Arsenio tahu jika saat ini istrinya tengah terpukul, maka dari itu ucapan apapun yang diutarakan istrinya sama sekali tidak di masukkan dalam hati ataupun dipikirkan, ia menganggap hanya angin lalu. Kenyataannya tadi saja dia juga sempat marah kepada dokter yang menangani istrinya.
“Maaf jika Papah ikut campur dalam masalah ini, jika boleh jujur, tidak hanya kalian saja yang tengah terpukul, Papah juga merasakan hal yang sama bahkan kesedihan di dalam hati semakin bertambah karena sudah kehilangan istri tercinta juga calon cucu satu-satunya. Eve, sebelum kamu memarahi suamimu. Percayalah, tadi Arsenio sempat memarahi dokter yang memberitahu jika kandunganmu tidak bisa diselamatkan secara habis-habisan, mungkin jika Papah tidak datang di waktu yang tepat, dokter yang menanganimu sudah habis oleh suamimu.” Ucap Abraham membuat Eve tertegun.
“Aku juga merasa kehilangan dan berdosa seumur hidupku karena harus terpaksa menyetujui prosedur kuret, namun mau
Dia sudah berencana jika dokter memperbolehkannya pulang, ia akan tinggal di rumah yang waktu itu sempat di datangi oleh Arsenio.Harapannya, semoga di rumah tersebut pikirannya jauh lebih tenang dan bisa menerima semua takdir ini dengan baik.Beberapa hari kemudian, Eve diperbolehkan pulang. Arsenio mengajak ke penthouse, tanpa sepengetahuannya. Diam-diam Eve sudah menyiapkan barang-barangnya untuk dibawa ke rumah yang di bangun oleh Papahnya.Kepergiannya tidak diketahui siapapun, sehingga ketika Arsenio menyadari tidak ada istrinya di rumah. Rasa panik melandanya, “Kemana perginya istriku?” teriak Arsenio kepada semua pekerja.“Saya tidak tahu, Tuan.” Jawab mereka sembari ketakutan.“Kok bisa-bisanya kalian tidak tahu sedangkan yang banyak waktunya di rumah justru kalian semua!” pekik Arsenio murka membuat semua pekerjanya tidak berani lagi untuk menjawab.&ldqu
71-dua pria mendatangikuKini ada secercah harapan ketika mengetahui dimana keberadaan istrinya, “Apakah mungkin dia di sana tengah menenangkan diri? Mengingat kejadian demi kejadian yang menimpa bisa saja mengguncang psikisnya.” Tebak Arsenio.Jika sekarang dirinya melakukan perjalanan, sudah pasti sampai di sana akan tengah malam. Yang ada nantinya menganggu jam tidur sang istri, “Lebih baik besok pagi-pagi sekali aku ke sana sembari membawakan beberapa stok makanan. Mau nantinya kehadiranku diterima atau tidak, setidaknya aku tidak membiarkan istriku kekurangan apapun,” gumamnya lalu berkemas untuk esok hari.Jack yang tengah melacak lokasi di ponsel Eve kini sudah menemukan dimana keberadaannya, “Akhirnya posisimu terlacak juga, Nyonya. Mengingat hari ini sudah malam dan jarak yang ditempuh terlalu jauh, alangkah lebih baiknya besok saja aku ke sana. Nanti aku akan ijin beberapa hari kep
72-Alibi Jack“KALIAN!!!” pekik Arsenio seketika murka ketika melihat istrinya jalan dengan anak buahnya.Tidak hanya Arsenio saja yang terkejut, Eve juga Jack pun sama terlebih lagi saat ini Jack tertangkap basah mendekati istri dari bosnya.“Oh jadi ini urusan yang harus segera kamu selesaikan, Jack!!! Sejak kapan tugasmu bertambah menjadi mengurusi istri orang, ha!” pekik Arsenio mendekati anak buah yang sudah sangat dipercayainya ini.“Bukankah kamu yang meminta dia datang ke sini?” tanya Eve yang sama sekali tidak tahu.“Aku meminta Jack juga lainnya melacak dimana keberadaanmu bukan menemuimu!” jawab Arsenio sangat ketus bahkan tatapannya tajam.“Apa benar begitu, Jack? Kamu tadi mengatakan mana mungkin suamiku tahu aku di sini, ini nyatanya apa? Dia datang kan?” cecar Eve kesal sudah dibohongi oleh anak buah suaminya.Jack tidak bisa berkata-kata lagi kar
