“Katakan, Eve! Bagaimana bisa kamu keguguran?” desak Saputra Wijaya.
“Semua karena aku tidak sengaja mendengar percakapan suamiku dengan ayah mertua yang dimana tengah membicarakan aku. Ternyata dulu suamiku hanya mempermainkan aku saja dengan bersikap seolah-olah mencintaiku, tujuannya melakukan itu untuk balas dendam terhadap Papah yang terus menerus mengusik suamiku. Karena tidak bisa menerima ini, akhirnya aku berlari menuju tangga dan tidak sengaja tergelincir, kandunganku yang menjadi korbannya.” Jawab Eve sembari menangis.
Saputra bergegas berdiri dengan menggebrakkan meja sangat kencang, “Kurang ajar sekali! Beraninya mempermainkan anakku untuk balas dendam! Masalahmu kepadaku, jangan korbankan anakku untuk merasakan kesakitannya!!! Sekarang kalian bercerai lah! Saya tidak terima jika anakku nantinya kembali mengalami hal yang membuatnya trauma, mencintai pria yang menjebaknya bahkan menghancurkannya!!” pekik Saputra tidak te
Hari ini sesuai rencana, Eve mendatangi kantor kepolisian untuk menjenguk ayahnya dengan ditemani suami tercinta. Tujuan lain mengantarkan istrinya adalah untuk memastikan dan melihat bagaimana reaksi seorang Saputra Wijaya yang biasanya selalu angkuh itu.“Pah….” Sapa Eve berusaha tersenyum.“Sudah Papah katakan, datang ke sini jangan ada dia.” Sindir Saputra membuat menantunya hanya tersenyum tipis saja.“Pah, tidak ada waktu untuk berdebat hal yang tidak penting. Ada masalah lain yang harus segera di selesaikan, itu yang membuatku datang ke sini.” Tegur Eve malas mendengar perdebatan suami dengan ayahnya.“Ada apa?” tanya Saputra sangat penasaran.“Mengenai perusahaan, kemarin Rino menghubungiku untuk menyampaikan beberapa informasi yang sangat tidak mengenakan, dimana perusahaan sudah tidak ada harapan lagi untuk berjalan karena tidak ada pemaskan sama sekali dan banyak penanam saham
Sedangkan di dalam pikiran Arsenio tengah berusaha memikirkan bagaimana caranya meluluhkan hati istirnya kembali. Kepercayaan yang sempat diberikan nyatanya selama ini di sia-siakannya. Ketika tengah memikirkan solusi, ada panggilan dari anak buahnya yang sepertinya sangat penting. “Halo, ada apa?” tanya Arsenio sembari menyetir. “Ada kabar gawat, bos. Segera datang ke markas!” perintah anak buahnya membuat Arsenio penasaran. “Ada apa? Kalian bisa mengatakannya di sini!” desak Arsenio. “Intinya ini gawat, bos! Ada dua berita yang harus segera anda ketahui. Jika mengatakan di telepon rasanya tidak sopan,” ucap anak buahnya. “Jangan membuat saya penasaran!!! Sebentar lagi saya ke sana!” pekik Arsenio lalu memutus panggilan dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi yang membuat istrinya sangat ketakutan. “Hal penting apa yang membuatmu sampai harus mengorbankan nyawa?” teriak Eve emosi “Maaf, jika tidak segera ke sana
