Justin. Dimana dia?” ucap Joanna sembari menahan pedih di dadanya.“Buat apa mencari anakku? Ingin kembali padanya supaya uang lima miliar ini kembali padamu?” sindir Eve.“Bukan! Saya ingin mengucapkan salam perpisahan karena mau bagaimana pun juga pertemuan awal kami secara baik-baik, setidaknya berpisah juga baik-baik.” Jawab Joanna sangat dewasa.“Justin tidak ada di rumah ini, setelah kejadian itu. Kami sepakat membawanya ke RSJ agar mendapat penanganan yang baik.” Ucap Arsenio membuat terkejut semua.“Kenapa harus mengatakan itu pada mereka! Bikin malu saja! Turun harga diri kita” bisik Eve di telinga suaminya namun masih bisa terdengar oleh Maya juga Joanna.“Apa alasan kalian dengan tega membawa dia ke sana?” tanya Joanna penasaran.&ldqu
“Terus rencana kalian apa? Aku bisa bantu bagaimana, mbak?” tanya Meta ingin tau.“Semnetara ijinkan kami tinggal di sini karena tidak mungkin terus tinggal di sana, aku gak mau anak buah Justin berbuat hal yang lebih nekat lagi. Waktu kita berhasil kabur saja Justin sangat marah dan mengamuk.” Jawab Maya.“Baiklah kalau begitu, kalian boleh tinggal di sini selama mungkin. Nanti akan aku carikan rumah yang sekiranya aman. Memang ya keluarga Arsenio sejak dulu selalu menganggu dan meresahkan saja bisanya!!!! Sudah cukup bagi kalian untuk mengalah, waktunya melawan namun tidak dengan berhadapan langsung.” Ucap Meta ikut geram.“Kamu benar, jika semisal masih tinggal di sektar sini kurang aman. Aku nantinya akan membawa Joanna tinggal di luar negeri saja,” jawab Maya sudah mempertimbangkan sangat jauh dan dengan baik.“Bu, tinggal di luar negeri butuh biaya yang besar. Apa kita mampu? Joanna juga baru saj
Setelah tiba di rumah, kini mereka bergegas menuju kamar masing-masing untuk mengemasi barang yang sekiranya perlu juga penting. Maya tidak membawa banyak barang, karena yang penting baginya adalah pakaian, alat merajut, surat berharga dan juga uang yang tersimpan di brankas.Sedangkan Joanna tidak bisa untuk memilah barang untuk nantinya di tinggal, baginya semua sangat penting. “Jika semuanya di bawa, bagaimana nanti mengangkutnya?”“Joanna, apakah sudah selesai?” tanya Maya sembari mengetuk pintu.“Belum, Bu…. Masuklah,” jawabnya dari dalam kamar.Maya yang melihat banyaknya barang yang akan dibawa merasa heran, “Semua ini akan kamu bawa? Kita nantinya naik taksi.”“Habisnya bingung mau memilah yang mana, semua penting.” Jawab Joanna garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.“Pemberian dari Justin jangan ada satu pun yang dibawa!” tegur Maya.“I-iya,
“Aku sebenarnya terpaksa, Justin. Aku di sini ketakutan, jika terus menerus melawan, yang ada nanti kamu serta anak buahmu akan berbuat nekat kepadaku.” Jawab Joanna berlinang air mata.“Jadi, sudah tidak ada rasa sayangmu kepadaku, Joanna? Janji yang sudah pernah kita rangkai dengan indah kini menguap begitu saja dalam hidupmu?” tanya Justin dengan wajah sendu.“Perasaan itu aku yakin akan terkikis dengan sendirinya jika kita berdua sama-sama bertekad untuk menerima takdir yang ada. Perihal janji serta impian yang pernah dirangkai bersama, anggap saja sebuah angin lalu yang tidak pernah terjadi.” Jawab Joanna terpaksa mengatakan ini agar Justin sadar.“CUKUP! AKU BENCI MENDENGARNYA! KALIAN SEMUA JAHAT! JIKA MAUMU BEGITU, MARI KITA MA-TI BERSAMA AGAR TIDAK ADA PRIA LAIN YANG MEMILIKIMU!” pekik Justin berhasil menarik Joanna berada dalam pelukannya lalu ia merogoh saku celananya yang ternyata ada pisau