Langkah kaki Jack sebenarnya berat meninggalkan Eve namun mau bagaimana lagi? Ada suaminya yang tiba-tiba datang. Tidak mungkin jika semuanya diakuinya, yang ada akan terjadi pertengkaran besar.“Untuk kali ini saya mengalah dahulu, namun esok akan aku pastikan, jika suamimu masih terus menyakitimu, maka aku yang akan langsung merebutnya!!” batinnya dengan penuh tekad.Setelah memastikan anak buahnya pergi bahkan bayangannya tak terlihat lagi, barulah Arsenio juga Eve memasuki rumah. “Puas kamu?” sindir Eve dengan wajah penuh amarah.“Apa maksudmu?” tanya Arsenio tersulut emosi.“Puas sudah membuat aku malu di hadapan pak satpam juga beberapa tetangga yang mendengar! Sudah merasa hebat? Mentang-mentang lawanmu anak buah kamu sendiri jadi bisa seenaknya!” jawab Eve sinis.“Hei…. Mengapa kamu jadi membela dia? Atau jangan-jangan memang ada hubungan spesial di bel
“Bos….” Sapa Jack berdiri menyambut Arsenio.“Cukup sandiwaramu! Katakan mengapa kamu dengan beraninya menemui istriku diam-diam? Sejak kapan kamu memiliki rasa kepadanya, Jack!!!” pekik Arsenio tidak bisa bersabar lagi.“Saya sudah berbicara jujur, jika tidak ada hubungan apapun antara saya dengan istri anda.” Jawab Jack berusaha tenang.“Lalu mengapa kamu sampai membohongi saya dengan mengatakan ijin karena suatu urusan namun nyatanya malah menemui istriku tanpa sepengetahuannya!!! Darimana juga kamu tahu rumah dia yang ada di sana? Ha?” pekik Arsenio dengan tatapan tajam.“Saya tahu dari lokasi terakhir yang ada di ponsel istri anda, bos. Mengapa saya sampai ijin padahal menemui istri anda? Karena saya ingin benar-benar memastikan jika yang ada di lokasi itu istri anda sebelum nantinya melaporkan pada anda.” Ucap Arsenio berkelit.“Alibimu seperti sedang berbicara dengan an
Tiba-tiba Eve sangat merindukan sosok ayah meskipun apa yang sudah dilakukannya bisa di bilang kejam bahkan sulit untuk dimaafkan namun mau bagaimana pun juga hubungan darah yang kental sangat susah untuk dipisahkan.Kebetulan juga suaminya pulang awal dan beberapa hari ke depan libur bekerja, jadinya mereka bisa melakukan quality time berduaan.“Bolehkah aku meminta sesuatu?” tanya Eve dengan wajah penuh harap.“Katakan apa maumu, istriku?” tanya balik Arsenio mengusap rambut Eve dengan lembut.“Aku ingin sekali mengunjungi Papah, apa boleh?” jawab Eve memohon membuat Arsenio kaget lantaran tumben sekali istrinya meminta hal seperti itu.“Tumben sekali sayang?” tanya Arsenio heran.“Entahlah aku juga tidak tahu, tiba-tiba ingin sekali bertemu papah. Lagian kalau bukan aku, siapa lagi yang menjenguknya?” jawab Eve juga bingung.“Besok pagi kita ke sana ya, kamu nantinya
“Katakan, Eve! Bagaimana bisa kamu keguguran?” desak Saputra Wijaya.“Semua karena aku tidak sengaja mendengar percakapan suamiku dengan ayah mertua yang dimana tengah membicarakan aku. Ternyata dulu suamiku hanya mempermainkan aku saja dengan bersikap seolah-olah mencintaiku, tujuannya melakukan itu untuk balas dendam terhadap Papah yang terus menerus mengusik suamiku. Karena tidak bisa menerima ini, akhirnya aku berlari menuju tangga dan tidak sengaja tergelincir, kandunganku yang menjadi korbannya.” Jawab Eve sembari menangis.Saputra bergegas berdiri dengan menggebrakkan meja sangat kencang, “Kurang ajar sekali! Beraninya mempermainkan anakku untuk balas dendam! Masalahmu kepadaku, jangan korbankan anakku untuk merasakan kesakitannya!!! Sekarang kalian bercerai lah! Saya tidak terima jika anakku nantinya kembali mengalami hal yang membuatnya trauma, mencintai pria yang menjebaknya bahkan menghancurkannya!!” pekik Saputra tidak te
Hari ini sesuai rencana, Eve mendatangi kantor kepolisian untuk menjenguk ayahnya dengan ditemani suami tercinta. Tujuan lain mengantarkan istrinya adalah untuk memastikan dan melihat bagaimana reaksi seorang Saputra Wijaya yang biasanya selalu angkuh itu.“Pah….” Sapa Eve berusaha tersenyum.“Sudah Papah katakan, datang ke sini jangan ada dia.” Sindir Saputra membuat menantunya hanya tersenyum tipis saja.“Pah, tidak ada waktu untuk berdebat hal yang tidak penting. Ada masalah lain yang harus segera di selesaikan, itu yang membuatku datang ke sini.” Tegur Eve malas mendengar perdebatan suami dengan ayahnya.“Ada apa?” tanya Saputra sangat penasaran.“Mengenai perusahaan, kemarin Rino menghubungiku untuk menyampaikan beberapa informasi yang sangat tidak mengenakan, dimana perusahaan sudah tidak ada harapan lagi untuk berjalan karena tidak ada pemaskan sama sekali dan banyak penanam saham