“Setelah ini akan aku antarkan kamu ke apartemen milikku, tinggal lah di sana beberapa hari sampai keadaan dipastikan aman. Tenang saja, kamu tidak akan sendirian di sana, akan aku minta beberapa pekerja menemanimu.” Jawab Arsenio yang tidak disetujui oleh Eve. “Gak mau! Mending aku tinggal di mansion papah saja! Di apartemen seorang diri sangat membosankan!” tolak Eve. “Mansion ayahmu dalam tinjauan developer, jika kamu tinggali itu artinya kamu menjadi penanggung jawab untuk menanggung tunggakannya. Sudahlah, turuti perintah suamimu ini. Semuanya akan aku pastikan aman, aku takut saja jika Jack memiliki rencana lain. Bisa saja dia memang menginginkan kami bertemu di markas namun di tengah itu ia memerintahkan anak buahnya untuk menculikmu. Dulu aku pernah melakukan siasat begitu, jadi aku hanya antisipasi.” Ucap Arsenio. “Baiklah, asalkan kamu nanti yang menjemputku.” Pinta Eve yang disanggupi oleh Arsenio. Sedangkan di sisi lain, Jack tengah menjalankan rencana untuk memantau pe
Setelah pertemuan dengan mantan anak buahnya, kini Arsenio langsung menuju apartemen untuk menemui istri tercintanya.Sebelum memasuki apartemen, ia memastikan apakah situasi aman.Tit… tit…. Tit…. Tit…. Suara bunyi pin pintu masuk apartemen yang dibuka seseorang.“Siapa yang datang?” gumam Eve penasaran lalu menghampiri pintu.Betapa bahagianya ketika mengetahui suami yang sejak tadi di khawatirkan kini berada di depan matanya dengan kondisi sehat dan bisa tersenyum manis untuknya.“Arsenio………..” panggil Eve lalu menghambur dalam pelukan suaminya, air matanya langsung menetes karena saking bersyukur dan bahagianya jika sang suami baik-baik saja.“Sudah aku katakan jika semua akan aman, percayalah padaku.” Ucap Arsenio memeluk istrinya erat sembari mengusap rambut halus istrinya dan sesekali menciumnya.“Aku takut…… t
Eve yang merasa jika perjalanan mereka sudah sangat jauh dari apartemen bahkan kini memasuki wilayah luar kota dengan berani menanyakan kepada suaminya, “Kita mau kemana? Ini sudah sangat jauh.”“Kamu berpikir jika kita ke luar kota?” tanya Arsenio memastikan dan Eve menganggukkan kepala.“Kita memang akan ke luar kota tepatnya di Puncak, di sana suasananya sejuk dan jauh dari keramaian. Bahkan sinyal juga susah di sana jadi kemungkinan besar akan aman dari dia.” Jawab Arsenio membuat Eve hanya bisa pasrah saja karena dia tahu sendiri bagaimana mengerikannya Jack untuk mendapatkannya.“Nanti tiba di sana kita beli ponsel sekaligus nomor baru dan hanya orang tertentu saja yang tahu, ponsel lama tetap kita simpan di mobil. Kita gunakan jika suasana sudah kondusif,” ucap Arsenio lagi yang tak berselang lama ada toko handphone. Mereka mampir untuk membeli tanpa melihat berapa harganya, yang terpenting bagi Arsenio adal
Sebenarnya Robert merasa janggal dengan sikap Jack yang tiba-tiba menghubunginya menanyakan siapa yang berada di villanya, jika hubungan antara dia dengan Arsenio baik-baik saja sudah pasti tanpa dia sebut orangnya pun dia tahu siapa yang menghuni.Untuk memastikan, ia menghubungi Arsenio menggunakan nomor baru yang diketahuinya, “Halo, kawan… apakah gue ganggu? Ada hal yang ingin ditanyakan.” Tanya Robert tanpa basa-basi.“Kebetulan baru bangun tidur, ada apa kawan sepertinya penting sekali?” jawab Arsenio penasaran.“Tadi anak buahmu, si Jack telpon gue. Dia mau sewa villa buat minggu ini,” ucap Robert membuat Arsenio merasa heran.“Terus hubungannya sama gue apa?” tanya Arsenio heran.“Ya gue ngerasa aneh aja, pas bilang kalau minggu ini villa udah ada yang menepati malah dia mendesak ingin tahu siapa orangnya, harusnya tanpa perlu dijelaskan pun dia sudah tahu kalau yang sewa villa it