“TIDAK ADA KATA BAIK-BAIK SAJA JIKA SUDAH MASUK TINDAKAN KRIMINAL! JIKA POSISINYA YANG MENJADI KORBAN ADALAH ANAKMU, APA BAKAL TETAP INGIN BAIK-BAIK SAJA, HA? AKU ORANG TUA DARI JOANNA! RASA KHAWATIR JUGA KETAKUTANKU SANGAT BESAR! JIKA MEMANG KAMU MEMILIKI JIWA NALURI SEORANG IBU SEHARUSNYA MENGERTI!” Bnetak Maya lalu berlari ke kamar yang ada di sana untuk mencari keberadaan Joanna.“Tante! Jangan asal masuk ruangan orang!” tegur Justin geram. Ingin mencegah, namun sayangnya kini Joanna melihat ibunya ada di sini.“I-ibu….” Panggil Joanna yang sedang di rias dan sudah menggunakan gaun pernikahan. Air matanya langsung berlinang dengan deras ketika mengetahui ada ibunya di sini.“Joanna…. Kenapa akhirnya kamu menerima ajakan dia untuk menikah?” tanya Maya kecewa, air matanya tak kalah mengalir dengan deras.“Joanna terpaksa, Bu! Justin terus memaksaku bahkan sampai tega menculikku di sini
Kini Joanna sudah berada di kamarnya. Tidak berselang lama Justin pun juga sudah kembali.Salah satu anak buahnya segera memberikan laporan kepadanya. “Tadi nona hampir kabur melalui kamar mandi, bos.”“APA???” pekik Justin seketika emosi.“JOANNAAAAA………” Teriak Justin yang sangat menggema seluruh ruangan terlebih saat ini kamarnya tengah terbuka.“Mampus…. Ketahuan deh!” batinnya gugup.Terdengar suara langkah semakin berjalan mendekat ke kamar, perasaannya pun semakin berdegup kencang karena harus mempersiapkan diri dengan amukan Justin.“Joanna… apa benar kamu mau coba-coba kabur?” tanya Justin mengintimidasi.“Apaan sih, gak ada aku punya niatan seperti itu!” bantah Joanna memasang wajah kesal.“Tadi salah satu anak buahku mengatakan kalau kamu mau mencoba kabur.” Jawab Justin dengan menatap t
Sedangkan di markas, Justin tengah menanti kabar anak buahnya sembari memastikan Joanna makan dengan baik agar tidak sakit. “Ayo makan dulu, sayang…. Ini tidak ada racunnya.”“Aku tidak sudi makan! Lebih baik ma-ti ketimbang menikah dengan saudara sendiri!” tolak Joanna mentah-mentah.“Rupanya kamu suka sekali dipaksa ya, jadi gemas!” sindir Justin lalu memaksa mulut Joanna agar terbuka.Tok… tok…. Tok…. Suara ketukan pintu menghentikan aksi Justin. “MASUK!” teriaknya emosi.“Bos, kami sudah menemukan penghulu yang bersedia menikahkan kalian berdua besok pagi pukul tujuh.” Jawab Alex membuat senyum di bibir Justin mengembang dengan sempurna. Emosi yang tadi mendidih kini sirna seketika.“Kerja bagus, segera persiapkan semuanya. Dekor ruangan depan dengan sangat cantik.” Perintah Justin membuat Joanna tidak habis pikir.Setelah an
Dengan beberapa kali mengatur nafas supaya lebih tenang namun rupanya tidak bisa, jawaban mantan kekasihnya terus terngiang hingga membuat hatinya sakit. Akhirnya, ia tidak mau berbicara dengan cara baik-baik.“Bela terus anak kesayanganmu itu yang kamu besarkan dengan penuh kemewahan juga kasih sayang dan manja! Yang harus kamu tau, Joanna juga anak kamu!!! Aku mendapatkan informasi terebut dari pihak kepolisian! Tadi siang anakku diculik oleh geng motor, setelah ditelusuri ketuanya adalah Justin! Berulang kali aku sudah menghubunginya namun tidak aktif, makanya terpaksa aku menghubungimu!!!! Percaya tidak percaya, tolong selamatkan Joanna!! Sebelum kejadian penculikan ini, dia sempat bertemu dengan anakmu di kafe, di sana mereka berdebar hebat lantaran Joanna menolak keras permintaan anakmu yang menginginkan untuk mengajak kawin lari! Dalam pikirannya, mereka bukan saudara serahim jadi sah untuk menikah!” pekik Maya tidak bisa menahan emosin
“Carikan penghulu sekitar sini, besok saya akan menikah dengan Joanna.” Perintah Justin kepada anak buahnya.“Apa tidak terlalu cepat, bos?” tanya anak buahnya bernama Alex.“Siapa kamu beraninya mengatur saya!” jawab Justin emosi.“Bu-bukan begitu, Bos… menikah juga perlu saksi.” Jawab Alex memberitahu.“Kalian semua besok menjadi saksi pernikahanku dengan Joanna, tidak masalah jika menikah siri terlebih dahulu, yang terpenting dia menjadi milikku seutuhnya.” Jawab Justin keras kepala.Anak buahnya tidak berani membantah lagi, akhirnya saat itu juga mereka mencari informasi apakah ada penghulu yang bersedia menikahkan Justin dan Joanna besok.“Keinginan orang kaya memang meresahakan, menculik wanita demi ingin menikahinya. Mengapa tidak meminta secara langsung kepada orang tuanya?” tanya Alex tidak habis pikir.“Mungkin pihak keluarga perempuan