Eve yang melihat suaminya lebam di pipi hanya bisa menangis sesengukkan karena dirinya pun sudah berjaniji untuk tetap di sini sampai suami menjemputnya. Namun entah hari apes atau bagaimana, suara isak tangisnya terdengar salah satu anak buah yang tengah beroperasi di belakang villa.Untuk memastikan apakah itu suara tangis manusia atau makhluk tak kasat mata, anak buah Jack kembali menajamkan pendengaran untuk mencari sumber suara tersebut hingga akhirnya tertujulah di villa sebelah yang membuat anak buah Jack berusaha membuka pintu namun sayang sekali terkunci. “Sial! Padahal gue yakin banget itu suara manusia, jangan-jangan wanita yang dimaksud bos ada di dalam sini? Mengingat halaman belakangnya menjadi satu seperti ini.” Gumam anak buah Jack yang terpaksa mendobrak pintu villa hingga akhirnya terbuka.Dengan sigap ia membawa paksa Eve yang terus menerus memberontak.“Tolong lepassssss……” teriak histeris Eve yang sangat
Eve yang melihat suaminya lebam di pipi hanya bisa menangis sesengukkan karena dirinya pun sudah berjaniji untuk tetap di sini sampai suami menjemputnya. Namun entah hari apes atau bagaimana, suara isak tangisnya terdengar salah satu anak buah yang tengah beroperasi di belakang villa.Untuk memastikan apakah itu suara tangis manusia atau makhluk tak kasat mata, anak buah Jack kembali menajamkan pendengaran untuk mencari sumber suara tersebut hingga akhirnya tertujulah di villa sebelah yang membuat anak buah Jack berusaha membuka pintu namun sayang sekali terkunci. “Sial! Padahal gue yakin banget itu suara manusia, jangan-jangan wanita yang dimaksud bos ada di dalam sini? Mengingat halaman belakangnya menjadi satu seperti ini.” Gumam anak buah Jack yang terpaksa mendobrak pintu villa hingga akhirnya terbuka.Dengan sigap ia membawa paksa Eve yang terus menerus memberontak.“Tolong lepassssss……” teriak histeris Eve yang sangat
“Kami sadar diri makanya tidak mau memakai uang yang bukan menjadi hak ku! Sebelum kami pergi, ijinkanlah untuk bertemu dengan Justin. Dimana dia?” ucap Joanna sembari menahan pedih di dadanya.“Buat apa mencari anakku? Ingin kembali padanya supaya uang lima miliar ini kembali padamu?” sindir Eve.“Bukan! Saya ingin mengucapkan salam perpisahan karena mau bagaimana pun juga pertemuan awal kami secara baik-baik, setidaknya berpisah juga baik-baik.” Jawab Joanna sangat dewasa.“Justin tidak ada di rumah ini, setelah kejadian itu. Kami sepakat membawanya ke RSJ agar mendapat penanganan yang baik.” Ucap Arsenio membuat terkejut semua.“Kenapa harus mengatakan itu pada mereka! Bikin malu saja! Turun harga diri kita” bisik Eve di telinga suaminya namun masih bisa terdengar oleh Maya juga Joanna.“Apa alasan kalian dengan tega membawa dia ke sana?” tanya Joanna penasaran.&ldqu
“Terus rencana kalian apa? Aku bisa bantu bagaimana, mbak?” tanya Meta ingin tau.“Semnetara ijinkan kami tinggal di sini karena tidak mungkin terus tinggal di sana, aku gak mau anak buah Justin berbuat hal yang lebih nekat lagi. Waktu kita berhasil kabur saja Justin sangat marah dan mengamuk.” Jawab Maya.“Baiklah kalau begitu, kalian boleh tinggal di sini selama mungkin. Nanti akan aku carikan rumah yang sekiranya aman. Memang ya keluarga Arsenio sejak dulu selalu menganggu dan meresahkan saja bisanya!!!! Sudah cukup bagi kalian untuk mengalah, waktunya melawan namun tidak dengan berhadapan langsung.” Ucap Meta ikut geram.“Kamu benar, jika semisal masih tinggal di sektar sini kurang aman. Aku nantinya akan membawa Joanna tinggal di luar negeri saja,” jawab Maya sudah mempertimbangkan sangat jauh dan dengan baik.“Bu, tinggal di luar negeri butuh biaya yang besar. Apa kita mampu? Joanna juga baru saj
Setelah tiba di rumah, kini mereka bergegas menuju kamar masing-masing untuk mengemasi barang yang sekiranya perlu juga penting. Maya tidak membawa banyak barang, karena yang penting baginya adalah pakaian, alat merajut, surat berharga dan juga uang yang tersimpan di brankas.Sedangkan Joanna tidak bisa untuk memilah barang untuk nantinya di tinggal, baginya semua sangat penting. “Jika semuanya di bawa, bagaimana nanti mengangkutnya?”“Joanna, apakah sudah selesai?” tanya Maya sembari mengetuk pintu.“Belum, Bu…. Masuklah,” jawabnya dari dalam kamar.Maya yang melihat banyaknya barang yang akan dibawa merasa heran, “Semua ini akan kamu bawa? Kita nantinya naik taksi.”“Habisnya bingung mau memilah yang mana, semua penting.” Jawab Joanna garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.“Pemberian dari Justin jangan ada satu pun yang dibawa!” tegur Maya.“I-iya,
“Aku sebenarnya terpaksa, Justin. Aku di sini ketakutan, jika terus menerus melawan, yang ada nanti kamu serta anak buahmu akan berbuat nekat kepadaku.” Jawab Joanna berlinang air mata.“Jadi, sudah tidak ada rasa sayangmu kepadaku, Joanna? Janji yang sudah pernah kita rangkai dengan indah kini menguap begitu saja dalam hidupmu?” tanya Justin dengan wajah sendu.“Perasaan itu aku yakin akan terkikis dengan sendirinya jika kita berdua sama-sama bertekad untuk menerima takdir yang ada. Perihal janji serta impian yang pernah dirangkai bersama, anggap saja sebuah angin lalu yang tidak pernah terjadi.” Jawab Joanna terpaksa mengatakan ini agar Justin sadar.“CUKUP! AKU BENCI MENDENGARNYA! KALIAN SEMUA JAHAT! JIKA MAUMU BEGITU, MARI KITA MA-TI BERSAMA AGAR TIDAK ADA PRIA LAIN YANG MEMILIKIMU!” pekik Justin berhasil menarik Joanna berada dalam pelukannya lalu ia merogoh saku celananya yang ternyata ada pisau
“TIDAK ADA KATA BAIK-BAIK SAJA JIKA SUDAH MASUK TINDAKAN KRIMINAL! JIKA POSISINYA YANG MENJADI KORBAN ADALAH ANAKMU, APA BAKAL TETAP INGIN BAIK-BAIK SAJA, HA? AKU ORANG TUA DARI JOANNA! RASA KHAWATIR JUGA KETAKUTANKU SANGAT BESAR! JIKA MEMANG KAMU MEMILIKI JIWA NALURI SEORANG IBU SEHARUSNYA MENGERTI!” Bnetak Maya lalu berlari ke kamar yang ada di sana untuk mencari keberadaan Joanna.“Tante! Jangan asal masuk ruangan orang!” tegur Justin geram. Ingin mencegah, namun sayangnya kini Joanna melihat ibunya ada di sini.“I-ibu….” Panggil Joanna yang sedang di rias dan sudah menggunakan gaun pernikahan. Air matanya langsung berlinang dengan deras ketika mengetahui ada ibunya di sini.“Joanna…. Kenapa akhirnya kamu menerima ajakan dia untuk menikah?” tanya Maya kecewa, air matanya tak kalah mengalir dengan deras.“Joanna terpaksa, Bu! Justin terus memaksaku bahkan sampai tega menculikku di sini
Kini Joanna sudah berada di kamarnya. Tidak berselang lama Justin pun juga sudah kembali.Salah satu anak buahnya segera memberikan laporan kepadanya. “Tadi nona hampir kabur melalui kamar mandi, bos.”“APA???” pekik Justin seketika emosi.“JOANNAAAAA………” Teriak Justin yang sangat menggema seluruh ruangan terlebih saat ini kamarnya tengah terbuka.“Mampus…. Ketahuan deh!” batinnya gugup.Terdengar suara langkah semakin berjalan mendekat ke kamar, perasaannya pun semakin berdegup kencang karena harus mempersiapkan diri dengan amukan Justin.“Joanna… apa benar kamu mau coba-coba kabur?” tanya Justin mengintimidasi.“Apaan sih, gak ada aku punya niatan seperti itu!” bantah Joanna memasang wajah kesal.“Tadi salah satu anak buahku mengatakan kalau kamu mau mencoba kabur.” Jawab Justin dengan menatap t
Sedangkan di markas, Justin tengah menanti kabar anak buahnya sembari memastikan Joanna makan dengan baik agar tidak sakit. “Ayo makan dulu, sayang…. Ini tidak ada racunnya.”“Aku tidak sudi makan! Lebih baik ma-ti ketimbang menikah dengan saudara sendiri!” tolak Joanna mentah-mentah.“Rupanya kamu suka sekali dipaksa ya, jadi gemas!” sindir Justin lalu memaksa mulut Joanna agar terbuka.Tok… tok…. Tok…. Suara ketukan pintu menghentikan aksi Justin. “MASUK!” teriaknya emosi.“Bos, kami sudah menemukan penghulu yang bersedia menikahkan kalian berdua besok pagi pukul tujuh.” Jawab Alex membuat senyum di bibir Justin mengembang dengan sempurna. Emosi yang tadi mendidih kini sirna seketika.“Kerja bagus, segera persiapkan semuanya. Dekor ruangan depan dengan sangat cantik.” Perintah Justin membuat Joanna tidak habis pikir.Setelah an
Dengan beberapa kali mengatur nafas supaya lebih tenang namun rupanya tidak bisa, jawaban mantan kekasihnya terus terngiang hingga membuat hatinya sakit. Akhirnya, ia tidak mau berbicara dengan cara baik-baik.“Bela terus anak kesayanganmu itu yang kamu besarkan dengan penuh kemewahan juga kasih sayang dan manja! Yang harus kamu tau, Joanna juga anak kamu!!! Aku mendapatkan informasi terebut dari pihak kepolisian! Tadi siang anakku diculik oleh geng motor, setelah ditelusuri ketuanya adalah Justin! Berulang kali aku sudah menghubunginya namun tidak aktif, makanya terpaksa aku menghubungimu!!!! Percaya tidak percaya, tolong selamatkan Joanna!! Sebelum kejadian penculikan ini, dia sempat bertemu dengan anakmu di kafe, di sana mereka berdebar hebat lantaran Joanna menolak keras permintaan anakmu yang menginginkan untuk mengajak kawin lari! Dalam pikirannya, mereka bukan saudara serahim jadi sah untuk menikah!” pekik Maya tidak bisa menahan emosin
“Carikan penghulu sekitar sini, besok saya akan menikah dengan Joanna.” Perintah Justin kepada anak buahnya.“Apa tidak terlalu cepat, bos?” tanya anak buahnya bernama Alex.“Siapa kamu beraninya mengatur saya!” jawab Justin emosi.“Bu-bukan begitu, Bos… menikah juga perlu saksi.” Jawab Alex memberitahu.“Kalian semua besok menjadi saksi pernikahanku dengan Joanna, tidak masalah jika menikah siri terlebih dahulu, yang terpenting dia menjadi milikku seutuhnya.” Jawab Justin keras kepala.Anak buahnya tidak berani membantah lagi, akhirnya saat itu juga mereka mencari informasi apakah ada penghulu yang bersedia menikahkan Justin dan Joanna besok.“Keinginan orang kaya memang meresahakan, menculik wanita demi ingin menikahinya. Mengapa tidak meminta secara langsung kepada orang tuanya?” tanya Alex tidak habis pikir.“Mungkin pihak keluarga perempuan